16

10 8 0
                                    

Vania duduk termenung dibangkunya , ia tak ke kantin . Tiba tiba saja rasa lapar yang ia rasakan mendadak hilang . Ungkapan perasaan Alfian membuatnya berpikir . Ia merogoh saku rok sekolahnya dan mengambil ponselnya . Ia menelpon Vella .

" Kak , gimana menurut lo kalau ada yang nyatain perasaan ke gue ? Tapi , dia maksa gue harus nerima dia " mulai Vania tanpa basa basi

" Seriously? Hehehe , itu gak masalah Vania . Inget kan , lo juga berhak bahagiain diri lo sendiri . Jangan terlalu penuhin otak lo sama hal hal yang lo sendiri tau kalau lo gak bakal nemu jawabannya sekeras apapun lo berusaha . Mulailah buka hati lo untuk orang lain , gak semua cowok sebrengsek Vicky . Jangan khawatir , semua masalah lo bakal terjawab seiring waktu , lo harus bersabar dan fokus untuk membahagiakan diri lo sendiri sekarang . Lo pantes Vania . Lo harus bahagia . Okey ? "

Tes tes tes

Cairan bening itu berjatuhan di pipi Vania . Ia diam diam menangis mendengar ucapan Vella . Mungkin saja Vella benar , Vania sesekali boleh egois untuk membahagiakan dirinya sendiri . Ia juga ingin merasakan bahagia , ia juga ingin merasakan bagaimana dicintai oleh orang lain . Selama ini , yang membekas di otak Vania hanyalah kejadian saat Vicky hampir melecehkan Vania , makanya ia selalu berusaha keras membangun jarak yang tinggi bagi orang yang ingin mendekatinya . Tapi mulai detik ini , Vania rasa ia akan egois untuk kebahagiaannya sendiri .

Vania mengangguk sebentar

" Makasih ya kak , gue tutup telponnya " Vania memutus sambungan telpon itu secara sepihak .

Sementara itu , di ruangannya Vella nampak tertawa gemas .

" Vania , lo lucu banget sih . Gue harap , cowok yang lo maksud bisa buat lo bahagia dan merasa dicintai seperti impian lo " gumam Vella sambil memainkan bolpoin yang ia pegang .

Skip time

Terre tersenyum penuh arti . Ia mendengar percakapan Alfian dan Vania di taman tadi . Seringaian terukir di wajahnya , ia merogoh saku rok sekolahnya dan menghubungi seseorang

" Gue punya kerjaan buat lo " ucapnya .

Skip time

Sekarang jam pulang sekolah . Harusnya Vania segera pulang , tapi ia memilih menyusuri koridor kelas XI , ia akan menunggu Alfian . Ia telah mendapat pencerahan sejak ia meminta pendapat Vella di telfon tadi , dan Vania merasa sangat antusias untuk segera merealisasikannya . Tak lama kemudian , Alfian nampak berjalan santai , wajahnya terlihat dingin . Setelah ia melihat Vania ada di koridor kelas XI , Alfian tersenyum tipis sambil melambai padanya .

Blush!

Sialan! Vania malah blushing , padahal Alfian hanya melambai . Tolong , hati Vania memang sangat lemah .

Vania membuang mukanya karna khawatir jika Alfian akan menyadari ia blushing , sementara Alfian mempercepat langkahnya menghampiri Vania . Ia mengacak surai blonde Vania sayang saat ia sudah berhadapan langsung dengan Vania .

" Kenapa , hm? " tanya Alfian lembut . Tak ada lagi siswa di koridor kelas XI membuat Alfian lega

" A-anu .. gue mau ngomong soal yang tadi " jawab Vania masih tak mau melihat Alfian . Sialan , apa apaan dirinya ini . Ck , lemah sekali kau Vania . Digituin aja mleyot

" Yaudah , kita ngomongnya di mobil gue aja ya , kak " Alfian mengajak Vania berbicara disana dengan maksud agar pembicaraan mereka lebih nyaman .

Vania mengangguk . Merasa sudah dapat izin , Alfian menggenggam lembut tangan Vania untuk dia tuntun menuju mobilnya .

Sesampainya di dalam mobil , Alfian membiarkan Vania mempersiapkan diri dulu . Ia tak ingin Vania merasa tak nyaman .

" Alfian , lo boleh milikin gue . Gue butuh dicintai oleh lo " ucap Vania sambil menatap dalam netra Alfian . Suaranya lembut .

Tolong , ini situasi macem apa sih ? Ringis Vania dalam hati . Sial , ia malu .






















Haii , jangan lupa jejak ya dear ..

See u on next chapter

Withlove, purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang