gue lagi?

485 11 0
                                    

Dalam perjalanan Alisa nampak gelisah, tidak ada suara semenjak mereka masuk ke dalam mobil. Alisa semakin dibuat panik dengan diamnya Alaska. Lelaki yang biasanya banyak bicara tiba-tiba diam tanpa suara.

"A-aku minta ma-maaf kak." Alisa memecahkan keheningan. Ia mengarahkan pandangannya keluar jendela saat tidak ada jawaban. Alaska yang fokus ke depan seolah tidak ada orang disampingnya membuat Alisa tidak nyaman. Alunan musik Alisa putar untuk menghilangkan rasa gugup dihatinya.

Matanya memerah menahan aliran air asin yang siap terjun. Alisa lebih suka Alaska yang cerewet, ini bukan Alaska! Banyak bayangan terlintas dalam benak gadis lugu ini, Alaska bukanlah lelaki yang berhati lembut. Ia akan menyiksa Alisa lagi seperti biasa. Bekas sayatan yang Alaska buat belum hilang, dan sepertinya Alaska akan melukis gambar lainnya di punggung Alisa.

"Kenapa ninggalin gue?" Alaska bertanya setelah ia memarkirkan mobilnya di depan apartemennya.
Alaska meraih pipi Alisa kemudian mengecupnya singkat. "Berharap kalo gue bakalan nyesel karena udah nyakitin Lo?" Lanjutnya serak di telinga Alisa

Alisa menggeleng, ia menundukkan kepalanya agar menghindari kontak mata dengan Alaska. Alisa tidak suka pada mata itu. Indahnya mata Alaska membuat Alisa membenci sekaligus mencintai pemilik nama Alaska Aidan yang sudah merusak hidupnya.

"K-kak aku mau tidur, udah ngantuk." Alisa membuka pintu mobil kemudian berlalu meninggalkan Alaska yang masih menunggu jawaban. Gadis dengan stelan kaos serta celana jeans itu melangkah hingga memasuki gedung, menuju apartemen Alaska yang disusul oleh sang pemilik apartemen.

Di depan pintu Alisa dapat melihat sosok wanita cantik tengah berdiri sambil memainkan handphone. Alisa ingat sekali, wanita yang dihadapannya sekarang adalah Naila, Kekasih Alaska Aidan. Terkadang Alaska membawanya ke rumah, karena itulah Alisa mengenali calon kakak iparnya ini.

Alisa mendekat dengan senyum sebagai tanda bahwa ia bersyukur dengan kehadiran Naila. "Kak Naila datang diwaktu yang tepat." Batin Alisa berterima kasih kepada sang pencipta dalam hati.

"Sayang. Darimana aja?" Naila memeluk Alaska melewati Alisa yang hendak mengulurkan tangannya.

"Kenapa kesini hm? Bukannya aku udah suruh kamu istirahat?" Lembut. Bahkan sangat lembut. Alaska begitu lembut pada Naila, berbeda sekali saat ia bicara pada Alisa.

"Alay ternyata." Cibir Alisa, namun tidak terdengar oleh dua insan yang tengah diguluti kerinduan.

"Aku kangen. Kepalaku masih sakit." Naila mendongak dengan dagu yang ia sandarkan pada dada bidang Alaska. Lelaki garang ternyata juga bisa bucin.

"Tidur disini aja. Aku bakal jagain kamu." Alaska melingkarkan tangannya di pinggang Naila, hendak membawa wanitanya untuk beristirahat.

Naila adalah cinta pertama Alaska. Naila adalah anak dari ayah angkatnya, yaitu Bara. Alaska telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjadikan Naila sebagai istrinya kelak. Naila satu-satunya peninggalan Bara yang sangat berharga.

"A-aku m-masuk duluan kak." Ucap Alisa ingin berhenti menyaksikan kebucinan Alaska dan juga Naila.
Alaska mengedipkan matanya tanda setuju, "bikinin bubur untuk Naila!" Suruh Alaska lebih dulu melangkah bersama Naila.

Alisa mengangguk, kemudian memasuki apartemen mewah Alaska. Ia tidak boleh telat mengantarkan bubur untuk Naila. Karena jika itu terjadi, Naila akan merengek meminta Alaska untuk menemui Alisa agar bergerak lebih cepat.

Seperti biasa, Alaska akan memenuhi semua permintaan Naila, karena baginya permintaan wanitanya adalah perintah yang harus ia laksanakan. Tanpa pikir panjang Alaska akan menyakiti Alisa jika membuat Naila menunggu. Begitulah cintanya pada Naila.

Alisa menyiapkan bahan-bahan yang sudah ia beli sebelumnya. Ia pintar dalam pekerjaan rumah tangga. Jika untuk dijadikan istri, Alisa lah solusinya. Alisa memasukkan bahan bahan satu persatu, kemudian mengaduknya hingga matang.

Alisa menghias bubur yang ia buat dengan sangat indah. Naila akan suka jika makanannya di hias, dan Alaska akan merasa bahagia untuk sebuah senyum yang tergambar dalam wajah Naila.

Dengan gugup Alisa meletakkan nampan berisikan bubur di atas nakas yang terletak di samping ranjang Alaska. Malam ini Alaska tidak tidur sendirian, ia akan menghabiskan malam dengan Naila. Ia akan merawat Naila dengan penuh kasih sayang.

"Mau kemana?" Suara khas Alaska membuat Alisa membalikkan badannya kembali agar menghadap Alaska dan juga Naila yang tengah bersandar di sofa. Alisa bingung dengan sikap Alaska.

"Mau ke kamar, kak." Mata Alaska bertemu denga netra indah alisa, pandangan yang seakan berbicara membuat naila merasa risih melihatnya. Naila tau jika Alaska dan Alisa bukan saudara kandung. Bisa saja akan ada cinta setelah ini.

"Oh ya, Sa. Kamu udah punya pacar?" Naila membuka suara. Ia tersenyum penuh tanda tanya pada Alisa. Wanita yang sebentar lagi akan membawa nama Aidan dibelakang namanya itu beranjak dari atas sofa. Ia meraih tangan kanan Alisa kemudian menggenggamnya. "Ngga usah malu, sebentar lagi kan aku bakal jadi kakak ipar kamu."

"A-aku udah punya pacar kak." Jawab Alisa ragu. Sontak jawaban sederhana itu mampu membuat Alaska mengepalkan tangannya. Ia menahan amarahnya sebisa mungkin agar Naila tidak curiga. Tatapannya kini lurus pada Alisa yang tengah menundukkan kepala.

"Seriusan? Aku ngga nyangka loh. Namanya siapa? Aku kenal ngga?" Pertanyaan beruntun diajukan pada Alisa membuat sang empu tidak tau harus menjawab yang mana.

"K-kakak ngga kenal kok." Alisa melepaskan genggaman tangan Naila, kemudian mundur beberapa langkah. "Aku ke kamar dulu ya kak. Selamat malam." Pamitnya ingin meninggalkan tempat berbahaya itu secepat mungkin.

"Gue ngga izinin lo keluar dari kamar gue!"

"M-maksud kakak?"

"Tidur sama gue!" Jawaban Alaska mendapatkan tatapan tajam dari Naila. Wanita dengan tinggi 168cm itu  duduk kembali disamping Alaska.

"Lo tidur di sofa. Gue sama Naila mau nunjukin cara pacaran yang baik itu gimana." Alaska mencium leher jenjang Naila. Ia menghisapnya penuh nafsu. Wanita yang kini berstatus pacarnya itu mendesah tak tertahan, beberapa kali nama Alaska keluar dari bibir tebalnya.

"Aghhh ahh-laska u-d-ahh ngga-" ucapan naila terhenti kala Alaska membungkam mulut Naila dengan ciuman. Alisa menjauhkan pandangannya dari pertunjukan dewasa itu, ia tidak tahan melihat Alaska seperti singa kelaparan.

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang