18☆

1.4K 53 12
                                    

Sebenarnya aku tak paham dengan status hubunganku dengan Pak Jeffrey saat ini. Ia bertingkah seolah Ia menyukaiku juga, membuatku bingung saja. Mungkin aku terlalu percaya diri? Bisa saja Ia berlaku seperti itu di semua orang.

Aku juga sebenarnya penasaran, apakah Pak Jeffrey sendiri tidak curiga dari gelagatku saat berada di dekatnya?

Aku nyaman dengan hubungan yang seperti ini, tanpa status. Aneh bukan? Kebanyakan dari pihak wanita selalu menekankan "kita ini apa?"

Apakah karena umur kita yang terpaut sangat jauh jadi aku tak mementingkan status hubungan kita? Ini menurutku pribadi, sih. Aku tak mempermasalahkan juga. Biasanya masa-masa pdkt sangatlah menyenangkan daripada saat sudah menjadi pacar. Lagipula aku tak berpikiran untuk berkencan dengan Pak Jeffrey, apa kata warga sekolah nantinya? Aku selalu memikirkan risiko terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.

Jika Pak Jeffrey memberiku perhatiannya sedemikian rupa, tak mungkin bukan kalau Pak Jeffrey tak menyukaiku, 'kan?

Ah, aku takut kepedean.

Tetapi perilakunya kepadaku membuatku bertanya-tanya dan membuatku kepikiran. Aku ingin tahu, setidaknya Ia menyukaiku juga atau tidak.

Aku tak keberatan jika menjalin hubungan dengan jarak umur yang terpaut jauh. Lagian umur hanyalah angka.

Sebenarnya Gabriel, Sophie dan juga Anneth tak tahu kedekatanku dengan Pak Jeffrey. Mereka hanya tahu bahwa aku menyukai Pak Jeffrey, itu saja. Aku tak bermaksud merahasiakannya, hanya saja status kami saat ini tidaklah jelas. Nanti saja kalau kedekatan kami sudah ada perubahan baru aku akan memberitahu mereka.

Ngomong-ngomong, aku sangat nyaman dengan segala perhatian yang Pak Jeffrey beri. Aku tak pernah mendapatkannya dari ayahku sendiri seperti yang Pak Jeffrey berikan.

Kalau ibuku masih sering mengirimiku pesan dan menelponku di sela-sela kesibukannya. Ayahku tak pernah sekalipun menanyai kabarku. Karena ayahku tak pernah memberiku pesan aku juga tidak pernah memberinya pesan. Aku tahu Ia sibuk dan tak ada waktu untuk membuka room chat anaknya ini, jadi aku tak mengiriminya pesan.

Pernah pada suatu saat aku menelpon ibuku dan ternyata ada kehadiran ayahku di sebelah ibuku lalu aku bertanya kepada mereka. Aku berniat untuk blak-blakan saja. Jujur saja, aku memiliki orang tua yang lengkap tapi aku tak merasakan kehadiran mereka. Aku bertanya kapan giliran mereka untuk mengunjungiku. Mereka berjanji dan sepakat bergilir untuk mengunjungi satu sama lain. Tetapi mereka selalu saja tidak sesuai dengan waktu yang di janjikan, mengulur waktu dan membuat rencana tersebut menjadi wacana. Jadi, mau tak mau aku yang menepati janji itu dengan berangkat kesana seorang diri agar janji tersebut tak menjadi omong kosong.

Tentu saja aku kecewa tapi apa boleh buat?

Terakhir kali aku bertemu dengan orang tuaku itu tahun lalu kurasa, itupun aku yang mengunjungi mereka. Mereka tak pernah ada waktu untuk cuti sekalipun itu untuk anaknya sendiri. Jadi akulah yang selalu menghampiri kesana.

Memang benar kebutuhanku dan fasilitasku di sini terpenuhi, aku sangat bersyukur tentang itu. Setidaknya aku masih bisa menyenangkan diriku sendiri dengan uang yang orang tuaku berikan.

Uang adalah segalanya, dengan begitu kasih sayang dari orang tua juga segalanya. Tetapi aku tak mendapatkannya layaknya keluarga harmonis pada umumnya, bukan dengan jarak yang memisahkan kita.

Aku tidak keberatan jika hal itu tidak membebani kedua orang tuaku.

Apa karena itu ya aku mengharapkan kehadiran Pak Jeffrey di hidupku? Aku ingin mempunyai seseorang yang memperhatikanku, menjagaku, dan membuatku aman saat bersamanya.

Born Too Late • Jeffrey Dean Morgan •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang