"Tumben lama pulang?" tanya Arnold kepada Abizar yang baru saja tiba di rumah saat jam menunjukkan pukul 4 sore.
"Tadi mampir jenguk Flo." jawab Abizar kemudian melenggang pergi melewati sang Papa begitu saja.
Mendengar itu, Arnold langsung bergegas kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya. Abizar hanya bisa diam menatap sang Papa yang tampak tergesa-gesa. Tanpa menebak lagi, Abizar sudah tau Papanya akan pergi kemana.
"Jaga rumah, Bi. Papa cuma mau keluar sebentar." ucap Arnold saat berpapasan dengan Abizar di pertengahan anak tangga. Abizar hanya menganggukkan kepalanya saja.
Arnold bergegas membawa mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Laki-laki itu beberapa kali berhenti untuk membeli buah-buahan dan juga obat.
Setelah memastikan semua bahan yang ia bawa sudah lengkap, Arnold langsung menuju kediaman Flo. Setelah sampai, ia tidak langsung turun. Seperti biasanya Arnold selalu menunggu di pinggiran jalan tidak jauh dari rumah Flo.
Sementara Flo yang berada di dalam kamarnya tengah tertidur samar-samar mendengar dering telfon di atas nakas. Awalnya Flo mengabaikannya karena matanya terasa sangat berat. Tapi, telfon itu kembali berbunyi membuat Flo terpaksa harus bangkit untuk mengambil ponselnya.
Tanpa melihat nama si penelfon, Flo langsung menggeser ikon hijau ke atas dan panggilan telfon pun tersambung.
Flo hanya diam dan kembali memejamkan matanya. Posisinya setengah bersandar di sandaran kasur dengan bantal yang menumpuk di belakang tubuhnya.
"Saya ada di depan rumah kamu sekarang. Ayo keluar!"
Sontak mata Flo terbuka dan berkedip berulang kali. Gadis itu langsung menjauhkan telfon dari telinganya lalu melihat nama kontak si penelfon. Begitu tau siapa yang menelfonnya, Flo malah kembali memejamkan matanya.
"Flo."
"Hmmm..." Flo hanya bergumam tidak jelas. Matanya terasa sangat perih, hidungnya tersumbat, beruntungnya panas di tubuhnya sudah sedikit menurun. Flo mengeratkan pegangannya pada selimut tebalnya. Padahal cuaca sedikit panas, tapi, Flo merasakan dingin di sekitarnya.
"Kamu masih bisa berjalan keluar kan, Flo?" tanya Arnold dari seberang sana. Nada bicaranya terdengar sangat khawatir.
Flo menggosok hidungnya menggunakan punggung tangannya. Ia menghela nafasnya berat. "Dingin, Om. Saya malas keluar, mending Om aja yang masuk ke sini."
"Caranya bagaimana, Flo? Yang ada nanti saya digebukin oleh orang tua kamu."
"Enggak. Orang tua saya asik tidur di kamar dari tadi siang."
"Saya gak berani masuk diam-diam. Nanti dikira pencuri lagi."
"Ya udah, kalo gitu saya cuci muka dulu." akhirnya Flo mengalah. Ia terpaksa beranjak dari posisi ternyamannya. Saat Flo bangkit, ia sama sekali tidak mematikan telfonnya dan membiarkan Arnold yang mematikannya sendiri.
Tidak kurang 10 menit kemudian Flo sudah selesai membenahi dirinya. Ya setidaknya dirinya tidak tampil berantakan di depan Arnold.
Saat Flo baru tiba di lantai bawah, ia tidak sengaja berpapasan dengan sang Papa yang saat itu membawa teko air.
"Mau kemana, Flo?"
"Ke depan bentar, Pa." jawab Flo jujur. Tapi, ia tidak mengatakan akan menemui laki-laki di luar.
"Jangan lama-lama. Kamu belum sembuh total. Kalau dingin, pakai jaket aja." pesan sang Papa yang langsung mendapat anggukan kepala dari Flo.
"Iya, Papa. Flo gak lama kok. Kalo gitu Flo duluan ya, Pa."
![](https://img.wattpad.com/cover/341249709-288-k847313.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah, Ku Nikahi Bapakmu!
HumorFlorence Arunika, gadis belia berusia 17 tahun yang tiba-tiba kedatangan murid baru di kelasnya. Pertama kali melihatnya, Florence sudah menunjukkan ketertarikannya kepada murid baru itu. Satu bulan kemudian akhirnya Florence memberanikan diri untuk...