4

19 13 11
                                    

Vania menjalani kesehariannya seperti biasa . Ia tak peduli pada cowok bernama Alfian yang tempo hari mengajaknya berkenalan secara sepihak . Saat ini , ia bersama kedua sahabatnya sedang berada di perpustakaan , menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas sambil menonton film thriller kesukaan mereka. Memang agak lain ya .

" Van , nanti pulang sekolah kita jalan bareng yuk ? Suntuk ni gue " ajak Deby sambil mengerucutkan bibir . Jurus andalannya demi meluluhkan Vania

" Gak dulu deh deb , gue capek banget hari ini . Tadi kan lo liat sendiri , ada pelatihan langsung dari kantor PMI pusat , lain kali ya " balas Vania tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop di depannya , ia sedang fokus menonton

" Hm , yaudah deh . Gue ngerti " ucap Deby pasrah .

" Kita balik duluan ya Van , kalo gitu . Kebetulan udah selesai nih gue sama Anggun . Biasalah ni anak ngajak ke gramed dulu " pamit Deby kemudian . Vania hanya mengangguk , ia tengah sibuk mencari referensi untuk tugas kimianya . Vania termasuk murid genius yang disegani , ia pendiam namun jika sekali berpendapat tak ada yang dapat melawan pendapatnya .

" Ternyata kecantikan lo nambah ya kalo lagi serius " ucap seorang cowok yang tiba tiba saja sudah duduk di samping Vania

Vania mematung . Ia kenal suara ini . Suara yang membuatnya trauma dan susah membuka hatinya untuk orang lain . Dia adalah orang yang nyaris merenggut kesucian Vania secara paksa . Vania berdiri dan refleks menjauh . Tubuhnya bergetar , ia takut . Sekarang sudah jam pulang , sekolah sudah sepi . Untuk apa orang ini mencarinya?

" Vi - Vicky? Ngapain l-lo? " tanya Vania takut . Ia terus memundurkan langkahnya , hingga tak sadar ia sudah mentok di dinding . Itu artinya Vania tak dapat melarikan diri lagi .

Vicky menyeringai jahat . Tatapannya memandang Vania lapar . Vania menggelengkan kepala berulang kali . Tidak! Ia tidak mau disentuh oleh bajingan seperti Vicky .

" Lo makin cantik ya Van , dada lo makin berisi , pasti mantep tu- "

Bugh ! Bugh !

Vania terbelalak . Itu Alfian . Ia memukul wajah Vicky tanpa ampun

" Mati lo , sialan! Berani beraninya lo ngatain kak Vania gitu "

Bugh!

" Lo bajingan sampah gak pantes ngerendahin kak Vania kayak gitu "

Bugh

Vania syok . Ia tak menyangka Alfian akan datang membelanya . Vania menangis pelan . Alfian yang sedang dikendalikan emosi seketika berhenti memukul Vicky ketika mendengar Vania menangis.

" Kali ini lo selamat karna kak Vania . Lain kali kalo lo ngelakuin ini lagi , lo habis sama gue . Cuih , sampah lo! " ucap Alfian dingin , meludah ke arah Vicky . Ia kemudian menarik tangan Vania lembut setelah membereskan barang milik Vania , meninggalkan perpustakaan , ia akan mengantar cewek itu pulang.

Sesampainya di parkiran sekolah , Vania berhenti . Ia menatap kosong kearah Alfian . Apa yang ada dipikiran cowok ini sampai mau membantunya?

" Kak , ayo naik . Gue anter pulang ya . Lo masih syok nanti yang ada lo bisa kenapa kenapa " ucap Alfian menyadarkan Vania dari lamunannya

" Lo .. kenapa mau nolongin gue? " tanya Vania hampa .

" Karena gue gak bisa liat cewek dilecehin secara verbal maupun fisik , udah ayo , lo jangan mikir keras dulu , gue pure ingin nolongin lo tanpa berniat macem macem kok " jawab Alfian menjawab kegundahan hati Vania .

Dia .. baik , sama gue? Batin Vania tak paham. Pasalnya walaupun dia bukan cewek jahat yang dimusuhi banyak orang , namun menolong orang lain dengan cuma cuma? Di zaman sekarang? Vania takut dikemudian hari cowok bernama Alfian ini akan menuntut balas budi dan sebagainya .

Dengan ragu dan mengingat kondisinya yang masih syok dan takut akan kejadian di perpustakaan tadi , ia pun mengekor Alfian yang mulai membuka pintu mobilnya . Saat mereka sudah duduk dengan tenang dalam mobil , Alfian pun melesat meninggalkan parkiran sekolah untuk mengantar Vania pulang.

" Kak , alamat lo? " tanya Alfian memalingkan wajah demi menatap wajah cantik Vania

" Perumahan Hall , rumah nomor 15 C , blok A , Jalan Dandelion " ucap Vania lirih , ia menunduk . Masih tersisa di benaknya wajah Vicky yang memandangnya rendah tadi , itu mengganggu Vania .

Gue emang serendah itu ya? Batin Vania mengasihani dirinya sendiri




















Haii , jangan lupa tinggalkan jejak yah dear .

See you on next chapter

With love , purpleukhty

My Traumatic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang