25

5.8K 277 8
                                    

Happy Reading!!!

Sekitar jam sepuluh malam Gracia terbangun dari tidurnya karena ia merasa lapar, setelah tadi Shani menggempur dirinya habis-habisan keduanya sama-sama tertidur tanpa mengisi perut mereka terlebih dahulu.

Gracia memandang wajah polos Shani yang tengah tertidur memeluk dirinya. Ia tak menyangka jika Shani memiliki itu dan ia juga tak menyangka jika Shani bisa seganas itu di atas ranjang.

Memikirkan hal itu membuat pipi Gracia memerah menahan malu.

Gracia mencoba untuk melepaskan pelukan Shani secara perlahan ia takut membangunkan Shani, setelah berhasil mengangkat tangan Shani ia berusaha untuk duduk. Namun ia meringis merasakan sakit di area kewanitaannya.

"Awshh sakit ahk."

Suara rintihan dari Gracia mampu membangunkan Shani, Shani pun di buat khawatir oleh rintihan Gracia.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Shani menatap Gracia khawatir.

"Itu aku sakit kalau gerak ci." Jawab Gracia yang melirik ke arah selangkangnya.

"Maaf ya, aku tadi mainnya kasar dan lama." Ucap Shani penuh penyesalan.

"Nggak pa-pa sayang." Balas Gracia tersenyum manis ke arah Shani. Mendengar Gracia memanggil dirinya sayang membuat Shani merasa senang.

"Kamu mau kemana biar aku gendong?" Shani bertanya sambil membuka selimutnya dan turun dari atas ranjang.

"Ihhh! pake celana kamu dulu ih." Ucap Gracia menutup matanya saat melihat tubuh polos Shani, ia malu.

"Lah! nggak pa-pa kali Ge."

"Udah ayok kamu pasti lapar kan? Tapi sebelum itu kita bersihin badan kita dulu ya." Ucap Shani ia pun melepaskan selimut yang menutupi tubuh polos Gracia.

"Nggak mau mandi berdua nanti kamu malah minta yang lain-lain." Tolak Gracia, ia juga menutupi area kewanitaan nya. Ia malu terus-terusan di tatap Shani.

"Nggak usah ditutup Ge, aku udah lihat semuanya kok. Dan kamu tenang aja aku nggak bakal macam-macam kok." Balas Shani dengan sekali gerakan ia menggendong tubuh Gracia ala bride styel menuju kamar mandi.

Apa yang di katakan Shani emang benar adanya, ia tak melakukan hal yang lain-lain terhadap Gracia. Mereka hanya mandi saja. Dan sekarang Gracia sedang makan yang tentunya ia makan di kamar.

Shani dengan telatan menyuapi Gracia.

"Laper kali ya Ge." Tanya Shani melihat Gracia yang lahap sekali memakan makanannya.

"Iya lah, mulai dari siang aku belum makan. Mana kamu ngegempur aku sampai malam." Ucap Gracia dengan kesal.

"Hehehehe maaf Ge, soalnya aku udah nahan ini lama." Balas Shani sambil terkekeh.

"Iya aku maafin."

"Kamu nggak makan ci?" Gracia bertanya pasalnya Shani tak ikut makan bersamanya.

"Aku nggak laper Ge." Balas Shani.

"Kamu belum makan lo dari siang ci, kamu makan gih." Suruh Gracia.

"Kalau aku lapar pasti aku makan Ge. Aku simpan piringnya dulu ya." Ucap Shani saat Gracia sudah selesai dengan makanannya.

"Iya ci, makasih ya udah ngambilin makananku dan nyuapin aku."

"Sama-sama sayang." Shani pun segera keluar dari kamar mereka.

*****

Satu bulan kemudian.


Pagi ini Gracia merasa jika tubuhnya lemah dan ia juga merasa mual. Wajah nya juga sedikit pucat, dan Shani menyadari itu.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Shani menghampiri Gracia yang sedang duduk bersandar di dashboard. Ia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Aku ng,.... hueek." Ucapan Gracia terpotong ia buru-buru turun dari atas kasur menuju kamar mandi. Shani panik dan mengikuti Gracia.

"Kita kerumah sakit ya sayang." Ajak Shani saat keduannya keluar dari kamar mandi, Gracia baru saja memuntahkan isi perutnya.

"Wajah kamu pucat banget sayang."

Gracia pun menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Shani, Shani pun menggendong tubuh Gracia keluar dari kamar mereka menuju mobilnya.

Di mobil Shani tak henti-hentinya menatap Gracia dengan tatapan khwatir, ia takut terjadi sesuatu kepada Gracia. Shani pun tak melepaskan gengaman tangannya.

Sementara Gracia ia hanya bisa memejamkan matanya menahan rasa mual yang kembali datang.

"Sabar ya sayang bentar lagi kita nyampe." Ucap Shani yang di balas anggukan oleh Gracia.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah sakit, Shani buru-buru membuka pintu mobilnya. Ia juga menggendong tubuh Gracia masuk ke dalam rumah sakit.

Shani mondar-mandir di depan pintu yang menjadi tempat Gracia di periksa. Sesekali ia mengintip kedalam memastikan Gracia baik-baik saja.

Tak lama kemudian dokter yang memeriksa Gracia keluar di ikuti Gracia yang berjalan di belakang.

"Bagaimana ke adaan istri saya dok?" Tanya Shani penasaran. Dokter itu tersenyum dan menyuruh Shani dan Gracia mengikutinya ke ruangannya.

"Selamat ya Miss istri anda hamil dan sudah memasuki minggu ketiga." Sang dokter tersenyum ke arah Shani dan Gracia.

"Serius dok." Kaget Shani.

"Iya Miss saya serius."

Shani pun langsung memeluk tubub Gracia dan mengucapkan rasa terimakasihnya, hal ini lah yang ia tunggu-tunggu semenjak dirinya resmi menikah dengan Gracia.

"Makasih sayang." Ucap Shani mencium kening Gracia.

Gracia tersenyum melihat betapa bahagianya Shani saat mengetahui dirinya hamil dan tentunya ia juga bahagia. Kebahagiaan mereka akan lengkap.

"Sama-sama sayang." Balas Gracia tersenyum.

"Usia kandungan bu Gracia terbilang masih muda dan rentan mengalami keguguran, saya harap kalian bisa menjaganya." Ucap sang dokter.

"Baik dok, kalau begitu kami keluar ya dok dan terimakasih." Ucap Shani.

"Sama-sama Miss Shani." Balas sang dokter.

Shani dan Gracia pun keluar dari ruangan sang dokter, senyuman keduanya tak pernah hilang selama berjalan ke arah parkiran rumah sakit.

Tbc.

See you part selanjutnya.

Bertahan atau Pergi [GRESHAN]  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang