Chapter 13

1K 132 41
                                    

Heya, I'm sorry for taking so long. Busy and stress I guess. Ehehehe

Semoga hari kalian menyenangkan ya! ☺️☺️☺️

“Music expresses that which cannot be put into words and that which cannot remain silent

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Music expresses that which cannot be put into words and that which cannot remain silent.”
—Victor Hugo—

Ini kali pertama gue melihat Timothee sampai nggak sadarkan diri kayak gini. Dia nggak merespon terhadap panggilan siapapun—cuma menggerakkan jarinya sedikit saat gue megang tangannya dengan hati-hati. Kata dokter keadaannya udah lebih baik. Tapi kenapa dia masih nggak membuka kedua matanya dan merespon panggilan kami? Bahkan saat Mark—adiknya—menggenggam tangannya sambil menangis tersedu-sedu, pria itu tetap nggak merespon. Timothee tak ubahnya orang mati terutama dengan deru napas yang semakin redup.

Di antara beberapa orang yang menengok Timothee, mungkin eksistensi mamih jadi paling mengejutkan bahkan buat seluruh anggota keluarganya. Ibu Timothee yang tampak lelah dan sedikit lebih tua dari mamih tetap berdiri di samping suaminya. Pasangan suami istri itu nggak mengatakan apapun—terlepas dari fakta kalau mereka mungkin sudah menduga kalau titik mula kejatuhan putranya dimulai dari wanita kaya yang untuk pertama kalinya tampak terguncang saat melihat Timothee. Lalu Mark, meskipun dia itu pria muda yang sopan dan pandai mengontrol diri, tapi saat ini ketenangannya seolah meluap tak tersisa. Mark berjalan ke arah mamih—hampir meluapkan emosi kalau kontrol dirinya yang kayak dewa itu nggak mengekang dirinya sekaligus. Alhasil, dia cuma mengatakan beberapa patah kata yang walau kedengaran agak bikin sakit hati, tapi nggak gue bantah sama sekali.

“That’s the man whose life you ruined. Are you happy now?”

Mark keluar diikuti ayahnya—sementara ibunya luruh ke atas lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark keluar diikuti ayahnya—sementara ibunya luruh ke atas lantai. Wanita itu masih menahan tangis; dia mungkin bakal menjerit dan kehilangan kontrol diri kalau aja Rose nggak buru-buru memeluk dan menenangkan beliau.

“Tim’s greatest passion was music; then he met your son. You never got to witness their happiness as you always ignored them. I was there to see the joy and smiles they shared. Tragically, your own son was one of the two young men whose lives you destroyed that day.” Itu jadi kalimat pertama yang pernah mamahnya Timothee lontarkan ke mamih.

Before The Sun Sets ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang