28

5 0 0
                                    

Alfian dan Vania sedang berada dijalan, mereka sedang berangkat ke sekolah. Alfian memelankan laju motornya, lampu merah menyala. Ia melirik ke arah kaca spion motornya, seorang cewek misterius terlihat mengintip mereka dari jauh, ia memakai hoodie hitam pekat yang terlihat kebesaran, motor bebek miliknya tak berplat, berwarna merah yang hampir semua orang bisa saja memilikinya. Tapi, cewek itu memakai rok abu-abu yang berarti ia juga seorang siswi. Alfian melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, ia menuntun kedua tangan Vania agar lebih mengeratkan pelukannya pada Alfian.

" Pegangan, sayang. Aku ngebut dulu ya, nanti sampe baru aku kasih tau " ucap Alfian memelankan motornya sebentar untuk memberitahu Vania, Vania hanya mengangguk . Entah kenapa perasaannya juga tak enak sedari tadi, Alfian terus melesat dengan kecepatan diatas rata-rata, ia memilih jalanan yang padat agar menghindari bahaya, namun tak disangka sebuah mobil sport berwarna biru metalic melaju cepat kearah mereka tepat diperempatan sebelum menuju Mediterania High School, Alfian membanting stirnya ke arah bahu jalan, motornya menabrak sebuah pohon besar, tapi badannya buru-buru merangkul Vania dan berbalik memeluk cewek itu, mereka terlempar kemudian berguling ke pinggir jalan yang berdekatan dengan parit, Alfian sukses melindungi Vania, namun cowok itu tak sadarkan diri. Vania sempat mendengar bunyi tulang disekitar lengan atas Alfian berbunyi seakan patah, Vania lemas. Ia masih tak sanggup untuk membangunkan dirinya sendiri.

Beberapa kendaraan mulai berhenti di dekat mereka dan memeriksa keadaan mereka. Vania tak mendengar suara orang-orang itu, dia masih syok. Alfian masih belum sadarkan diri, ketika akhirnya sebuah ambulans datang, cowok itu digotong oleh beberapa pengendara ke dalam ambulans, disanalah Vania melihat dengan jelas bahu kiri Alfian nampak bercucuran darah. Vania akhirnya diangkat ke ambulans yang sama, ia masih belum sanggup diajak berkomunikasi.

Tak jauh dari sana, cewek misterius yang tadi menguntit mereka menampilkan smirk dibalik helm full face nya

" Hahahah, ini belum seberapa Vania. Lo harus ngerasain hal yang sama kayak orang yang gue sayang satu-satunya yang dengan tega lo biarin mati gitu aja, sleep well princess, kita ketemu dipermainan selanjutnya " ucapnya merasa puas melihat Vania yang syok karna kekasihnya tak sadarkan diri

❄❄❄

Anggun dan Debby menunggu Vania datang, hampir saja kelas akan segera dimulai, namun suara seorang siswa dari kelas XII Bahasa 1 yang baru datang membuat suasana tak kondusif, mereka ricuh

" WOY, GUE LIAT VANIA ANAK KELAS XII IPA 1 SAMA COWOKNYA KECELAKAAN PAS DIPERTIGAAN SEBELUM MASUK KE JALAN SEKOLAH, LAGI DIBAWAH AMBULANS SEKARANG " teriak cowok itu heboh, siswa-siswi lain heboh, Vania memang bukan most wanted namun banyak yang sudah ia tolong dari tindakan bullying. Sementara Debby sudah melemas, kakinya seakan melunak seperti jelly, ia tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri, Anggun menatap kosong sebentar, tapi tak lama kemudian tangannya terkepal, ia tau siapa yang membuat Vania celaka

Anggun berjalan cepat meninggalkan kelas, ia segera pergi ke kelas Gwen, ia liat cewek itu sedang tertawa lepas bersama teman-temannya. Anggun menarik kerah seragam Gwen lalu membisik ditelinga cewek itu

" Lo kan yang bikin Vania celaka? Mau lo apa sih jalang? Lo mau bunuh Vania setelah lo bunuh nyokap gue? Rendah banget diri lo " bisik Anggun mengintimidasi

Gwen tertegun. Tapi kemudian ia tersenyum jahat,

" Udah gue bilang lo gak bisa hentiin gue, bener kan kakak tersayang? Bisa apa lo? Temen lo aja hampir mati ditabrak sama suruhan gue " balas Gwen ikut berbisik, kedoknya tak boleh terbongkar disini, banyak hal yang masih harus ia lakukan . Anggun emosi, ia melayangkan tinjuannya ke arah pipi Gwen, tapi tangannya ditahan oleh seseorang

" Nggun, kita liat Vania dulu yuk! Nanti aja berantemnya, ya? Kasian Vania nggun " itu Debby, suaranya melembut, ia berhasil memadamkan api emosi didalam diri Anggun, akhirnya Anggun hanya memandang Gwen datar lalu meludah kearah wajah cewek itu.

" Urusan kita belum selesai, lo gak tau kan Gwen kalau papa sayang banget sama Vania? " bisik Anggun sebelum meninggalkan saudari tirinya itu

Gwen nampak terdiam. Perasaan bencinya terhadap Vania makin bertambah ketika mendengar fakta itu, tak boleh, Vania tak boleh mengambil ayahnya.

Kuatin diri lo, Vania. Lo sendiri yang bikin gue kayak gini, lo pantes menderita, sialan. Batin Gwen sambil menunduk, setitik air mata membasahi sudut matanya.

❄❄❄

Vania memandang kosong ke arah brankar Alfian, seorang dokter dan beberapa perawat sedang sibuk memeriksa bahu kiri Alfian yang terlihat sobek, cowok itu masih belum sadarkan diri membuat Vania makin merasa bersalah saja.

Tuhan, gue mohon, gue masih pengen sama orang ini, gue masih butuh Alfian, gue sayang sama dia batinnya pilu. Tak terasa pipinya dibanjiri air mata, Vania tak sanggup berekspresi apapun.

Dua sahabatnya terlihat di pelupuk mata Vania, mereka berjalan cepat ke arah Vania lalu

Grep!

Kali ini pelukan itu datang dari Anggun, cewek datar itu nampak menahan air mata, dipeluknya tubuh Vania yang masih belum bisa merespon apapun

" Maafin gue Van, gue gak bisa jagain lo dengan benar " ucap Anggun, Vania hanya tersadar sebentar, ia mengangguk kecil. Kepalanya kembali dipenuhi oleh Alfian. Alfiam yang selalu melindunginya, Alfian yang berusaha menghiburnya kala ia murung, dan Alfian yang merelakan dirinya untuk menyelamatkan Vania. Entah mengapa kenangan bersama cowok itu seakan terputar bagai kaset rusak di kepalanya.

" Gue.. gak tau nggun, apa sih dosa gue dimasa lalu? Kenapa sih harus gue yang dikasih badai masalah segini hebatnya? " gumam Vania tanpa sadar. Matanya masih tak fokus.

" Gue.. gak mau kehilangan dia nggun, semenjak ada dia gue lebih kuat dari sebelumnya, gue.. gak bisa kalau dia ninggalin gue " sambungnya. Dapat mereka lihat rasa sakit Vania, Debby menahan sesenggukannya agar tak keluar sementara Anggun menatap Vania teduh.

" Nggak Van, lo gak bakalan kehilangan Alfian, udah ya jangan nangis dong, gue keluar sebentar ya " balas Anggun menenangkan Vania.

Ia segera keluar dari IGD dan menelfon ayahnya, setelah menunggu beberapa saat akhirnya telfon itu tersambung, Anggun mulai memberitahu ayahnya soal Gwen yang menyuruh orang untuk mencelakai Vania, ayahnya terkejut. Ia tak menyangka Gwen akan bertindak nekat seperti itu.

" Yaudah sweetheart, nanti soal Gwen biar Ayah yang urus, kamu jangan khawatir, okey? Mulai sekarang bakalan ada orang kepercayaan Ayah yang ngawasin Vania dari jauh " kata Watson serius. Vania, Anggun dan Debby sudah dia anggap putrinya, jadi ia tak akan membiarkan ada yang menganggu kehidupan salah satu putrinya, meskipun itu anak sambungnya sendiri






































Haiihaii🙃 maaf ya gw lama updatenya🙃 mood nulis gw tibatiba anjlok, jdii yaa gtudeh..

Yaudah, see u on next chapter🙃

Withlove, purpleukht

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang