2

24 13 7
                                    

Vania baru saja tiba disekolahnya . Wajah tegasnya tak pernah mengendur barang sedikitpun , rambut blondenya di ikat stengah lalu menyisakan anak rambut di depan telinga gadis itu , menambah kesan manis . Wajahnya yang seputih susu berkilau diterpa sang surya , bulir keringat kecil menghiasi dahinya . Ia sedang bersiap siap menuju lapangan upacara karna hari ini hari senin . Seperti biasa , ia selaku ketua PMR akan menjaga di bagian belakang barisan siswa siswi jaga jaga jika ada yang pingsan . Upacara berlangsung dengan sangat khidmat , Vania pun sedang serius mendengarkan wejangan yang sedang disampaikan oleh kepala sekolah , ya walaupun matanya mendadak ngantuk mendengar ocehan kepsek yang berputar putar . Tiba tiba saja ..

Bruk!

Vania menoleh . Seorang siswi dari tingkat 2 jatuh pingsan , ia bergegas memanggil salah seorang anggota PMR cowok untuk mengangkat tubuh siswi itu . Langkahnya cepat mengikuti Reynand , si anggota PMR yang mengangkat tubuh siswi yang pingsan itu . Mereka sampai di UKS . Reynand segera meletakkan siswi itu di brankar dan Vania dengan sigap melonggarkan atribut serta pakaian siswi itu , ia juga membuka sepatu siswi tersebut . Tangannya dengan cekatan mengambil botol minyak kayu putih dan memposisikannya tepat di hidung siswi itu , agar ia segera sadar . Beberapa menit kemudian , si siswi pun tersadar . Ia memegangi kepalanya , refleks jika pusing atau sakit kepala .

" Mau minum gak ? " tanya Vania sambil membantu siswi itu duduk bersender di kepala brankar

" Boleh kak " cicit siswi itu tak berani menatap mata Vania secara langsung .

Mungkin dia segan ama gue , batin Vania tak peduli

" Rey , ambilin dia air hangat , abis itu lo catet namanya di buku album. Gue mau ke kelas duluan " perintah Vania sambil pamit pada temannya . Ia meninggalkan Reynand dan cewek itu di uks berdua .

Vania sampai di kelas . Rupanya upacara sudah selesai , terbukti dari berisiknya kelasnya saat ini . Vania memasang wajah dingin khasnya sambil melangkah menuju bangku miliknya , ia berjalan dengan tegas membuat segelintir siswi di kelasnya meneguk ludah . Mereka merasa terintimidasi oleh aura seorang Vania , padahal sang empu tak melakukan apapun . Dari arah pintu kelas , dua orang cewek berjalan dengan santai menghampiri Vania , pesona mereka membuat penghuni kelas Vania menahan nafas beberapa detik . Itu sahabat Vania . Anggun dan Deby .

" Van , kantin yuk . Gue laper nih " ajak Deby setengah merengek . Ia yang paling cerewet diantara mereka bertiga

" Iya van , tadi kita nyariin lo di UKS , taunya lo udah kesini " sahut Anggun datar . Ia memang sebelas dua belas dengan Vania , bedanya si Anggun ini kalau sudah gesrek , kadang tak tau tempat.

Vania beranjak dari kursinya meninggalkan kelas , ia akan mengikuti dua sahabatnya itu untuk ke kantin , kebetulan Vania ingin membeli minuman dingin demi menyegarkan tubuhnya yang sedikit gerah . Ia berjalan santai meninggalkan dua sahabatnya yang masih speechless .

" Tuh liat temen lo , diajakin malah ninggalin , ck " dumel Deby

" Bukan temen gue " balas Anggun datar .

Mereka pun menyusul Vania ke kantin dengan sedikit terburu buru .







Haii , jangan lupa tinggalin jejak ya ..

See u on next chapter , dear ..

Hihii .. gue nulis karna hoby ya , jadi semoga aja kalau ada yang mampir kesini terus liat ada kesalahan dalam cerita gue yang tercipta karna kegabutan ini , semoga mau memberi kritik yang bisa berguna .

See you , dear

With love , purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang