Happy Reading!!!
Sudah sebulan semenjak kejadian itu, kejadian yang membuat dirinya dijauhi oleh seorang yang berharga dalam hidupnya.
Seorang yang menjadi alasan untuk dirinya bertahan hingga saat ini. Apakah dirinya bisa bertahan lebih lama lagi jika seorang itu tetap menjauhinya.
Semenjak kejadian itu juga hidupnya sangat kacau, ia yang tak pernah menyentuh alkohol dan rokok, tapi sekarang berbeda ia menjadi pecandu dengan barang-barang itu.
Bukannya ia tak ada niatan untuk meminta maaf dan menjelaskan kata-kata yang ia ucapkan bulan lalu. Ia sudah berusaha menjelaskan dan meminta maaf, tapi permohonannya itu tak pernah dihiraukan.
Disinilah ia sekarang didalam kamar mengurung diri, banyak botol alkohol yang berserakan dan bungkus serta batang rokok yang sudah habis dihisap olehnya. Memorinya mengingat kejadian satu minggu yang lalu, kejadian dimana membuat dirinya berdiam diri di kamarnya.
Seminggu yang lalu benar-benar hal yang menyakitkan untuk dirinya, dimana lagi-lagi orang yang ia harapkan dapat memaafkan dirinya, menolak.
Flashback
Sama seperti hari-hari sebelumnya semenjak kejadian itu, Shani tak pernah bosan untuk datang ke rumah Gracia. Ia ingin meminta maaf dan menjelaskan semua perkataan yang terucap oleh nya.
Pagi-pagi sekali Shani sudah berada didepan gerbang rumah Gracia, menunggu di mobilnya sampai Gracia keluar.
Bukannya ia tak mau masuk, tapi jika ia masuk maka Gracia tidak akan mau menemui dirinya. Maka ia memutuskan untuk menunggu diluar , menunggu hingga Gadis itu keluar.
Tatapan Shani masih fokus ke depan rumah Gracia hingga orang yang ia tunggu-tunggu keluar.
Ia keluar dari mobilnya dan menghampiri Gracia yang sibuk dengan hp ditangannya.
"Ge," panggil Shani dengan pelan tapi mampu mengagetkan Gracia, karena hanya Shani lah yang memanggilnya dengan panggilan "Ge".
Gracia menatap datar orang yang didepannya dan melipat kedua tangannya di dada.
Shani yang mendapat respon seperti itu tentu saja merasa sedih. Orang yang selama ini ada disampingnya berbagi suka dan duka tidak menganggapnya dirinya ada.
"Ge Cici minta maaf atas perkataan Cici beberapa minggu lalu," dengan sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah Shani berbicara dengan Gracia.
"Gue nggak butuh maaf dari lo."
Deg
Jantung Shani berdetak kaget, "lo" kata itu! kata yang tak pernah terucap dari mulut Gracia untuk dirinya. Tapi tujuannya bukan untuk memikirkan itu.
"Ge Cici tau, Cici salah tapi memang benar Cici sayang dan cinta sama kamu."
"Nggak usah ngomong cinta-cintaan, cinta yang lo maksud itu menjijikan."
Hancur! hati Shani hancur mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Gracia. Tapi! apakah Gracia peduli?
"Gue sama lo itu sama! sama-sama perempuan! tidak bisa bersatu."