goyah

540 11 0
                                    

"Berani lo pacaran?" Alaska melempar gelas kaca yang terletak dimeja makan. Muka merah menyala memberi aura seram disekujur tubuhnya. Darah yang mengalir di kening Alisa menandakan betapa Alaska sudah menyakitinya.

"A-aku ngga pacaran kak. Aku u-udah bohong sama kakak dan juga kak Naila."

Sejak kepulangan Naila, Alaska membabi buta menjamah tubuh Alisa. Hanya pertahanan Alisa yang belum Alaska masuki. Alaska geram atas jawaban yang diberikan oleh gadis malang itu. Tangan Alisa yang gemetar sebisa mungkin ia jadikan alat untuk menutup kedua telinganya, agar suara keras yang diciptakan Alaska tidak begitu mengangetkannya.

"Jujur sama gue anjing! Siapa cowok Lo?" Alaska mensejajarkan tubuhnya dengan Alisa. Ia menjambak rambut gadis itu.

"K-kak sakit. Lepasin kak." Ucap Alisa mencoba melepaskan tangannya dari Alaska.

"Mana hp Lo?" Finish. Alaska mencari benda pipih itu di saku celana Alaska. Dan ya, ia menemukannya dengan sangat mudah.

Beberapa aplikasi ia buka mencari bukti akan ucapan Alisa. Alaska membaca pesan siapapun yang tertera disana. Nama Azka yang Alisa sematkan semakin membuat Alaska naik pitam. Ia menghempaskan benda yang sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian umat manusia sekarang. Matanya ia alihkan kembali pada Alisa yang tengah sibuk bergulat dengan rasa takut.

"Kayaknya Lo ngga bisa dibaikin. Keluarga Lo emang kebiasaannya ngelunjak kalo dikasih hati." Alaska menyeret Alisa ke dalam kamarnya. Gadis mungil itu ia hempasan ke atas ranjang nan empuk.

"K-kak u-udah. A-ku masih capek kak, aku capek." Bekas hisapan yang Alaska berikan belum hilang. Kini Alaska akan memberikan lukisan itu lagi di tubuh Alisa. Gadis itu tau apa yang akan dilakukan Alaska padanya, jika laki-laki itu sudah membawanya ke ranjang.

"Lo ngga ada hak ngatur gue. Jalang semenjijikan Lo ini emang pantas dijadiin pemuas nafsu semua laki-laki!" Kata-kata Alaska begitu menyayat hati Alisa. Air matanya pun tak tertahan kala mendengar suara Alaska yang begitu merendahkannya.

Alaska mencabik pakaian Alisa, hingga menampakkan buah dada gadis itu yang kini menjadi candunya.
Alaska menjilat bibirnya yang kering. Tatapan nafsunya kian terlihat, membuat Alisa menelan salivanya. Alaska duduk di atas tubuh Alisa, mencium kening gadis itu dengan lembut.

"Lo cuma boleh disentuh sama gue." Bisik Alaska serak, Alisa meremang saat Alaska meremas dadanya.

"K-kak jangan!" Alaska mengehentikan aktifitas Alaska yang ingin membuka bagian bawah Alisa. Laki-laki penuh kharisma itu nampak ingin marah.

Alaska tidak menjawab apapun. Ia membuka celana Alisa kemudian melakukan hal yang seharusnya tidak terjadi disaat Alisa baru berumur belasan tahun. Gadis mungil itu menangis meratapi nasibnya dibawah tindihan Alaska. Lelaki dengan nama Aidan yang diberikan oleh keluarganya itu tidak hentinya bergulat, ia sama sekali tidak kasihan pada tangisan yang Alisa keluarkan.

"Jangan pernah ngelanggar aturan gue lagi. Ini semua terjadi karena keras kepala Lo! Jadi jangan salahin gue." Alaska merebahkan tubuhnya, ia merasa puas sekaligus lelah akan kegiatan yang baru saja ia lakukan. Ia memeluk Alisa, lalu menenggelamkan wajahnya di leher gadisnya.

Awalnya Alaska sudah memutuskan akan merenggut kesucian Alisa setelah gadis itu selesai kuliah. Takdir yang seakan tidak setuju, membuat Alaska mempercepat rencananya. Ia takut jika laki-laki lain akan lebih dulu mendapatkan keperawanan Alisa.

"Besok temen gue mau datang kesini. Lo jangan keluar kamar!" Perintahnya sebelum akhirnya ia terlelap dalam mimpi indahnya.





AlaskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang