Hallo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ndak boleh!"
Sunoo tidak mau melepaskan pelukannya setelah diberi tahu Sunghoon akan pergi ke jakarta untuk bekerja dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan.
"Sunoo, Papa kan kerja buat kamu."
"Ndak.... ndak mau ditinggal."
"Papa harus kerja, sayang. Biar kamu bisa sekolah, tahun depan kamu udah ke SD, kan?"
"Hum."
Sunghoon mengusap surai lembut Sunoo yang tidur diatas tubuhnya, memeluknya begitu erat tidak mau ditinggalkan, padahal masih ada dua bulan lagi sebelum Sunghoon berangkat ke jakarta.
"Ikut saja bagaimana?"
"Sunoo mau di sini, tapi tidak mau ditinggal. Nanti sama siapa?"
Sunoo mendongak, menatap sang ayah dengan mata berkaca-kaca. Sunghoon buru-buru mengusap air mata yang turun.
Sangat sulit untuk meninggalkan bayi lucu ini apalagi ke jakarta sangat jauh, Sunoo masih butuh sosok ayah. Dia sudah jauh dengan Ibunya, ayahnya jangan ikut menjauh, tapi dia sudah memikirkannya lama dan jika Sunghoon tidak mengambil pekerjaan ini dan menuruti Sunoo untuk tetap di sini, itu lebih buruk.
Mau tidak mau, Sunghoon harus pergi ke jakarta.
Dia tidak mungkin terus di sini dan mengandalkan gaji tukang ojek juga sisa tabungan nya, dia harus bangkit.
"Sayang, jangan nangis."
"Umm... ndak mau Papa pelgi."
"Hm. Udah malem, sayang. Tidur, ya?"
Sunghoon merubah posisinya menjadi lebih nyaman. Memeluk tubuh mungil itu dan menyelimuti dirinya dan juga Sunoo dengan selimut.
Sunghoon menepuk-nepuk pantatnya agar tertidur, tapi Sunoo malah menangis.
"Kenapa nangis, Sunoo? Papa di sini."
"Sunoo ndak mau sendili... Jangan tinggalkan Sunoo. Mama pelgi, Papa jangan pelgi juga."
"Sunoo, Papa bukan mau ninggalin kamu, Papa mau pergi buat kerja. Supaya kamu bisa makan, bisa sekolah, bisa beli mainan. Papa bakalan pulang dua bulan sekali."
"Kamu gak sendirian, sayang. Ada Nenek di sini, ada Bibi dan Paman, ada Yujin sama Jiheon juga."
Sunoo semakin memeluknya erat, menyembunyikan wajahnya di dada sang ayah membuat pakaian yang Sunghoon pakai basah.
"Sunoo ndak mau sekolah, ndak mau mainan, Sunoo mau nya Papa!"
.
Pagi hari setelah semalam Sunoo tertidur karena kelelahan menangis, dia benar-benar jadi super manja. Makan dipangku dan disuapi, memakai seragam dan sepatu harus dipakaikan, dan saat Sunghoon mengantarnya ke depan, Sunoo tidak mau diturunkan dia tetap mencengkram pakaian yang dipakai Sunghoon.
"Ndak mau!"
"Sunoo, itu Yujin udah nungguin loh."
"Papa~"
"Nanti kamu telat ke sekolahnya, lepasin sayang."
Sunoo tetap menggeleng, dia mengeratkan pelukan nya pada leher Sunghoon sampai rasanya seperti sedang dicekik, kaki Sunoo juga bergerak tak beraturan menendang angin tidak mau menginjak tanah.
"Seonwoo."
Gawat, Sunghoon sudah memanggilnya dengan nama asli.
Sunoo diam membeku, dan perlahan melepaskan pelukannya.
"Papa.." panggilnya pelan, berharap sang ayah tidak marah padanya.
"Masih pagi tapi kamu udah nakal, sana sekolah."
"Ta-tapi..."
"Papa di sini, gak akan kemana-mana. Jangan cengeng."
Sunoo mengangguk kecil, lalu mengusap matanya yang terasa perih.
Perlahan berbalik dan berjalan menuju mobil Yeji dengan langkah pelan.
.
Sunoo pulang dengan keadaan senang, dia berlari dengan tawa riang nya menghampiri sang ayah yang sedang mengangkat jemuran yang sudah kering.
Sunoo memeluk kakinya, seragam dan tas masih terpasang rapi di badan nya. Sunghoon menaruh keranjang pakaiannya, lalu mengangkat Sunoo dan menggendongnya.
"Papa, lihat! Sunoo dapat A!"
Sunoo menunjukkan kertas ditangannya, berisi latihan harian anak tk yaitu menjodohkan nama organ tubuh dengan gambar yang sesuai. Sunoo mengerjakan semuanya dengan benar, dia anak yang pintar.
"Pintarnya anak Papa."
Sunghoon mengecup pipinya, lalu menurunkannya di teras rumah, membantu Sunoo melepaskan sepatu nya kemudian menepuk kepala anak itu dua kali.
"Sana ganti baju, terus makan siang. Papa mau angkat jemuran dulu."
"Um!"
Sunoo mengangguk lucu kemudian memasuki rumah.
Sunghoon heran kenapa anak itu begitu tidak mau dia tinggalkan padahal dia akan pulang selama dua bulan sekali. Sunghoon heran kenapa Sunoo begitu tidak mau ditinggal ke jakarta padahal hanya untuk beberapa saat, sampai anak itu menangis dan tidak mau lepas dari dirinya sepanjang hari.
Sunoo bahkan tidak mau bermain dengan sepupu-sepupunya dan memilih memeluk Sunghoon sepanjang malam.
"Sunoo, main sana sama Yujin."
"Ndak! mau peluk Papa."
"Kenapa kamu jadi manja banget, sih?"
Sunghoon mencubit pelan pipi gembilnya.
"Tapi Papa gak akan luluh, Papa bakalan tetap pergi ke jakarta."
Sunoo menyandarkan kepalanya di dada Sunghoon, menatap Yujin dan Jiheon yang sedang bermain tak jauh dari mereka.
"Kalau Papa pelgi, Sunoo tidul sama siapa?"
"Siapa yang nanti antal Sunoo ke kamal mandi kalau pengen pipis malam malam?"
"Siapa yang suapi Sunoo?"
"Siapa yang pasangkan sepatu Sunoo?"
"Siapa yang puji Sunoo kalau Sunoo dapat A.." ucapnya dengan suara pelan.
Sunoo hanya takut, dia sudah kehilangan Mama-nya, dia tidak mau kalau harus kehilangan Papa-nya juga, walau hanya sebentar, dia tidak mau. Dulu, Mama yang sering menyuapi Sunoo, tapi sekarang Mama pergi jadi Papa yang menyuapinya.
Kalau Papa ikut pergi, nanti siapa yang suapi Sunoo?
"Sunoo anak pintar, anak baik, sayang-nya Papa... kamu sebentar lagi masuk SD, jadi kamu harus mandiri. Kamu harus belajar makan sendiri, ke kamar mandi sendiri. Kamu juga harus bisa pakai sepatu sendiri, nanti Papa ajarin."
"Kamu jangan terlalu manja, harus bisa mandiri. Papa gak akan selamanya sama kamu."
"Papa!!"
Ucapan Sunghoon membuat Sunoo jadi semakin takut, dia menangis lagi.
"Jangan nangis. Papa ke sana buat kerja, sayang. Nanti uangnya kan buat kamu juga, biar kamu bisa sekolah."
Sunghoon mencoba memberi pengertian, berharap anak itu berhenti menangis dan mengizinkannya.
"Boleh, tapi Sunoo mau Mama!! Mama halus balik ke sini."
Semua yang Sunoo inginkan, akan dia usahakan. Dia akan berusaha memenuhi semua keinginan Sunoo, dan membuatnya bahagia. Namun, untuk keinginan yang ini dia tidak bisa.
Itu diluar kemampuannya.
Dia tidak bisa membuat istri -- mantan istrinya kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/343358550-288-k816816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Hero
General FictionMungkin orang-orang menganggapnya tak masuk akal, tetapi inilah yang terjadi dalam hidup Sunoo. Dia kehilangan Ibunya saat usianya 5 tahun. Sunghoon mencoba menjadi Ayah yang baik untuknya, meski hatinya tergores karena kehilangan sang istri dia ha...