15☆

1.7K 60 19
                                    

Putar lagu ini sesuai intruksi dari aku, ya!

~~~

Bel tanda berakhirnya pelajaran akhirnya berbunyi. Aku tak langsung pulang bersama Gabriel ataupun Sophie dan Anneth. Melainkan pergi ke koperasi siswa untuk membeli es krim.

Aku membeli satu cup es krim berasa buah-buahan yang cukup segar. Tak terlalu manis dan rasanya sedikit asam, sempurna.

Mungkin aku terlalu lama saat berada di koperasi siswa karena berbicara beberapa saat bersama temanku dari kelas tetangga, kulihat parkiran sekolah sudah cukup sepi dan hanya meninggalkan beberapa sepeda motor milik siswa atau siswi lain yang masih berada di sekolah.

Sebenarnya hari ini aku tak membawa sepeda motorku karena sedang di service pagi-pagi tadi. Karena ada suatu insiden yang terjadi kepadaku yaitu ban sepeda motorku melintasi jalan bebatuan dan ternyata terdapat paku di sana.

Untung saja ada Gabriel yang tak sengaja melintas di hadapanku. Gabriel yang melihatku segera menghampiri dengan sigap.

Sebenarnya saat aku berangkat sekolah aku selalu berpapasan dengan Gabriel yang selepas pulang dari membeli sarapan. Jadi, hari ini aku berangkat bersama dengan Gabriel.

Sebelum benar-benar akan pulang, Gabriel menawariku tumpangan lagi. Namun kutolak dengan beralasan aku akan pergi ke rumah teman masa SMPku dan memesan ojek online untuk pergi ke sana. Nyatanya tidak benar. Hanya saja aku merasa merepoti Gabriel.

Aku keluar dari kawasan sekolah melewati gerbang depan karena aku ada janji kepada temanku yang dari kelas tetangga untuk menemuinya di pos satpam yang lokasinya berada di dekat gerbang depan.

Di sinilah aku. Berada di seberang gerbang belakang hendak memesan ojek online. Aku sengaja tak memesan saat 15 menit sebelum bel pulang berbunyi karena aku masih ingin berada di sekolah. Aku sangat suka menikmati matahari sore saat masih di area sekolah. Tidak terik namun cukup hangat bagiku. Serta melihat siswa dan siswi yang sedang melaksanakan ekstrakurikuler hari ini. Belakangan ini aktivitas menikmati matahari sore sudah menjadi rutinitas yang membuatku terlambat pulang 30 menit dari biasanya.

"Butuh tumpangan?"

Suara yang kukenal. Suara yang selama ini kurindukan. Suara yang telah menghilang selama satu bulan lamanya kini aku mendengarnya lagi.

Yang awalnya terfokus pada ponsel, kini aku menoleh cepat kepada sumber suara.

"Pak Jeff.." ucapku lirih.

"Hai." sapanya dengan lembut dari dalam mobil.

Aku masih mematung di tempat. Masih tak percaya bahwa kini Pak Jeffrey berada di depanku.

"Sini."

Aku menoleh ke arah kanan dan kiri sebelum memasuki mobil milik Pak Jeffrey karena takut bila ada yang melihat.

"Pulang sama siapa?" tanyanya.

"Sama ojek, Pak." balasku.

"Belum pesan?"

"Belum." aku sedikit ragu saat menjawabnya.

"Ayo saya antar." tawarnya.

Seketika mataku membulat saat mendengar tawarannya. Belum sempat menerima ajakan beliau, Pak Jeffrey sudah menyuruhku untuk masuk.

Aku sedikit ragu saat hendak membuka handle pintu mobilnya. Jadilah Pak Jeffrey membukakan dari dalam.

"Come in." ucapnya dengan gesture menyuruku masuk.

Sekarang aku berada di kursi sebelah Pak Jeffrey. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku menundukkan kepala sambil memainkan ujung seragamku.

Pak Jeffrey segera melajukan kendaraannya.

Born Too Late • Jeffrey Dean Morgan •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang