"Gue boleh tanya tentang ini?"
Jihoon terkejut setengah mati saat Jeongwoo tiba-tiba berada di sebelahnya dengan selembar foto di tangannya.
"Ngagetin aja lo, kampret bener, hampir aja gue ngumpat."
Masalahnya ini sudah jam 3 dini hari, Jihoon ini juga bukan tipe orang yang berani, ia takut T__T namun tetap memaksakan matanya untuk bekerja.
"Gue nemu ini di kamar lo," ucap Jeongwoo lagi, menaruh selembar foto tersebut di meja Jihoon.
"Gue gak tahu.."
"Setelah semua ini, lo masih mau bohong?" tanya Jeongwoo membuat Jihoon terdiam. Pikirannya kalut, ia takut bahwa ucapannya akan membuat keadaan semakin runyam.
"Dulu gue punya adik.."
"Dulu?"
"Lima tahun yang lalu."
Jeongwoo. Park Jeongwoo.
Jihoon menatap nama itu yang tertera di surat keterangan jenazah. Tangannya bergetar hebat menyentuh kertas tersebut. Air mata lolos dari sudut matanya. Bibirnya bergetar hebat, pemuda itu menggigit bibir bawahnya keras-keras, berusaha meredam isak yang akan keluar. Bahunya merosot, menandakan betapa terpuruknya pemuda itu.
Jihoon kehilangan adiknya.
Adik satu-satunya yang paling berharga baginya lebih dari apapun.
"Lo bohong.. lo bilang mau kasih gue kado. Jadi ini kadonya?" gumam Jihoon menatap nanar.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya, Jeongwoo bilang ia akan memberikannya kado special saat pulang dari sekolah. Namun yang di dapat Jihoon sekarang justru kabar duka-Jeongwoo tewas ditabrak oleh suatu mobil yang dikendarai orang mabuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Today We Run | Treasure ✔
مغامرةJihoon tidak pernah menyangka bahwa game zombie yang selama ini ia rancang, memiliki kehidupan yang sebenarnya.