"Raisa, papa sama mama kemana?" Alisa menuruni anak tangga. Hari ini Alisa tidak sekolah karena libur, ia hanya diberikan tugas yang dikerjakan secara kelompok oleh wali kelasnya.
Alisa yang sudah rapi membawa beberapa merk makanan ke ruang tamu. Teman-temannya tidak banyak yang akan datang, jadi ia bisa sedikit lebih santai.
"Tumben Lo nyiapin makanan," Alaska duduk dimeja makan yang berada disamping Raisa.
"Teman kak Alisa mau dateng kak, ada cowok yang kak Alisa suka juga. Makanya jadi rajin kayak gini." Raisa menggoda Alisa yang sibuk mengeluarkan makanan dari kulkas. Aktivitas Alisa terhenti karena ucapan adiknya yang akan membuatnya dalam bahaya.
Alisa melirik ke arah Alaska yang juga menatapnya, kedua netra mata mereka bertemu. Alaska tersenyum menggigit bibir bawahnya. Sendok garpu yang berada ditangan Alaska ia tusukkan ke dada ayam yang siap ia santap.
"Raisa mau ikut kakak jalan-jalan ngga?" Ajak Alaska dengan lembut. Raisa mengangguk, sebelumnya Raisa tidak pernah pergi keluar dengan Alaska. Untuk berkomunikasi saja mereka sangat jarang.
"Raisa disini ya sama kakak!" Alisa menarik kursi lalu duduk tepat dihadapan adiknya.
"Tapi aku mau pergi keluar kak, bosen dirumah terus."
"Kamu ngga mau ya bantuin kakak, nanti Kakak beliin coklat. Gimana?"
"Lo ngga perlu takut Raisa gue apa-apain. Dia aman sama gue." Alaska yang seakan paham menjelaskan dengan dingin.
Alisa mengambilkan nasi untuk Alaska, di rumah Hermawan tidak ada pembantu rumah tangga. Ario sengaja melakukannya agar kedua putrinya tidak manja, dan pandai dalam pekerjaan rumah.
"Gue pergi, bukan berarti gue ngga tau Lo ngapain aja disini," ucap Alaska tiba-tiba. Alisa yang paham mengangguk.
"Kak, tolong jagain Raisa ya. Kakak boleh siksa aku, tapi jangan Raisa."
"Maksudnya apa kak?" Raisa yang tidak mengerti menghentikan aktivitas mengunyah nasi yang berada di mulutnya. Ia memperhatikan Alaska dan juga Alisa secara bergantian.
"Kakak kamu takut, kalo kakak bakal perkosa kamu."
"Kak! Dia masih dibawah umur." Alisa menguatkan volume suaranya membuat Alaska terkejut. Ternyata Alisa hanya akan berani jika adiknya dalam bahaya.
"Lo mau nikah sama gue?" Alaska to the point dihadapan Raisa. Alisa tidak percaya, ia hanya tertawa seakan ucapan Alaska begitu lucu banget matanya. Tawa Alisa ditemani dengan gumpalan air bening yang menggenang di pelupuk matanya.
"Kakak udah punya kak Naila. Aku butuh kebebasan kak, lagian kakak juga udah janji bakal bebasin aku kalo kakak udah nikah."
Alaska memindahkan pantatnya kesamping Alisa. Ia meraih tangan Alisa, membawanya dalam genggaman hangatnya. Alisa diambang keraguan.
"Gue butuh Lo. Gue lebih nyaman berada didekat Lo, Sa. Gue ngga mau bang Alfarez lebih dulu milikin Lo."
"T-tapi aku takut kak. Aku takut kakak bakal nyiksa aku terus." Air mata Alisa tumpah dalam dekapan Alaska. Raisa menjadi saksi pengakuan cinta antara keduanya.
"Shttt gue jatuh hati sama Lo. Gue bakal lupain semua dendam gue dan mulai kehidupan yang baru, gue mau jalanin hidup gue berdua sama Lo, sayang."
"Ka-kak Naila?"
"Gue udah putus sama dia. Gue cuma mau Lo sekarang," Alisa hanyut dalam rayuan lembut Alaska. Ia menaruh hati pada kakak tirinya itu, hanya saja rasa takutnya yang menjadi tembok akan cintanya. Alisa luluh. Alisa kembali luluh pada ucapan Alaska.
Setelah mengutarakan cintanya, Alaska menepati janjinya pada Raisa. Ia membawa Raisa pergi menghabiskan hari bersama. Menikmati indahnya kota jakarta bersama. Sebentar lagi adik tirinya akan berubah menjadi adik iparnya. Mereka terlihat bahagia jalan-jalan berdua, hingga tak sadar waktu pulang telah tiba.
Sore menyapa, Alaska membawa Raisa pulang memberikannya pada Alisa kembali. Saat membuat tugasnya, Alisa nampak gelisah. Takut akan keadaan Raisa. Ia belum sepenuhnya yakin pada ucapan Alaska.
Setelah mengantar Raisa, Alaska pamit. Malam ini, ia akan tinggal di apartemennya. Sudah beberapa minggu ia tidak pernah datang di kediaman tempat dirinya mengeluarkan segala masalahnya.
******
Vas bunga berubah bentuk menjadi serpihan kaca yang berserakan di atas lantai. Suara hempasan berbagai benda itu terdengar hingga keluar apartemen Alaska. Gadis yang seperti kehilangan akal itu melempar apapun yang bisa diraih oleh tangannya.
"Ngga! Aku ngga izinin kamu nikah sama Alisa. Aku ngga mau, Ka. Aku ngga bisa lihat kamu sama yang lain."
"Tapi aku bakal tetap nikah sama dia. Aku ngga bakal tinggalin kamu, baby." Alaska memeluk erat Naila. Mengehentikan kegilaan gadisnya. "Kamu satu-satunya perempuan yang ada dalam hati aku."
"Kamu harus janji bakal ceraikan dia." Alaska mengangguk menyetujui permintaan Naila. Kecupan hangat, Alaska berikan dibibir tebal Naila. Gairah cinta yang gadis itu punya bangkit hanya dengan ciuman singkat. Perlahan ciuman beralih menjadi lumatan yang memberikan rasa nikmat diantara keduanya.
"Aku ngga janji bakal bisa lepasin dia atau ngga, Nai." Batin Alaska dalam lumatannya.
Naila membuka satu persatu kancing baju kemeja Alaska. Lelaki berbadan sixpack itu membawa gadisnya ke kamar, mengeluarkan segala keinginannya disana. Kegilaan ini tidak hanya terjadi sekali. Naila adalah cintanya Alaska.
![](https://img.wattpad.com/cover/343287611-288-k242043.jpg)