Setibanya mereka di kompleks itu..
Tok tok!
"Permisi"
Ashel hanya diam membisu lalu memberinya sebuah kartu pengenal pada satpam yang berjaga di Kompleks yang sangat elite.
"Buset Kompleks orang kaya ini mah" Lirih Adel.
"Adel" Panggil Ashel.
"Iya?"
"Lo anter gua kesana terus lo bawa ini mobil gue ke ka Marsha ya? Minta tolong" Pinta Ashel.
"Hah? Maksudnya?"
"Maaf ya Adel.." Lirihnya seraya menundukkan kepala dan meneteskan air mata.
"Kenapa kak??"
Adel menjadi panik lalu segera memarkir mobil nya ke tepi.
"Kenapa kak? Ayo cerita sama gue" Suruh Adel dengan memegang tangan Ashel dengan erat.
Adel pun menghapus air mata Ashel dan mengangkat kepalanya agar Ashel dapat menatap dirinya.
"Gue.. sebenarnya pindah ga sendirian Dell" Ucap Ashel.
"Jadi sama siapa? Temen mu yang tinggal disini?" Tanya Adel.
"C-calon gue del.."
Deg!
"C-calon kak? H-hahaha calon apa sih kak? Calon pekerjaan?" Adel masih tidak dapat menerimanya,ia berusaha menganggap apa yang dikatakan Ashel hanyalah gurauan semata.
"Maaf.. gue ngelakuin demi kakak gue Del"
"Ka Marsha di ancam?"
Ashel mengangguk.
"Kalo gue ga terima,ka Marsha bakal di bunuh sama papi gue sendiri. Tanpa sepengetahuan gue,ternyata ka Marsha pergi ke kantor papi. Ka Marsha ngebantah perjodohan di depan atasan papi gue dan itu ngebuat papi malu banget" Jelas Ashel."Terus ka Marsha juga di ancam tanpa sepengetahuan ka Marsha?" Tanya Adel memastikan.
Ashel pun mengangguk.
Bruum!
Adel memutar balik kendaraannya dan segera pergi menemui Marsha.
"Kemana Del? Tar papi gue bakal bunuh ka Marsha kalo gue ga ke rumah calon gue malam ini Del!" Ucap Ashel.
"Mau lo nerima atau ga ka Marsha bakal tetep di bunuh Shel"
Ashel hanya diam dan Adel terus melaju dengan cepat.
"Ajg malah macet"
Terpaksa Adel memutar balik dan melewati jalur lain untuk pergi ke tujuan.
Setibanya mereka disana..
"KA MARSHA!"
"Liat Shel,papi ga main main ini" Ucap seorang ayah mengancam anaknya dengan sebuah pisau tajam dan di arahkan nya ke leher.
"Gapapa Shel,ikhlasin gue"
"Hiks.. lepasin ka Marsha Pi. Ashel janji bakal nepatin janji Ashel!"
"Jangan Ashel!"
"Berani bantah papi lagi!?" Ucapnya seraya mencekik leher Marsha dengan kuat.
"PAPI! LEPASIN KA MARSHA ATAU AKU GABAKAL IKUT PAPI!?"
Mendengar kalimat Ashel yang telah setuju. Akhirnya sang ayah tersebut melepaskan Marsha yang telah pingsan.
"Oke ayo kita pergi Nak" Ajaknya."Hiks.. Kak Marsha.. maafin gue" Lirih Ashel.
Kemudian Ashel pun melangkah untuk lebih dekat bersama papinya."Ashel.." Panggil Adel.
Dia tidak dapat berbuat apa apa. Jika ia menahan Ashel ntah apa yang akan terjadi. Dan jika ia melepas Ashel,ia juga tidak tahu apa yang akan terjadi.
Maka,Adel memilih diam. Ia baru saja berbicara disaat Ashel hendak meninggalkan dirinya dan juga Marsha yang telah tergeletak akibat cekikan yang dilakukan oleh papinya sendiri.
"Papi,boleh ga aku ngomong sama Adel dulu? Sebentar aja" Pinta Ashel untuk terakhir kalinya.
Papi Ashel hanya mengangguk.
"Satu menit" Ucapnya."Kak.."
Air mata Adel telah mengalir dengan sendirinya. Akankah ia kehilangan cahaya barunya? Kehidupan Ara dan juga Adel sudah di penuhi kegelapan semenjak orangtua mereka telah tiada.
Akankah Adel kehilangan cahayanya untuk kedua kalinya?
"Maafin aku?" Ucap Ashel dengan menundukkan kepalanya.
"Kak.. makasih udah jadi kakak yang terbaik buat Adel" Balas Adel seraya mengangkat kepala Ashel agar dapat menatap dirinya.
"Makasih juga udah jadi ade yang terbaik buat Ashel"
"Aku sayang kak Ashel.. sebagai kakak. Jangan berpikiran lebih soal ucapan aku tadi ya kak? Aku emang kagum sama kak Ashel,semuanya aku kagumin kak. Kakak itu hebat,banget malah. Kak Ashel udah jadi cahaya terang bagi aku,semoga kakak bahagia ya kak" Jelas Adel.
"Terimakasih kembali Adeliaa. Please let me go dengan hati kamu yang tulus"
Cup!
Ashel mencium kedua pipi Adel lalu tersenyum.
Adel pun membalas senyuman Ashel dan memeluknya dengan erat.
"Satu menit!" Ujar sang ayah.
"Pi? Tolong setengah menit lagi ya? Mau ngomong sama Ka Marsha juga" Pinta Ashel.
"Mau ngomong apa sama orang yang udah ga sadar nak? Biar Adel saja yang menyampaikan salam kamu"
"Yaudah.. sampaiin maaf aku ke ka Marsha"
Adel pun mengangguk.
"I love u so much ka pecel lelee!""Love u too Adeliaa!"
"Nak ayo,nanti ketinggalan!"
Ashel pun pergi meninggalkan rumah lamanya yang penuh seribu kenangan. Dan bersiap menjalani hidup baru dengan seribu beban dan tekanan yang ia bawa.
Setelah kepergian Ashel. Adel terduduk dan menangis sejadi jadinya.
Adel telah memantapkan dirinya bahwa ia tidak akan menangis setelah kepergian orang tuanya. Tapi saat ini air mata yang selalu di tabung,akhirnya di pecahkan dengan dahsyat.
"Maaf.." Ucapnya berkali kali.The end.