Jangan salahkan bila Alaska berubah menjadi lelaki berdarah dingin. Lelaki yang terlahir dari keluarga kaya, namun sengsara. Bagaimana itu?
Ayahnya meninggalkan dirinya untuk selamanya, setelah kejadian sepuluh tahun lalu. Semua kejadian mengerikan itu masih tergambar jelas dalam pikirannya. Wanita yang ia anggap Malaikat tanpa sayap ternyata adalah seorang iblis tak berperasaan.
Ibunya menjualnya pada seorang mafia, namun membawa kakaknya dengan penuh kasih sayang. Bukankah mereka berdua adalah anak kandung Eli? Hidup dengan Bara membuat pertumbuhan Alaska begitu keras. Didikan yang diberikan ayah angkatnya mengajarkannya bahwa hidup tidak perlu kasihan pada orang lain.
Balas dendam, memiliki apa yang ia inginkan, menjadikan semua hal mudah baginya. Itu adalah ajaran Bara, pemimpin mafia paling ditakuti. Di dunia ini ia tidak percaya dengan orang lain. Bahkan sahabatnya hanya sebatas teman cerita untuk hal-hal sederhana.
Setelah Alaska dewasa Bara meninggal dunia saat menjalankan sebuah misi. Musuh berhasil memasukkan peluru kedalam tubuhnya. Kini, Alaska lah yang menggantikan posisi Bara. Alaska begitu terlatih dalam pekerjaan berbahaya itu. Sejauh ini belum ada yang berhasil mengalahkan Alaska dalam hal apapun.Satu hal yang belum ia tuntaskan. Ya, membunuh Ario Hermawan. Lelaki setengah abad yang masih dalam pantauan Alaska. Perlahan Ario harus tersiksa dalam genggamannya. Ibu yang ia benci menikah dengan pembunuh ayahnya sendiri, membuat Alaska begitu muak. Ibunya mengajak Alaska kembali untuk hidup bersama, dan membangun keluarga bahagia bersama suami barunya. Demi tujuannya Alaska mengikuti keinginan sang ibu. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Ibu ataupun ayah tirinya itu tidak tau jika Alaska adalah sosok yang berbahaya.
Sesekali Alaska tinggal di rumah Ario. Bukan karena merindukan mereka, melainkan untuk melihat adik manisnya, untung saja Alfarez Aidan tidak pernah lagi pulang ke rumah karena ia juga tidak bisa melihat wajah Ario setiap saat, Alfarez tidak sejahat Alaska. Ia juga membenci Ario, namun tak pernah berniat untuk membalaskan dendamnya. Alfarez lebih mengutamakan kebahagiaan ibunya dibandingkan dendamnya.
Alfarez tinggal di apartemen yang jaraknya cukup jauh dari kediaman keluarga Hermawan, ia membangun sebuah perusahaan atas bantuan Ario. Cukup baik, namun tak bisa merubah pandangan Alfarez padanya.
Untuk Alaska? Ia akan menunggu hingga anak musuhnya itu tumbuh dewasa. Selama ini Alaska tidak menunjukkan sisi buruknya pada Alisa, agar gadis berumur tujuh belas tahun itu tidak kabur darinya sebelum ia merenggut segalanya.
Semenjak Alisa beranjak dewasa, Alaska semakin sering menginap di rumah mewah Ario. Ia memiliki dua adik perempuan yang sangat ia benci. Alisa merupakan anak sulung dari keluarga Hermawan. Adiknya bernama Raisa, yang kini berusia lima belas tahun.
Alisa adalah tipikal gadis yang tidak banyak bicara, ia juga tidak begitu suka dengan keramaian. Rutinitasnya hanya sekolah dan bersantai dikamar.
Ia gadis yang pintar dan penyayang, terutama kepada keluarganya.Alaska membuka pintu yang bertuliskan nama Alisa disana. Perlahan laki-laki bertubuh atletis itu masuk tanpa mengeluarkan suara. Alisa begitu cantik dalam tidurnya, Alaska sangat suka itu. Belakangan ini Alaska memang sering masuk ke kamar Alisa disaat gadis itu tengah tertidur pulas. Membaringkan tubuhnya disamping Alisa kemudian beranjak disaat pagi menyapa. Alaska memiliki kunci cadangan yang memudahkannya masuk kapanpun yang ia mau.
Alaska melingkarkan tangannya dipinggir Alisa kemudian mengecup leher gadis itu. Kapan ia akan menjalankan misinya pada Alisa?
"Lo ngga bakal bisa lepas dari gue, sayang!" Ucap Alaska sebelum memejamkan matanya. Malam ini Alisa kembali tidur dalam dekapan Alaska.
Pagi menyapa, Alaska terbangun dari tidur indahnya, ia mengucek matanya kemudian beralih pada Alisa yang masih pulas. Alaska mengecup singkat bibir Alisa, tak hanya sekali. Namun berulang kali hingga membuat Alisa perlahan terbangun. Penglihatan Alisa semakin jelas menunjukkan wajah Alaska yang begitu dekat dengannya.
Alisa menjauh dengan cepat, memperhatikan Alaska dari bawah hingga ke atas. Bukannya takut Alaska malah mengeluarkan senyum mengejeknya. Menyandarkan tubuhnya Kedinding kemudian menyilangkan tangannya. Alisa menatap Alaska seakan meminta jawaban. Masih setengah sadar, Alisa menutup dadanya seolah takut jika Alaska berbuat sesuatu.
"Ka-kakak kenapa dikamar aku?" Suara Alisa membuyarkan keheningan. Ia menelan salivanya dengan paksa.
"Tidur. Kenapa? Ngga boleh?" Santai Alaska menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya. Ia melangkah maju mendekati lawan bicaranya, membuat Alisa spontan melangkah mundur. Alaska memegang bahu Alisa kuat membuat sang empu meringis menahan sakit.
"Bibir Lo manis. Karena gue suka, ini milik gue." Ucap Alaska meletakkan jari telunjuknya dibibir bawah Alisa. Ia mengelus bibir tipis Alisa seakan ingin melahapnya.
"Ma-maksud kakak apa? Aku ng-nga ngerti." Alisa semakin panik dibuatnya, tak biasanya Alaska semengerikan ini. Walaupun Alaska sangat tertutup dan memancarkan hawa yang membuat Alisa takut, tapi bukan seperti ini.
Bukannya menjawab, Alaska menempelkan bibirnya pada bibir Alisa, bermain dengan lihai disana membuat Alisa hampir kehilangan nafas. Alaska melumat bibir Alisa tanpa ada balasan. Merasa geram, Alaska menggigit bibir gadis itu hingga lidahnya berhasil masuk.
Alisa memukul dada bidang Alaska, namun tak berhasil. Tenaganya tak sekuat itu untuk melawan. Alaska membiarkan gadis itu berbuat sesukanya, yang pasti paginya kali ini terasa lebih spesial karena ia menikmati gadis itu disaat Alisa terbangun. Tidak seperti biasanya.
Beberapa menit berlalu Alaska melepaskan ciumannya, ia mengeluarkan senyum tipis yang membuat Alisa semakin ketakutan. Alaska mengecup kening Alisa kemudian pergi begitu saja.
Jangan tanya bagaimana perasaan Alisa, sejak saat ini ia benci yang namanya Alaska Aidan. Laki-laki brengsek itu telah berhasil mengambil ciuman pertamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/343287611-288-k242043.jpg)