13

8 9 0
                                    

Vicky melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang bertuliskan VIP Room itu , disana terduduk seorang cowok tampan berkulit putih , rambutnya yang kecoklatan terlihat acak acakan , netra birunya menatap kosong ke arah jendela .

" Kak , Vicky dateng " ucap Vicky membuat cowok itu menengok ke arahnya . Hanya sebentar , sebelum cowok itu kembali pada posisinya semula , menatap kosong ke arah jendela

" Kak , tenang aja Vicky udah ketemu Vania dan Vicky pastiin bakal balas kelakuan dia yang udah bikin orang humoris kayak kakak jadi kayak gini , dia harus menderita kan , kak? " ucap Vicky

Cowok itu berbalik sepenuhnya setelah mendengar penuturan dari Vicky , ia mendekat ke arah Vicky lalu menarik kerah baju cowok itu kasar , pukulan melayang di pipi Vicky dengan sempurna .

" Jangan pernah sentuh Vania seujung rambut pun Ki , gue udah mulai pulih sekarang , lo gak perlu ngelakuin sesuatu yang membuang waktu , gue gak suka " balas cowok itu menatap Vicky dingin

" Cih , ternyata lo masih sama gobloknya walaupun kenyataannya Vania lah orang yang udah bikin lo gila , sadar kak , dia itu biang masalah , lo ngapain sih belain cewek kayak gitu? Kalau lo lupa , dia yang buat lo musuhan sama adik lo sendiri karna dia tidur sama adik lo . Gue tau lo cinta sama Vania , tapi tolong gunain otak lo . Gue tau lo gak goblok goblok amat sebenernya " ucap Vicky memperingati cowok itu

" Dan satu lagi , Vania nikung lo bahkan sampai hampir hamil anak adik lo , sampai bikin lo kayak sekarang kak . Tolong jangan lemah hanya karna cewek . Apalagi yang udah hancurin lo . Dia gak pantes . Vania itu jahat , dia pembawa sial kak! Lo harus terima it - "

Bugh!

Vicky terduduk sambil tersenyum remeh . Ia menatap mata cowok itu yang sudah berkilat karna emosi .

" Lo bakal nyesel setelah liat kehidupan dia yang sekarang , Mahendra Kalandra . Dia bahkan bisa ketawa lepas setelah bikin lo kayak gini , tanpa rasa bersalah " peringat Vicky . Ia segera bangun lalu meninggalkan ruangan cowok bernama Mahendra itu dengan santai .

Skip time

Vania terbangun karna merasakan perutnya yang bergejolak karna lapar . Ia segera menuju dapur untuk mengisi perutnya , namun urung saat ia melihat Alfian dan Alden ada di sana , kedua cowok itu tampak berdebat sengit

" Gue udah pernah peringatin lo , Al . Jangan suka sama kakak gue , dia itu jahat " ucap Alden yang terdengar oleh telinga Vania . Tanpa sadar , cairan bening mulai membasahi pipinya yang mulus

" Lo gak berhak atur perasaan gue , Den . Bahkan walaupun kak Vania jahat , dia juga cewek yang pantes disayang " balas Alfian masih tenang

" LO KERAS KEPALA BANGET SIH , BANGSAT! VANIA ITU PEMBAWA SIAL! DIA BIANG MASALAH! LO MAU KEJADIAN DULU BAKAL TERJADI LAGI SAMA LO , JANGAN GOBLOK LO AL , GUE GAK BISA BIARIN LO DIRUSAK SAMA KAKAK GUE " teriak Alden murka ia nampak mencengkram kerah baju Alfian membuat Vania menutup mulut tak percaya . Alfian melepas cengkraman itu dengan gerakan santai

" Gue gak mau debat sama lo , gue bakal tetap suka sama kak Vania apapun yang terjadi nanti . Lagian Den , lo tau kebenarannya kan? Tapi kenapa lo masih nyembunyiin hal sebesar ini dari Vania ? Gue tau lo masih sayang sama dia , tolong jangan terlalu keras sama kak Vania kalau lo gak mau nyesal nanti . Dan lagi , gue bukan si goblok itu yang bakal gila karna pergi tanpa penjelasan dari Vania . Dia bahkan menghilang tanpa kabar . Jadi , siapa yang salah Alden , gue tau lo masih merasa bersalah sama Vicky tapi tolong jangan sampe lo kehilangan kakak yang lo sayang karna sikap egois lo sendiri , kak Vania perempuan baik baik dan bukan biang masalah apalagi pembawa sial ! Gue duluan " balas Alfian tenang , tangan cowok itu tampak terkepal karna menahan gejolak emosi untuk tak meninju wajah tampan Alden

Vania mematung . Apa yang barusan ia dengar? Vania mendadak lupa apa yang terjadi di masalalu sampai adiknya dan Vicky begitu membencinya . Kepalanya berdenyut hebat saat memikirkan percakapan Alfian dan Alden . Ada sesuatu yang terlupakan oleh Vania .

" Gue .. ngelakuin apa sampai mereka benci ? " lirih Vania saat tak melihat keberadaan siapapun di dapur . Mendadak rasa laparnya lenyap tak bersisa . Vania melangkahkan kembali kakinya masuk ke kamar dan duduk termenung di atas kasur sambil memeluk lututnya , air matanya kembali berjatuhan dari pelupuk mata gadis itu .






















Haii , jangan lupa jejaknya ya , dear

See you on next chapter

With love , purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang