Alaska melepaskan penatnya dengan berbaring di atas sofa yang berada di dalam ruangannya. Banyaknya berkas yang harus ia siapkan membuatnya sibuk seharian, ia lupa jika sekarang ia memiliki Alisa dirumah. Alaska tidak sempat bertanya apapun pada Alisa.
Suara ketukan pintu membuat Alaska membuka matanya melihat sosok yang sudah mengganggu istirahatnya. Alfarez yang tersenyum lebar memasuki ruangan Alaska setelah berhasil membuka pintu. Alfarez melangkah mendekati Alaska bersama dengan gadis, oh ralat wanita yang datang bersamanya.
"Selamat siang pak bos, sorry gue ganggu Lo di jam makan siang. Gue mau izin bawa Alisa jalan-jalan. Ngga lama kok, sore nanti gue anterin dia ke rumah Lo." Alfarez menggenggam tangan Alisa yang sedari tadi hanya diam menunggu tanggapan Alaska.
"Gue ngga kasih izin. Gue ada janji sama dia." Alfarez masih dengan tubuh yang terbaring memijat kepalanya yang sedikit pusing. Ia sama sekali tidak melirik ke arah Alfarez, ia kembali memejamkan matanya untuk merilekskan diri.
"Ngga bisa gitu dong. Gue udah duluan bikin janji sama dia." Protes Alfarez tidak suka.
"Kak kita jalan-jalannya lain kali aja, ngga papa kan?" Alisa berharap Alfarez akan mendengarkannya.
"Oke. Tapi sore nanti kakak bakal jemput kamu kesini, dan bawa kamu pergi. Walaupun Alaska ngga kasih atas izin." Alfarez melepaskan genggamannya. "Kalo gitu kakak balik ke kantor ya, Sa. Kalo ada apa-apa kasih tau kakak."
"Iya kak." Jawab alisa lembut.
Alfarez tersenyum, kemudian meninggalkan ruangan Alaska. Alisa yang ditinggal hanya berdiri memperhatikan Alaska yang memijat keningnya sedari tadi. Terlihat wajah lelah Alaska membuat rasa iba Alisa muncul, namun tak berani untuk bertindak apapun.
" Gue ngga butuh patung disini." Alaska menarik tangan Alisa agar duduk di perut sixpacknya. Gadis yang hampir dibuat jantungan itutak sengaja menyentuh dada bidang Alaska.
"Nyaman ya?" Alaska mengelus perut Alisa yang datar. Alisa begitu menggemaskan untuknya. Beberapa hal kecil yang dilakukan Alisa terkadang membuatnya tersenyum tipis.
"Ngga kok, a-aku-" Alisa gelagapan atas pertanyaan Alaska. Dengan cepat ia berdiri menjauhi Alaska.
"Duduk!" Alaska memerintahkan Alisa agar duduk disampingnya, ragu-ragu Alisa mendaratkan pantatnya di atas sofa yang didominasi warna hitam itu.
Alaska yang masih merasa lelah, kembali merebahkan tubuhnya dengan Alisa yang ia jadikan sebagai bantalan. Rambut Alaska yang sedikit berantakan dirapikan oleh Alisa. Ia mengelus rambut Alaska yang hitam dengan diselingi pijitan yang membuat Alaska nyaman.
Wajah Alaska begitu tampan saat tertidur. Tidak ada wajah nafsuan seperti biasanya. Wajah ini yang Alisa suka, wajah ini yang membuat Alisa jatuh hati.
"Masih sakit?" Pertanya Alaska membuat otak Alisa traveling. Kejadian semalam teringat kembali, setelah beberapa waktu ia berusaha untuk melupakannya.
"U-udah ngga terlalu kak, tapi masih sedikit perih sih." Alisa mengentikan pijatannya. Ia menatap wajah Alaska, tidak ada raut wajah merasa bersalah disana.
"Nanti mandi bareng gue!"
"Aku masih bisa mandi sendiri kak." Spontan Alisa menjawab.
Alaska membuka matanya memperhatikan Alisa dari bawah. Wajah gadisnya dilihat darimanapun tetap saja cantik.
"Gue ngga nanya." Alaska mengejek, sesekali ia menggoda Alisa dengan mengelus bibir Alisa dengan telunjuknya.
"Kak, bisa diam ngga sih. Aku jadi ngga fokus mijitnya." Alisa kesal, pasalnya Alaska selalu mengganggunya.
"Lo berani sama gue?" Nyali Alisa menciut kembali, ia lupa jika yang tidur dipahanya sekarang adalah Alaska Aidan.
"Kenapa Lo mau diajak jalan sama Alfarez?"
"Karena dia kakak aku." Alisa menjawab seadanya, Alaska terdiam sesaat mencerna jawaban Alisa.
"Kalo gue? Lo nganggepnya apa?"
"M-maksudnya?"
"Kenapa Lo harus jadi anaknya Ario Hermawan?" Alisa terdiam tidak bisa menjawab apapun. Alaska selalu membahas malaikat tak bersayap Alisa itu.
"Gue mau Lo ni-" ucapan Alaska terhenti kala seorang karyawannya masuk begitu saja.
"M-maaf pak, saya ngga tau kalo bapak lagi sama mba Alisa." Sinta yang tau akan kesalahannya memasang wajah mengasihani.
"Tau sopan santun kan?" Tanya Alaska santai yang masih setia berbaring.
Alisa yang merasa tidak enak hanya mengarahkan pandangan ke segala arah. Berbagai bahan gosip akan bertebaran mulai sekarang. Santi adalah biang gosip di kantor, Alisa tau itu. Ia tidak hanya sekali dua kali ke kantor Alaska.
"K-kak Alaska tadi sakit kepala. Aku cuma mijitin." Ucap Alisa mencoba menjelaskan. Ia harus meluruskan pandangan Sinta.
"Gue ngga sakit kepala. Bukannya Lo cium gue barusan?" Alaska yang mengarang membuat Alisa semakin gelagapan. Apa yang ada dalam benak Alaska.
"Ngga kok. Aku ngga ci-"
"Dia pacar saya!" Potong Alaska menggaruk lehernya yang tidak gatal.
Sinta hanya mengangguk mendengarkan pembicaraan Alisa dan juga Alaska. Intinya bahan gosipnya sudah ada. Setidaknya, gosip ini akan bertahan hingga beberapa minggu hingga ia menemukan bahan gosip lain.
"Ada urusan apa kamu kesini?" Alaska mengalihkan pembicaraan.
"Saya mau ngasih berkas ini pak. Hari ini juga bapak harus tanda tangani." Sinta menyerahkan berkas dengan map berwarna merah pada Alaska.
"Lain kali ketuk pintu sebelum masuk!" Sinta mengangguk, kemudian pamit menuju tempat kerjanya.
"Kenapa kakak bohong?" Alisa memanyunkan bibirnya, memperhatikan Alaska dengan kesal.
"Kenapa? Maunya gue bilang Lo itu istri gue?"
"Ngga, kakak nyebelin!" Alisa mendorong Alaska hingga lelaki tampan itu tersungkur ke lantai.
"Anjing, kurang ajar nih cewe."
"M-maaf k-kak, aku ngga sengaja. Sumpah." Gadis yang masih duduk di bangku SMA itu membantu Alaska agar kembali duduk di sofa.
"Terima hukuman Lo nanti malam!"
![](https://img.wattpad.com/cover/343287611-288-k242043.jpg)