Pagi yang cerah, Alisa berangkat dengan lesu bersama Azka. Ketidakhadiran Alaska disampingnya memberikan sedikit pengaruh juga baginya. Berbagai pikiran yang terlintas dalam benaknya. Genggaman tangannya di pinggang Azka membuat siswa SMA Bina Bangsa itu seakan diberi harapan.
"Sa, udah nyampe," Azka membuka helmnya, membiarkan Alisa dengan lamunannya. "Lagi ada masalah ya?"
"Ha? Ngga kok, lagi pusing aja." Alisa bergegas melepaskan pelukannya,
"Mau aku anterin ke UKS?" Azka membantu membukakan helm Alisa yang terlihat kesulitan.
"Ngga perlu, Ka. aku masih bisa tahan ." Alisa tersenyum, menyerahkan helmnya pada Azka. Sejak mereka dekat, Azka menemukan keunikan dalam diri Alisa. Sifat lembutnya membuat siapa saja yang bertemu dengannya akan terpukau.
"Sa, nanti malam mau jalan sama aku ngga?" Azka mengulum bibirnya deg-degan. Terlalu cepat baginya untuk lebih dekat dengan Alisa. Meski sudah terdengar ditelinga nya bahwa Alisa menyukainya, tapi dilihat dari cara Alisa meresponnya, tidak ada tanda-tanda Alisa menaruh perasaan padanya.
"Boleh," Alisa mengangguk ragu, "Aku ke kelas dulu ya." Pamit Alisa meninggalkan Azka. Rasanya campur aduk bagi Alisa.
Setiap langkah kakinya, Alisa hanya termenung mengikuti lorong lurus yang hampir mendekati kelasnya. Itulah warga +62 meski termenung namun tidak pernah salah, baik saat berjalan maupun berkendaraan. Pikiran yang pergi jauh entah kemana. Tapi mata, masih berada diposisi nya.
Dibelakang ada Azka yang masih setia mengikuti Alisa, ia tidak bisa tenang melihat keadaan Alisa yang aneh. Bisa saja terjadi hal buruk nantinya, Azka yang mengikuti langkah Alisa terhenti kala gadis itu akan memasuki kelasnya. Setidaknya, azka dapat memastikan jika Alisa sampai dikelasnya dengan selamat.
Di kelas Alisa hanya memperhatikan guru yang mengajar, tanpa paham apa yang diajarkan. Ia mencoret bukunya asal, mengeluarkan segala kekesalannya. Tania yang melihat segalanya mencubit paha Alisa agar tidak terlihat oleh guru.
Ia melotot memperingati Alisa agar bisa fokus. Sebagai teman mana mungkin ia membiarkan Alisa melakukan hal-hal yang akan membuat dirinya dihukum.
"Lo kalo dihukum jangan minta tolong gue ya, Sa." Tania berbisik, tangannya menunjukkan kepalan seolah ia akan membuat Alisa babak belur jika apa yang ia katakan terjadi.
Alisa paham, segera ia masukkan bukunya ke laci, kemudian fokus pada pelajaran yang diterangkan. Alaska tidak boleh membuatnya gagal fokus, Alaska hanya sosok lelaki seram yang akan membuat hidupnya hancur. Ia harus melupakan Alaska Aidan, ia bahkan harus menjauhi kakak tirinya itu sejauh yang ia bisa.
Dua jam berlangsung, pelajaran akhirnya berakhir. Jam istirahat tiba, semua siswa kegirangan beradu menuju kantin untuk mengisi tenaga. Alisa yang bergandengan dengan Tania memilih meja nomor 5 sebagai tempat mereka untuk menghabiskan pesanan.
Tania menyeruput kuah bakso yang ia pesan, sedangkan Tania. Gadis cantik itu hanya memesan dua roti dengan jus jeruk sebagai minumannya.
"Wah makan ngga ngajak ane. Dosa Lo, teman kelaparan Lo berdua malah enak-enakan makan disini." Suara ricuh yang disebabkan oleh sesosok makhluk halus kasat mata itu membuat Tania berubah mood. Tom and Jerry bertemu, maka perang akan segera menyerbu.
"Makanya jangan miskin. Gaya-gayaan ngajak cewek sana-sini jalan. Taunya ngutang." Sindir Tania mengusah baksonya kasar.
"Iri ya dek? Bilang aja ini kode."
"Idihhh bukan tipe gue banget. Sorry ya gue masih bisa jalan sendiri," Tania mengibaskan rambutnya mengenai tangan Aldo yang berdiri tepat disampingnya.
"Definisi jomblo iri dengki mah gini. Gue nikahin juga Lo lama-lama."
"Udahh, mending Lo pesan makanan, keburu masuk nanti." Usul Alisa yang diberi jempol oleh Aldo.
"Aduhh say, gue lupa ada Azka lovers disini. Duduk-duduk tapi jangan disebelah gue, noh disamping Kanjeng ratu aja." Tunjuk Tania dengan mulutnya sebagai isyarat.
Azka menuruti, ia duduk disamping Alisa. Jangan tanya bagaimana Alisa, sedikit banyaknya ia masih ada perasaan pada Azka. Hanya saja posisi Alaska lebih menguasai hatinya sekarang.
"Mau aku pesanin makanan lagi ngga?" Azka memberikan minuman botol pada Alisa yang sibuk mengunyah roti, "jangan sering-sering minum es ngga baik."
"Haredanggg, gini amat jadi pjs."
"Pjs apa?" Tanya Alisa penasaran.
"Pecinta jomblo sejati. Insya Allah halal sampai mati."
"Aaaamiiiin." Sambung Aldo yang datang dengan berbagai makanan ditangannya.
"Nyambung aja Lo kolor bolong."
"Heh kutang Anabel, Lo napa nyolot mulu sih ke gue. Secara kita ini sesama jomblo, kenapa ngga pacaran?"
"Tipe gue itu yoongi, bukan tonggi. Alias tongkos gigi."
"Sa ae kutil bebek. Untung jelek kalo kagak, gue buntingin Lo."