10

374 91 25
                                    

Hallo

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sunghoon tersenyum melihat layar ponselnya sampai teman kosannya merinding melihat dia. Bagaimana tidak, Sunghoon bangun langsung marah-marah karena Kai tidak sengaja menyenggol alarm nya, lalu dia melihat ponselnya langsung senyum-senyum sendiri.

Tidak terasa, 10 tahun sudah Sunghoon lewati di sini, pulang hanya beberapa hari paling lama satu minggu dan hanya berkomunikasi dengan bertukar pesan di ponsel.

Sunghoon juga tidak tahu apa yang membuatnya bertahan bekerja di sini, bertahan hidup ditengah kejamnya kota. Untuk apa lagi, selain untuk membiayai hidup.

Hidup memang kejam, tak sekali Sunghoon mendapati perlakuan kasar dari pelanggan atau mendapatkan kendala saat bekerja.

Sebagian uang dikirim untuk Sunoo, dan dia hanya bertahan dengan sisa uang, belas kasih temannya yang kadang datang untuk menyemangati, mengajak makan bersama, atau sekedar numpang di kosannya.

Dari pengalaman 10 tahun hidup di kota, dia jadi tau... Kalau tidak semua jahat. Masih ada orang baik yang datang, berbagi makanan, mendengarkan keluh kesahnya dan memberi saran, juga menghiburnya kala sedih.

Sunghoon tidak pernah mengeluh, demi Sunoo, semua dia lakukan demi anak satu-satunya.

Satu-satunya orang yang dia punya.

Anak itu berusia 16 tahun, sebentar lagi 17 tahun... Sunghoon harap dia bisa pulang saat ulang tahun anak itu, semoga tidak ada kendala seperti macet atau uangnya hilang atau ongkosnya kurang.

Kejadian itu terjadi saat Sunoo berulangtahun yang ke-10, Sunghoon berjanji akan datang tepat waktu tapi ditengah perjalanan dia terkena musibah. Dompetnya dicuri.

"Sabar, mungkin emang bukan rezeki kamu."

Sudah lapor polisi, dicari ke sana ke mari, Sunghoon masih ingat wajah dibalik masker dan postur tubuhnya.. Tapi semua nya sia-sia, dia kembali ke kosan dan mengadu pada teman temannya.

"Tapi, Kai... gue inget banget orangnya! gue hapal wajahnya! Tapi kenapa susah banget ketemunya? kenapa polisi belum juga nemuin pencuri sialan itu?"

"Hoon, udah satu minggu, ikhlasin aja--"

"Ikhlasin?"

Dompet berisi ktp, uang, dan yang paling penting adalah foto Sunoo kecil yang dia simpan di sana juga foto terkahir dirinya dan mantan istrinya yang lama dia simpan.

Untung saja atm ada di dompet lain yang tertinggal di kosan.

Selama satu minggu Sunghoon seperti orang linglung, dia benar-benar berantakan dan susah diajak bicara.

"Sunghoon, kalau emang itu rezeki lo pasti bakalan ketemu, tapi kalau emang bukan, kalau emang rezeki si pencuri ya mau sekeras apapun lo berusaha gak bakalan ketemu. Coba pikir, kalaupun pencuri itu ketemu, uangnya pasti udah ilang, dibeliin atau dipake apa."

"Sabar, kendalikan emosi lo. Jangan gegabah... kasian anak lo nunggu, mending ambil ini uang dari kita buat lo ongkos pulang. Ini kita patungan buat bantuin lo."

"Kai. Itu uang hasil kerja keras gue.."

"Tau, lo bilang itu milik lo, tapi mungkin emang bukan rezekinya.  Udah satu minggu, ikhlasin ya?"

Sunghoon pulang, dengan uang dari teman-teman nya yang baik dan uang yang dia tabung, untungnya Sunghoon orang yang rajin menabung setiap bulan. Menabung untuk kebutuhan masa depan yang terduga maupun yang tidak terduga, seperti saat itu.

Sunghoon pulang, membeli kue sebagai ucapan permintaan maaf pada Sunoo.

Sunghoon tidak pernah menyangka, saat dia pulang dia akan menemukan Sunoo tidur sendiri padahal katanya dia sering tidur dengan sepupunya. Sunoo tidur sendiri di kamar milik Sunghoon, meringkuk seperti janin, alih alih memakai selimut untuk melindungi dari dingin, dia malah menggulung selimutnya dan memeluknya.

Me and My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang