15

8 8 0
                                    

Vania termenung . Ia tak fokus dengan penjelasan guru yang mengajar di depan kelasnya sedari tadi . Ia masih kepikiran tentang pembicaraan antara Alfian dan Vicky di koridor tadi , ia memang tak sengaja mendengarnya . Apa sebenarnya yang di sembunyikan oleh Vicky dari nya? Ia benar benar tak ingat pernah membuat masalah besar yang bisa membuat orang membencinya segitu dalamnya . Vania menghela napas , ia mengangkat tangannya untuk menarik atensi guru yang sedang mengajar di depan kelas , ia minta izin ke toilet , Vania butuh menyegarkan pikirannya . Setelah diberi izin oleh guru itu , Vania meninggalkan kelasnya menuju toilet siswi yang letaknya berdekatan dengan taman tempatnya dengan Vicky tadi pagi . Vania memasuki toilet dengan tenang , ia membasuh wajahnya di wastafel . Tampak seorang siswi berkacamata bulat disana sedang merapikan kunciran rambutnya yang di ikat menjadi dua bagian . Vania tak peduli sebenarnya , namun siswi itu mulai mengajaknya berkenalan .

" Hai , nama gue Terresia Gwen . Nama lo siapa? " sapanya ramah

Vania sempat bingung namun tak urung ia memperkenalkan dirinya

" Gue Vania Denara Ruqasyah , lo .. dari kelas mana ? "

" Salam kenal Vania . Aku ? Oh iya aku kelas XII IPS 5 "

Usai mengatakan itu , cewek bernama Terre itu meninggalkan Vania sambil menepuk pundak Vania pelan . Ia berbisik ,

" Kita pasti bakal ketemu lagi , see you , Vania "

Skip time

Alfian sedang menunggu di ujung koridor kelas XII IPA , ia menunggu kemunculan Vania . Rasanya Alfian tak boleh lagi menunda hal ini . Ia nampak masih santai memperhatikan saat perawakan Vania tertangkap penglihatannya . Gadis itu berjalan dengan kedua sahabatnya , ketika akan melewatinya ia pun memanggil gadis itu

" Kak Vania "

Vania menoleh . Ia tersenyum tipis , menyuruh kedua sahabatnya untuk pergi duluan ke kantin lalu mendekati Alfian

" Hai , ada apa nih ? " tanya Vania menyapa

" Ikut gue " Alfian menarik Vania menuju ke taman yang letaknya di samping koridor kelas XI

Sesampainya disana , Alfian mendudukkan Vania disampingnya , lalu mulai membuka pembicaraan

" Kak , gimana kalo gue bilang gue udah lama suka sama lo? " pertanyaan yang terlalu tiba tiba dari Alfian membuat Vania menelan ludah gugup . Ia meremas jari jemarinya mendengar pertanyaan itu

" Gak mungkin . Lo pasti becanda , kita baru kenal beberapa hari , itupun karna lo gak sengaja bantu gue , kan ? Jadi gue gak bakal percaya sama omongan lo " jawab Vania melembutkan pandangannya pada Alfian . Jujur saja , baru kali ini seseorang ingin menyatakan perasaan pada Vania dengan cara yang cukup unik . Biasanya mereka hanya akan mendatangi Vania lalu menembaknya secara langsung , tapi cowok ini? Ah , sudahlah

" Coba lo tatap gue baik baik kak , apakah ada kebohongan yang lo liat dalam diri gue ? " Alfian melembut . Ditatapnya Vania dengan penuh perasaan , Vania terdiam . Tak ada kebohongan di dalam diri cowok ini , tatapannya pada Vania adalah tatapan mendamba , tatapan penuh cinta yang Vania pun tak ingat kapan terakhir kali mendapatkannya. Vania sudah tau perasaan Alfian saat ia berdebat dengan Alden di dapur waktu itu , pun saat Alfian berbicara di koridor dengan Vicky tadi , Vania mendengarnya . Hanya saja , ia masih belum percaya . Ia tak percaya pada omongan Alfian meskipun ia yakin tak ada kebohongan dalam ucapan cowok ini , ia tak percaya pada dirinya sendiri , ia masih merasa belum pantas menerima cinta dari siapapun .

Vania menggeleng lemah . Ia takut akan menyakiti cowok sebaik Alfian , tak ingin melukai perasaan orang lain saat ia saja tak tau apakah dia bisa melindungi dirinya sendiri agar tak kembali terluka oleh segala badai masalah yang datang menimpanya .

" Gue .. gak bisa . Maaf " Vania berdiri dan meninggalkan Alfian dengan langkah perlahan , sebelum ucapan Alfian menjadi penghenti langkahnya

" Kak , gue kasih lo waktu berpikir sampai lo bisa nerima gue . Gue serius sama perasaan gue " ucap Alfian lalu menyusul Vania yang sudah melangkahkan kakinya kembali dengan langkah yang sedikit tergesa gesa .

Alfian menatap punggung Vania yang mengecil . Sebuah senyuman kecil tercetak di bibirnya ,

" Maafin gue kalo terlalu tiba tiba kak , tapi gue egois soal perasaan . Apalagi lo lagi dalam masalah , gue janji bakal lindungin lo sampai lo mau nerima gue " gumam Alfian pelan . Ia akhirnya memilih untuk kembali ke kelasnya karna merasa masih kenyang .



























Haii , jangan lupa jejaknya ya , dear .

See u on next chapter

Withlove , purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang