Chapter 10

1.1K 168 45
                                    

Hi~

Been listening to Perfume and Kiss multiple times; and dangggg Miss Roseanne Park seriously rocked Coachella so hard!

Well, fangirling dulu, silahkan menikmati chapter ini~

“A man sometimes devotes his life to a desire which he is not sure will ever be fulfilled

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“A man sometimes devotes his life to a desire which he is not sure will ever be fulfilled. Those who laugh at this folly are, after all, no more than mere spectators of life.”
—Ryunosuke Akutagawa—

Berhubung Hawaii itu panas—terutama di pertengahan bulan Juli kayak sekarang ini—dress yang mengekspos warna bra dan underwear Rose kering dengan cepat. Bahkan yang bersangkutan sekarang lagi jalan di sebelah gue, nggak berhenti ngedumel karena harga kopi yang dibelinya beberapa menit lalu dianggap terlalu mahal. Gue juga membeli kopi yang sama—hot americano di tengah cuaca panas Hawaii yang sulit ditoleransi. Tapi karena cuaca ekstra panas ini udah ngebuat Rose keringetan dan kelihatan sangat seksi, jadi untuk kali ini aja gue bakal maklumi.

“Bisa-bisanya lo minum hot americano double shots ketika cuaca lagi panas gini,” katanya sambil nunjuk kopi yang gue pegang.

“Enak.”

“Masa? Kayaknya lebih enak Ice Americano, sih.” Rose merujuk ke pesanannya.

“Nggak suka Ice Americano. Rasanya kayak air kobokan.”

“Emang pernah minum air kobokan?”

“Pernah.”

“Oh.”

Gue senyum aja.

“Tapi kopi yang ini enak. Mahal sih, tapi ya enak.” Mbak satu ini masih aja menyinggung persoalan harga.

“Seenak itu?” gue jadi penasaran.

“Menurut gue sih iya,” jawabnya.

Keterangannya ngebuat gue penasaran. Sebenarnya gue nggak benci Ice Americano—apalagi kalau rasanya emang enak. “Gue balik lagi deh. Lo balik duluan aja—soalnya setelah ini gue mau nyari makan siang sambil nelpon suppliers.”

“Tapi nanti kalau nggak suka gimana? Nih cobain dulu, buat referensi aja.” Rose nawarin sambil nyodorin Ice Americano miliknya gitu aja. Ngelihat gue yang cengo, dia nambahin, “Gue nggak rabies kok. Tapi kalau nggak mau, ya ud—”

Dengan cepat gue narik tangannya—meminum seteguk Ice Americano yang punya rasa pahit serta aroma kopi cukup kuat. Rasanya nggak seenak itu, tapi karena minum dari sedotan yang sama, penilaian gue spontan mengikuti pendapat Rose yang keukeuh kalau rasanya enak. Agak salah tingkah dikit. Sekarang gue jadi mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekadar minum dari tempat yang sama. Sial.

Before The Sun Sets ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang