24

4 1 0
                                    

Vania sudah keluar dari rumah sakit tadi pagi. Sekarang ia sedang berada dikamarnya sambil melamun. Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Vicky dan Alden darinya? Kesalahan sebesar apa yang ia lakukan sampai mereka membencinya segitu dalamnya? Vania masih berusaha berpikir keras akan hal itu.

" Gue ngelakuin hal jahat apa sama mereka, ya? Gue beneran gak inget " lirih Vania.

Ia menghembuskan napas lelah. Mungkin memilih bodoamat dengan segalanya akan membuatnya membaik, pikir Vania.

" Lagipula gue bukan cewek lemah yang mudah hancur karna kebencian gak berdasar mereka,kan? Okey, bangkit Vania. Kembali ke diri lo yang kemaren, lo cewek kuat dan akan selalu begitu. Fighting, Vania " ucap Vania menyemangati dirinya sendiri.

Ia kemudian mulai turun dari kasurnya dan menuju kamar mandi, ia akan sedikit membersihkan tubuhnya yang agak lengket.

❄❄❄

Cowok berambut coklat terang itu berdiri di sebuah unit apartemen bertuliskan 1174. Ia membuang napas lalu membuka pintu apartemen dengan acces card yang telah diberikan oleh ibunya kemarin. Saat pintu itu terbuka, seketika terlihatlah isi dalam apartemen itu yang nampak rapi dan terawat. Cat dindingnya berwarna abu gelap dilengkapi beberapa perabotan seperti luxurious sofa yang letaknya berdekatan dengan sebuah jendela kaca besar , sebuah rak buku mini yang menampung beberapa buku novel koleksi ibunya, dan sebuah meja berbentuk persegi panjang yang terletak di antara sofa-sofa mewah itu.

Ia kembali melangkahkan kakinya setelah menutup pintu apartemen yang terkunci otomatis , kakinya menuju sebuah kamar yang luas. Dikamar itu hanya ada sebuah lemari pakaian besar yang terlihat masih baru serta sebuah kasur springbed ukuran king size. Ia membawa dirinya masuk ke kamar bernuansa abu gelap itu lalu membaringkan tubuhnya diatas kasur yang kelihatan masih baru itu.

" Nia, besok kita bakal ketemu. Kira-kira reaksi apa yang akan lo kasih waktu liat gue? " monolog cowok itu sambil menatap langit langit kamarnya yang terdapat plafon berwarna putih tulang

" Semoga lo baik-baik aja Ni, gue bakal berusaha buat gak bikin lo sakit lagi kayak sekarang, maafin gue ya, gue emang jahat " sambungnya masih melanjutkan aktivitas melamunnya.

❄❄❄

Keesokan harinya, Vania, Alden dan Bella duduk di ruang makan sambil menikmati sarapan masing-masing , tak ada yang bersuara kecuali dentingan sendok dan garpu yang saling beradu. Vania memilih roti bakar dan susu putih hangat sebagai sarapannya, berbeda dengan Alden dan ibunya yang lebih memilih makanan berat. Vania sudah selesai dengan sarapannya, ia akan beranjak dari tempat duduknya namun suara Alden menghentikan langkahnya

" Lo berangkat sama siapa? " tanya Alden

" Bukan urusan lo kan Den? " ketus Vania

Alden tertegun sebentar. Ia kira Vania akan menjawab seperti biasa. Namun, apa itu tadi? Vania berkata ketus padanya?

" Lo pergi sama gue " putus Alden membuat Vania berdecak keras

" Gue bareng Alfian. Duluan ya, ma Vania pamit, Assalamualaikum " balas Vania tanpa menatap Alden

Vania berjalan santai ke luar rumahnya, di teras rumahnya ternyata Alfian sudah menunggu sambil memainkan ponselnya. Vania menghampiri Alfian dan segera mengajak Alfian untuk berangkat, untungnya Alfian membawa motor, jadi akan lebih sedikit kemungkinan mereka terjebak macet.

Saat mereka bersiap untuk pergi, Alden keluar dari rumah dan menghampiri Alfian, ditepuknya pundak cowok itu pelan lalu berbisik,

" Jaga kakak gue baik-baik " bisik Alden

Alfian menatap Alden sebentar lalu mengangguk. Mereka kemudian meninggalkan pekarangan rumah Vania saat Alden berlalu kembali tanpa menoleh sedikitpun pada Vania.

Saat keduanya sudah menghilang dengan sempurna , Alden akhirnya memasuki mobilnya dan menghela napas kasar

" Lo mau main-main ya sama gue,Vicky. Selama ini gue tahan saat lo nyuruh gue buat jauhin kakak gue sendiri bahkan gue jadi cowok brengsek yang bikin kakak gue nangis tiap hari. Tapi elo mau ngelecehin kakak gue lagi? Lo salah milih lawan kalau gitu " seringai mengerikan terbit dari wajah tampan Alden disusul kekehan yang terdengar menakutkan.

" Ck, dasar tikus " decaknya lagi

❄❄❄

Alfian dan Vania berjalan santai di koridor yang dipenuhi siswa siswi yang sedang santai menunggu bel masuk berbunyi. Alfian mengantar Vania ke kelasnya lebih dulu, ia ingin memastikan kekasihnya aman dari gangguan siapapun. Saat Vania sudah masuk kelas, Alfian akan segera menuju kelasnya sebelum ia melihat perawakan yang sangat ia kenali sedang berjalan menuju ruang kepala sekolah , Alfian menatapnya dengan sorot kaget sekaligus sendu, ia merindukan sosok itu setelah sekian lama

Abang? Sekolah disini? Batin Alfian, ia sembunyikan tangannya yang bergetar di dalam saku jas almamater khas ketua organisasi yang ia kenakan. Ia dilanda kegelisahan ketika mendapati sosok yang begitu ia sayangi ternyata memilih memasuki sekolah yang sama dengannya.

Sementara itu di kelas Vania, Debby dan beberapa anak kelas cewek sedang bergosip ria.

" Eh, bukannya hari ini ada anak baru ya? " mulai seorang cewek berambut pendek sebahu, namanya Rayna

" Gue juga denger sih tadi, katanya dia bekas pasien rumah sakit jiwa gitu, tapi udah sembuh. Makanya masuk ke sekolah ini" sambung seorang cewek lain dengan rambut panjang hitam legamnya , namanya Mawar

" Oh ya? Siapa namanya? Kok gue gak denger sih? " tanya Debby mulai penasaran

" Siapa ya, Maha- ih bukan, Mahendra . Nah iya, namanya Mahendra. Dia seangkatan kok sama kita" jawab Rayna menjelaskan.

Deg

Anggun dam Debby sontak mematung di tempat. Ya ampun , drama macam apa ini? Kedatangan Vicky saja sudah membuat Vania pusing, bagaimana jika Mahendra nekat memdekati Vania lagi? Entah masalah apa yang akan terjadi kedepannya, namun Anggun berharap semoga saja Vania tak apa-apa, semoga cewek itu baik baik saja.

Vania nampak berjalan tak peduli, ia menyumpalkan earphone di kedua telinganya lalu mulai membaca sebuah buku novel yang ia ambil dari dalam lacinya.








































Haii haii guys, kembali lagi di cerita aku yang absurd ini😂

Semoga pada betah ya, kalo gak betah au ahh😑

Jangan lupa vote dan komennya ya , dear.

See u on next chapter

With love, purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang