lucu?

295 9 1
                                    

"Brengsek Lo bang. Lo tau semua kebahagiaan ada di pihak Lo, kenapa Lo masih tega rebut dia dari gue? kasih gue sedikit aja alasan untuk gue bertahan hidup bang." Alaska mengacak rambutnya. Ia meneguk botol bir yang terletak di samping kakinya.

"Argggghh tuhan emang ngga pernah adil sama gue!" Rambut Alaska berantakan, darahnya mendidih, pukulan beruntun ia arahkan ke batang pohon.

Alisa melihat semuanya, ia berdiri jauh dibelakang Alaska. Pertama Kalinya ia melihat Alaska selemah ini. Bayang kekejaman Alaska pudar dari pikirannya. Kini, Alaska hanyalah lelaki lemah yang tidak pernah merasakan kebahagiaan. Ia bertahan untuk dirinya sendiri.

Alisa mendekati Alaska, ia memeluk cintanya erat, Alaska yang tanpa sadar membalikkan tubuhnya mencari tahu siapa yang memeluknya tiba-tiba. Alaska menghapus air matanya, ia tidak bisa terlihat lemah didepan Alisa. Air mata yang mengalir tak kunjung kering, Alisa menghapus aliran air yang mengalir di pipi Alaska.

"Ngapain lo kesini?" Alaska bersikap dingin. Sesekali ia menjauhkan pandangannya dari Alisa, tetap saja matanya tidak bisa berbohong. Ia merindukan Alisa.

"I love you," ucap Alisa gemetar. Ia berjinjit mengecup pipi lelaki yang ia cintai. Alisa mencintai Alaska. Ia luluh untuk kesekian kalinya.

"Gue ngga butuh dikasihani, gue ngga butuh semangat dari siapapun. Gue bisa hidup sendiri. Ini naskah yang tuhan kasih ke gue, jadi pemeran antagonis ternyata seseru ini," Alaska menghapus bekas ciuman Alisa, ia memalingkan wajahnya jauh dari pandangan Alisa. Ia tertawa paksa menikmati derita dunia.

"I love you," lagi? Alisa kembali mengecup pipi Alaska. Kali ini Alisa yang menginginkan Alaska.

Seakan tak tahan, Alaska menenggelamkan wajahnya dileher Alisa. Ia menangis di pelukan cintanya, Alaska tidaklah lelaki kuat. Alisa yang merasa kasihan menutupi wajah Alaska dengan jaketnya. Alisa lah yang dibutuhkan Alaska.

"Nyokap gue rela jual gue ke orang sekejam Bara. Bokap Lo tega bunuh papa gue. Abang gue sama sekali ngga pernah tanya keadaan gue sampai sekarang. Siapa lagi tempat gue berharap? Lo? Bahkan Lo tega nikah sama abang gue sendiri."

"Jangan pernah nyerah sama hidup, kak. Terkadang pelangi itu muncul disaat kita udah kedinginan di bawah derasnya hujan."

"Gue ngga tau apa alasan gue mau dilahirin ke tempat yang kejam ini. Bahkan mati adalah impian terbesar gue."

"Kalo kakak ngga ada. Mungkin takdir aku buat ketemu pelangi juga ngga bakal ada sampai sekarang. Kakak adalah payung buat aku, disaat payung itu lepas karena badai. Disitu aku bakal jatuh sakit karena terkena hujan." Alaska terdiam. Apa maksud dari kata-kata Alisa.

"Langkah kaki gue, bakal selalu diikuti oleh bayangan Lo."

"Kapan kakak mau nikahin aku?" Ucapan Alisa mampu menghapus air mata Alaska. Lelaki yang memakai Hoodie itu mengangkat wajahnya melihat apakah ada kebohongan diwajah Alisa.

"Gue bakal nikahin Naila. Itu janji gue ke bokapnya sebelum Bara meninggal. Gue cuma mau Lo selalu disamping gue." Entah apa yang diinginkan Alaska. Alisa kembali hanya diposisikan sebagai kekasih bayangannya, Alaska kembali mengingatkan posisi Alisa yang sebenarnya.

"Emang takdirnya bayangan itu hanya mengikuti dari belakang, bukan untuk melangkah berdampingan."

"Tapi gue butuh Lo. Setidaknya tuhan ngasih gue sesuatu yang bakal bikin gue bertahan jalanin hidup."

"Kakak marah waktu tau aku nerima lamaran kak Alfarez. Tapi kakak juga mau nikah sama kak Naila. Sampai kapan aku jadi bayangan? Kapan aku jadi nyata kak? Aku," ucapannya terhenti.

Ia memundurkan langkahnya, genggaman tangannya pada Alaska terlepas. "Aku sayang sama kamu." Alisa mengungkapkan isi hatinya. Ia ingin jujur, ia ingin Alaska tau, jika Alaska berhasil meluluhkan hatinya.

"Tapi gue ngga bisa ninggalin Naila. Gue harus balas semua kebaikan keluarganya ke gue." Alaska membiarkan Alisa pergi, gadisnya menangis karena ulahnya. Apa yang harus ia lakukan? Takdirnya tidak seindah yang ia bayangkan.

Ia tidak bisa mengambil keputusan dengan tergesa-gesa. Ia mencintai Alisa, tapi ia juga harus bisa mencintai Naila sama seperti cintanya pada adik kecilnya.

"Kenapa gue harus sesayang ini sama Lo, Sa? Kemana rasa benci gue selama ini buat Lo?"

Alaska menyandarkan tubuhnya dibawah pohon rindang tempatnya meluapkan segalanya. Cintanya atau balas budinya? Entah siapa yang akan ia perjuangkan.

"Lo milik gue. Tapi bukan takdir gue! Kasih gue waktu buat mutusin semuanya"





AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang