7☆

1.9K 64 17
                                    

Aku belum pernah merasakan sakit kepala hingga membuatku pingsan. Padahal belakangan ini aku tak terlalu lelah, kemungkinan sudah mendekati hari datang bulan? Kurasa.

Aku membuka kresek berisi penuh makanan di ruang tamu rumahku. Berapa lama aku akan menghabiskan seluruh makanan ini? Sungguh banyak.

Aku harus membalas kebaikan Pak Jeffrey segera. Namun aku tak tahu bagaimana caranya.

Banyak makanan enak yang kusuka di dalam kresek tersebut. Pak Jeffrey memiliki selera bagus dalam memilih snack.

Lumayan nih gak beli jajan seminggu. Ucapku dalam hati.

3 bungkus roti dengan bungkus besar, 4 susu kotak, 2 large chips, 1 Japanese instant noodle, 3 snack berbentuk stik, 2 cup yogurt, 1 bungkus milk candy, dan 1 box pie coklat.

Astaga banyak banget. Gimana ngabisinnya ini...

Aku tak menyangka makanan pemberian Pak Jeffrey akan sebanyak ini.

Duh Pak Jeffrey ngeluarin berapa uang buat beli semua ini...

Aku membuka satu bungkus roti isi dengan rasa selai coklat di dalamnya lalu kupotong menjadi dua bagian. Barang kali aku tidak bisa menghabiskan satu roti penuh ini, jadi aku tidak menyisakan meskipun aku sendiri yang memakannya.

Kumakan rotinya dengan big bite karena aku sekarang sedang lapar sekali. Saat ini aku malas untuk memasak ataupun pergi ke luar untuk membeli lauk.

Sisa roti yang kupotong menjadi dua tadi kusimpan kedalam kulkas untuk kumakan nanti jika aku merasa lapar lagi.

Tiba-tiba aku teringat dengan cookies pemberian Pak Jeffrey yang tinggal setengah jar saja.

Kuraih jar itu yang berada di atas nakas dan meletakkannya di sebelahku.

Segera kulahap sisa roti yang kumakan tadi dan beralih untuk memakan cookies.

"Expirednya kapan, deh? Takut cepet basi, nih. Aku habisin sekalian kali, ya?" ucapku bergumam.

Kubuka penutup jar yang sengaja kututup dengan sangat amat rapat. Aku sedikit kesusahan untuk membukanya. Salahku.

"Akhirnya kebuka juga."

Aroma yang sama saat aku pertama kali membuka jar cookies itu.

"Astaga baunya masih enak." tanpa pikir panjang kuserbu tanpa ampun.

Jika di ingat-ingat, terakhir memakan cookies pemberian Pak Jeffrey itu sudah 6 hari yang lalu. Aku sangat rindu rasa manis yang terdapat di cookies itu.

Tak sadar aku sudah menghabiskan seluruh isi cookies tersebut dan hanya menyisahkan remahan-remahan kecil. Sayang sekali jika menyisahkan sebutir remahan. Kapan lagi aku bisa merasakan enaknya makanan ini.

"Nice meal." ucapku kepada diriku sendiri. Aku segera bangkit dari tempat tidurku untuk menyuci tangan yang sudah lengket karena makanan manis yang kumakan tadi.

Kunyalakan air pada kran westafel tersebut dan kugosok gosok jari jemariku. Di sela-sela mencuci tangan, kulihat pantulan diriku di cermin tepat di atas westafel berada. Tak ada yang salah dengan wajahku. Saat asyik memandang pantulan diri di cermin, aku teringat dengan Pak Jeffrey. Aku teringat akan senyumannya yang manis dan tulus itu. Senyuman yang manis ketika memandang ke arahku.

Seketika pipiku memerah. Wajahku menjadi panas.

Sadarlah! Sadar!

Isi kepalaku belakangan ini hanyalah Pak Jeffrey, Pak Jeffrey, dan Pak Jeffrey.

Born Too Late • Jeffrey Dean Morgan •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang