5

16 12 7
                                    

Vania sudah sampai di rumahnya sejak 10 menit yang lalu , ia sedang melamun memikirkan kedatangan Vicky yang tak terduga , seingatnya cowok itu sudah tak sepulau dengannya , tapi mengapa tiba tiba cowok itu datang tanpa diundang? Rasa rasanya , trauma Vania akan kembali jika begini terus . Fakta bahwa Vicky pernah hampir melecehkannya , membuat Vania merasa 'kotor' dan tak pantas untuk orang lain , itulah mengapa Vania memilih menutup segala akses untuk orang lain yang ingin mencoba menjalin hubungan asmara dengannya . Bertahun tahun Vania mencoba melupakan trauma masa lalunya , usahanya akan sia sia jika ia goyah oleh kehadiran sosok yang menjadi sumber traumanya .

" Gue harus ngomong sama Kak Vella , gue gak boleh biarin diri gue lemah dan kembali terjerumus ke trauma sialan itu " ucap Vania teguh . Ia segera mengambil handphonenya dan menelpon psikiater pribadinya , Vella .

" Hallo , Van? "

" Kak , Dia datang " ucap Vania gemetar

" Dia? Maksud lo Vicky? "

" Iya . Gue takut kak . Dia ngelecehin gue , dia natap gue seakan gue hal yang paling rendah , gue takut dia nyentuh gue , gue - "

" Van , tenang . Nanti sore kakak free , mau gak kakak datengin ke apartemen? Jangan takut ya Van , ada Kakak "

" Ta- tapi .. apa gue masih pantes kak? Gue udah - "

" Vania , please . You deserve better than him . Kamu udah berusaha sejauh ini , jangan nyerah ya , kamu harus kuat . Nanti sore kita ketemu di apartemen kamu "

" Hh .. baik kak . Maaf ya Vania ngerepotin kakak mulu "

" Kakak gak merasa repot kok Van . Udah ya , see you , kakak harus selesain laporan dulu okey "

Vania mematikan telfonnya secara sepihak . Ia merasa sedikit lebih baik , mungkin benar kata Vella , ia harus kuat . Usahanya untuk bangkit dari trauma itu tak boleh sia sia . Secercah harapan muncul di hati Vania , seorang Vicky tak boleh membuat kacau hidupnya untuk yang kedua kali , dan Vania harus mencegah laki laki sialan itu .

Vania akan segera bersiap siap untuk pergi ke apartemennya .

Skip time

Vania tiba di apartemennya baru sekitar 5 menit yang lalu , ia sedang bersantai di balkon apartemennya yang memang berada di lantai 17 itu . Dari balkon apartemennya , pemandangan kota Jakarta yang sesak oleh kendaraan terlihat seperti kerumunan semut , mengingat sekarang hampir memasuki jam macet di ibu kota . Vania meneguk minuman bersoda yang dia ambil dari kulkas yang ada di apartemennya , ia sedang menunggu kedatangan Vella untuk segera berkonsultasi dengan cewek itu . 30 menit kemudian , ketukan terdengar di depan pintu apartemennya menandakan jika orang yang sedari tadi di tunggu tunggunya akhirnya datang juga . Vania bergegas membukakan pintu setelah melihat kembali di intercom depan pintu apartemen .

Grep!

Vania langsung saja menerjang Vella saat wanita itu bahkan baru saja masuk ke dalam apartemennya . Ia sangat takut , walaupun ada satu sisi dalam dirinya yang mengatakan kalau semuanya akan baik baik saja .

" Kak , gue takut " ucap Vania tanpa repot repot melepas pelukannya . Vella menghela napas pelan , ia memberi respon ucapan barusan dengan tepukan pelan dan elusan di kepala serta bahu gadis itu .

" Sstt .. jangan nangis , ada gue . Dia gak bakalan bisa nyentuh lo lagi , oke? " balas Vella menenangkan setelah merasakan tubuh Vania bergetar hebat . Gadis itu menangis dalam ketakutan .

Vella segera menuntun Vania untuk duduk di sofa yang berada di ruang tengah apartemen . Ia menenangkan gadis itu sambil terus mengelus kepala Vania sayang .

Sialan lo Vicky , gue bakal bikin perhitungan sama lo kali ini . Berani beraninya lo bikin kesayangan gue ketakutan . Batin Vella merasa emosi .












Haii , jangan lupa tinggalin jejaknya ya dear .

See you on next chapter , dear .

With love , purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang