healing

647 18 0
                                    

"Kak, ahh sakit jangan digigit lehernya!" Alisa mencoba mendorong Alaska agar jauh darinya. Alaska menjilati leher Alisa, sesekali lelaki itu menggigit bibir gadis berambut panjang yang belakangan ini memutar dibayangkannya. Banyak tanda kissmark terlihat disana, apa Alaska akan merenggut semuanya saat ini?

Jilatan Alaska menyebar hingga memasuki daun telinga Alisa, setiap inci wajah gadis itu tidak lepas dari hangatnya ciuman Alaska. Lelaki dengan julukan si tampan tak berperasaan itu begitu ahli dalam menghidupkan gairah Alisa. Sesekali Alaska menggigit bibir bawahnya, menambah keseksiannya.

"Kenapa hm? Sebut nama gue, sayang. Desahin nama gue sekarang!" Alaska membuka kancing baju Alisa, tangannya ia letakkan tepat dibibir Alisa, kemudian melumatnya rakus.

Tangannya bergeser ingin memasuki bagian intim Alisa, namun tertahan oleh tangan mungil sang empu. Alisa berusaha dengan keras mengehentikan Alaska walaupun ia juga menikmatinya.

"Akhhh, k-kak, jangan. Shhhh kak, udah!"

"Nikmatin, baby. Kapan lagi ada orang yang mau muasin Lo kayak gue?"

"A-aku benci kakak. L-lepasin a-aku!"

"Lo terlalu candu buat gue, sayang. Ario Hermawan bikin Lo itu emang ditakdirkan jadi pemuas gue!"ucap Alaska meremas buah dada Alisa. Baju yang dikenakan Alisa hampir seluruhnya terlepas. Tangan Alaska tak henti menjamah tubuh Alisa membuat sang empu tak nyaman.

"Kak, hikss ja- jangan! A-aku mau ini semua untuk suami aku nanti, kak." Alisa menutupi dadanya yang terekspos.

"Suami Lo bakal beruntung dapat istri bekas gue! So, jangan banyak mau." Bibir Alaska terangkat, betapa tampannya iblis satu ini. "Gue lagi butuh Lo buat jadi jalang gue. Ngga usah ribet!" Rasa perih di hati Alisa kian bertambah, kala Alaska selalu menganggapnya sebagai wanita pemuasnya.

"Kak, aku bukan jalang. Please jangan nganggep aku jalang terus." Alaska yang sibuk menghisap leher Alisa, mendongak memperhatikan wajah Alisa yang menahan sentuhan Alaska. Bagaimanapun Alisa sudah dewasa.

"Diam! Hari ini gue cape banget. Gue butuh Lo, ngerti kan?" Entah apa yang dipikirkan Alaska, lelaki yang biasanya seram bak harimau kelaparan, hari ini berubah menjadi lelaki kiyowo yang amat manja. Sedetikpun ia tak mau jauh-jauh dari Alisa.

"Kakak kenapa?" Alisa mencoba untuk memasuki apa yang Alaska hadapi.

"Gue ngga sabar jadiin bokap Lo target selanjutnya." Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Alaska mampu membuat Alisa melemas. Alisa sangat mencintai orang tuanya, mana mungkin ia akan membuat hal itu.

"T-tapi a-aku hikss, a-aku udah relain tubuh aku buat kakak. J-jangan sak-sakitin orang tuaku lagi, aku mohon kak." Dibawah tindihan Alaska, Alisa menangis sejadinya. Air matanya tak pernah kering sepenuhnya sejak Alaska menunjukkan sisi buruknya.

"Gue bawa lo kesini bukan untuk dengerin permohonan Lo."

Alaska beranjak, ia berdiri gagah dengan tangan yang berada di pinggang, suara dering muncul dari handphonenya. Mengehentikan kegiatan Alaska yang hampir memasuki mahkota Alisa.

"Halo, Ka. rekan bisnis yang dari China ngga bisa datang untuk satu minggu kedepan. Dia minta Lo aja yang datang ke kantornya,"

"Batalin kontraknya, dia ngga bisa perintahin gue seenaknya!" Raut wajah Alaska nampak kesal. Sudah lama ia ingin membatalkan kontrak dengan Mr. Zyang shai. Tuan dari negeri China itu terlalu banyak mau. Dan alaska tidak suka itu.

Alisa yang melihat Alaska tengah sibuk, mengambil kesempatan untuk kabur. Ia bergerak dengan sangat pelan hingga hampir tidak mengeluarkan suara, ia memasang kembali pakaiannya, lalu mengikat rambutnya cepat. Agar tidak ketahuan Alisa menunduk mendekati pintu.

"mau kemana, sayang? Kita belum selesai." Tiba-tiba Alaska sudah berada dibelakang Alisa, sejak kapan lelaki itu selesai menelfon?

"A-aku-" suara bel terdengar, mereka teralih pada sumber suara. "A-aku mau bukain pintu kak." Alibi Alisa sedikit ragu. Alaska mengangguk, membiarkan Alisa pergi.

Pintu terbuka, menampakkan sosok yang Alisa sayang, mata Alisa berbinar nyaris mengeluarkan air mata. Disaat dirinya tersiksa, tuhan mengirimkan malaikat untuknya. Alisa memeluk lelaki itu erat. Ia tersenyum bahagia, Alisa seakan punya harapan untuk hidup dengan bebas.

"Ngapain lo kesini?" Alaska membuka suara yang mengejutkan Alisa. Perlahan gadis mungil itu melepaskan pelukannya, menundukkan kepala karena tak berani menatap Alaska. Ia sudah berjanji tidak akan menyentuh lelaki manapun.

"Ini apartemen adik gue, boleh dong gue kesini?" Alfarez tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapi. Ia mendekati Alaska dengan Alisa yang masih ia genggam. "Gue ngga yakin Lo bawa dia kesini karena Lo pengen jagain dia. Gue kenal Lo, Ka." Bisik Alfarez tepat ditelinga Alaska.

Alaska menarik paksa Alisa, menyebabkan Alisa beralih genggaman. Gadis itu gemetar takut. Bagaimana jika Alfarez pergi meninggalkannya? Hukuman akan segera menimpanya.

"Gue bawa dia kesini dengan alasan apapun, itu urusan gue! Lo ngga perlu ngurusin hidup dia ataupun hidup gue! Atau-" Alaska memandangi Alisa, mengeluarkan tatapan elangnya semakin membuat nyali Alisa menciut. "Lo suka sama dia?"

Alfarez berdehem, ikut memandangi Alisa. Kini dua mata elang tertuju padanya. Alisa ingin menghilang dari dunia ini sekarang. Ia lelah, capek, menyerah, putus asa. Ia ingin mati!

"Iya." Singkat, namun membuat Alisa melotot. Begitupun dengan Alaska, sayangnya lelaki dengan sifat keras itu mampu menjaga mimik wajahnya, ia dengan santai mencium Alisa dihadapan Alfarez.

"Mphhh k-kak, l-le-lepa-sin  aku!" Alisa menutup rapat kedua matanya, ia malu dengan apa yang dilakukan Alaska. Ia malu Alfarez melihatnya sebagai jalang.

"Lepasin, Ka. Lo nyiksa dia!" Tangan Alfarez mengepal, ia meninju wajah Alaska hingga adiknya itu terbentur ke pintu. Alaska memegangi sudut bibirnya yang sedikit berdarah.

"Alisa, kamu tinggal di apartemen kakak! Kamu ngga perlu tinggal sama dia." Alfarez memeluk Alisa yang ketakutan. Ia memberikan ketenangan pada Alisa, mereka sangat berbeda. Alisa mengangguk tanpa berani menatap Alaska yang tersenyum.

"Kenapa kak Alaska masih aja senyum ya?" Tanya Alisa dalam hatinya.

Tidak ingin berpikir lebih banyak, Alisa memilih untuk mengikutinya Alfarez, meninggalkan Alaska. Ia bebas! Alaska meninju pintu saat sudah tidak ada lagi bayangan Alfarez maupun Alisa.

"Sejauh apapun Lo pergi, Lo bakal tetap balik lagi ke gue!"

AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang