8

4.7K 334 9
                                    

Happy reading!!!

Sejak pertemuan mereka di taman beberapa minggu lalu Gracia dan Shani tak pernah bertemu lagi.

Gracia, ia tak pernah absen untuk datang ketaman itu berharap ia masih bisa bertemu dengan Shani.

Seperti saat ini, ia kembali datang berkeliling untuk mencari Shani tapi ia tak menemukannya. Hari sudah mulai gelap dan tampaknya akan turun hujan.

"Ah aku pulang aja deh, Ci Shani nggak ada disini," ucap Gracia lesu.

"Mana mungkin juga ia disini Gre," ucapnya pada dirinya sendiri.

"Pertemuan kalian kan tidak disengaja," lanjutnya.

Ditempat lain tampaknya Shani baru keluar dari suatu tempat dan ingin kembali kerumahnya. Di pertengahan jalan ia berhenti tak jauh dari tempatnya ada seorang gadis yang ia kenal sedang duduk dibawah pohon.

"Mengapa dia disini?" batin nya.

"Ini sudah malam dan mau hujan."

Ia masih memerhatikan gadis itu, tampak gadis itu sedang mengomel melihat hp nya.

*****

Gracia memutuskan untuk segera pulang dari taman itu. Nampaknya dia sedang memesan kendaraan online dari ponselnya, tapi selalu ditolak. Sampai ponselnya habis daya.

Ia mengomel mencari sesuatu didalam tasnya berharap ia membawa barang untuk mengisi daya ponselnya, tapi tak ada.

Ia menyandarkan tubuhnya ke pohon itu lalu memeluk lututnya.

Malam itu disebuah halte terlihat seorang remaja sedang menunggu jemputan. Tiba-tiba ponselnya berbunyi memberitahu bahwa sang Papa tidak dapat menjemputnya.

Lantas ia mencoba untuk memesan kendaraan online di ponselnya tapi tak ada satu pun yang menerimanya.

"Andai Ci Shani disini," pikir remaja itu yang tak lain adalah Gracia.

"Andai Ci Shani nggak ikut acara reunian teman-temanya pasti aku udah pulang bareng dia."

Tiba-tiba hujan datang, walau di halte tersebut bisa dipakai untuk berteduh tapi Gracia masih bisa basah.

Tak lama kemudian sebuah mobil terparkir didepannya dan keluarlah Shani dari mobil itu sambil memegang payung.

"Ya ampun Ge kenapa belum pulang," omel Shani kepada Gracia setelah ia menghampiri gadis itu.

"Papa nggak bisa jemput Ci dan aku udah coba pesan online tapi ditolak," bibir Gracia cemberut matanya sudah berkaca-kaca.

"Kenapa nggak ngabarin cici," tanya Shani mengusap pipi Gracia dengan lembut .

"Gege takut ganggu," jawab Gracia dirinya sudah memeluk Shani.

"Selama itu Gege cici nggak ngerasa di ganggu kok," ucap Shani  membalas pelukan Gracia.

"Sekarang kita pulang ya, kamu udah basah," ajak Shani.

"Iya Ci"

"Gracia bodoh ya ci," guman Gracia setelah ingatannya berputar pada kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Gracia bodoh ci udah jahat sama Cici, padahal cici selalu baik sama Gege," lanjutnya kali ini matanya sudah mengeluarkan cairan bening.

Gracia berdiri ia tak bisa berdiam diri disini terus, ia harus mencari kendaraan supaya dia bisa pulang kerumahnya.

Tapi baru beberapa langkah hujan sudah menguyur dirinya, tapi ia terus melangkah sampai ia menyadari bahwa ia tak terkena air hujan.

Ia melirik keatas dan ia melihat sebuah payung yang melindunginya. Betapa terkejutnya dirinya setelah melihat siapa yang memayungi dirinya.

"Ci Shani," lirih Gracia.

"Bodoh." Ucap Shani pelan tapi masih bisa didengar Gracia.

Ya Shani menghampiri Gracia, bagaimana pun kecewanya Shani ia tetap peduli sama Gracia.

"Iya aku memang bodoh ci sangat bodoh malahan," ucap Gracia.

Tanpa membalas ucapan Gracia, Shani menarik tangan Gracia kearah mobilnya yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Masuk" singkat Shani setelah membuka pintu mobilnya untuk Gracia, lalu ia juga masuk di kursi kemudi. Tanpa sepatah kata Shani segera menjalankan mobilnya.

Tak ada yang membuka suara, Shani fokus menyetir sementara Gracia ia tak berani membuka suara melihat aura yang dipancarkan Shani. Dan ia juga kedinginan.

Shani menghentikan mobilnya disebuah minimarket, lalu membuka seatbelt nya lalu mengambil sesuatu di belakang.

"Ganti baju" ucap Shani menyerahkan barang yang ia ambil tadi ke pada Gracia, lalu keluar memakai payung menuju minimarket.

Setelah beberapa menit Shani keluar dan masuk kedalam mobil, lalu kembali menjalankan mobilnya.

"Ci" Gracia mencoba membuka suara.

"Hmm" dehem Shani.

"Cici tinggal dimana" tanya Gracia.

Shani hanya melirik Gracia tanpa membalas perkataannya. Melihat respons Shani, Gracia menghela nafas lalu memejamkan matanya pusing tiba-tiba menyerangnya.

*****

Shani sudah sampai didepan rumah Gracia lalu melirik Gracia yang sepertinya tertidur ia mengigil.Tangan Shani memegang kening Gracia dan panas.

Shani mau membangunkan Gracia tapi ia tak tega melihat kondisi orang yang ia cintai saat ini. Cinta itu masih ada sampai sekarang tidak pernah hilang, cuman sikapnya aja yang ia rubah.

Shani mengendong Gracia masuk kedalam rumahnya tak ada orang di rumah itu.

Shani membawa Gracia ke kamar lalu membaringkan wanita itu secara perlahan, ia pergi ke dapur mengambil kompresan untuk Gracia.

"Ci Gege minta maaf" Gracia mengigau air matanya juga ikut keluar.

Shani mengusap wajah Gracia lalu mendekatkan wajah nya ke telinga Gracia.

"Cepat sembuh kesayangan Shani," ucap Shani lalu ia mencium kening Gracia.

Setelah Shani mengompres kening Gracia ia memutuskan untuk pulang tanpa berpamitan kepada siapapun. Shani mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang, membuka kaca mobilnya membiarkan angin menerpa wajah sampingnya.

Tapi sebelum ia pergi ia terlebih dahulu mengabari kedua orang tua Gracia, agar mereka segera pulang.

Tbc .

Yang ini pendek dulu ya

See you part selanjutnya

Bertahan atau Pergi [GRESHAN]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang