Hallo
............."Orangtua gue berantem lagi, gue jadi pusing."
Sunoo mengelus pundaknya, dia kira kehidupan Jungwon adalah yang paling menyenangkan. Dia terlahir dari keluarga kaya raya, anak tunggal yang menguasai semua harta dan kasih sayang, punya banyak teman dan berprestasi sehingga banyak yang menyukainya, tetapi ternyata tidak seenak itu hidup temannya ini.
Orangtuanya selalu bertengkar karena satu dua hal, tak jarang Jungwon ditinggal sendirian di rumah setelah dipertontonkan pertengkaran itu. Jungwon merasa bersalah karena awal pertengkaran mereka adalah karena dia, mereka selalu membahas siapa yang paling sering bersama Jungwon. Padahal menurut lelaki itu, tak ada yang paling sering bersamanya, dia selalu merasa kesepian karena ditinggal kerja.
"Mereka terus bahas siapa yang lebih sering sama gue dan nyalahin satu sama lain, padahal menurut gue mereka sama aja. Gak ada yang lebih sering sama gue, adanya yang lebih sering ninggalin. Mereka sama-sama egois sih."
Sunoo tak tahu harus merespon bagaimana selain berkata, "sabar, ya." Karena sejujurnya dia tak tahu bagaimana rasanya jadi Jungwon. Dia saja tidak punya Ibu.
"Tapi lo tahu, kan. Mau sejahat apapun mereka gue sebagai anak tetep gak bisa benci mereka. Karena ada ikatan batin, yang bikin rasa benci itu gak bisa bersemayam terlalu lama dalam hati."
Sunoo tidak tahu kalau Jungwon sepuitis ini.
Beberapa menit lalu Jungwon mengetuk pintu rumahnya dan menampilkan dirinya yang berantakan, matanya sembab, rambutnya acak-acakan dan pakaiannya kotor. Dia terlalu kalut, sehingga kabur dari rumah tanpa membawa apapun selain diri yang berantakan. Tak ada tujuan awalnya, hanya sekadar mencari angin dan ketenangan di tengah malam.
Sampai dia teringat Sunoo, mungkin lebih baik jika dia menemui temannya itu daripada melamun di jembatan.
Keadaannya sudah lebih baik, Sunoo memberinya pinjaman baju dan secangkir teh hangat. Juga sebuah pelukan singkat untuk menenangkan Jungwon yang terus menyalahkan diri.
"Gue lebih tenang, makasih, ya."
Sunoo memberinya senyum sehangat matahari pagi, "iya, jangan sungkan buat dateng ke sini. Kita kan udah kayak saudara."
Jungwon membalas senyumnya. Dia benar-benar lega setelah mencurahkan semua keluh kesahnya. Ditambah Sunoo terus mengelus pundaknya, itu membuatnya merasa kalau dia benar-benar tak sendirian di dunia ini. Dia punya Sunoo dan dia bersyukur karena itu.
Sebagai sesama anak tunggal yang kesepian karena tak punya saudara, mereka menganggap satu sama lain sebagai keluarga.
"Jungwon."
"Ya?"
"Umm..."
Sunoo tampak ragu mengatakannya, dia tampak diam sejenak.
"Gue udah terbuka sama lo, lo juga harus terbuka sama gue."
"Itu.."
Sunoo menarik napas panjang. Kemudian tatapannya naik ke arah langit malam yang kini dipenuhi bintang-bintang. Entah kenapa dia merasa agak tenang malam ini, mimpi-mimpi buruk yang dulu selalu datang mengganggu kini tak terlihat lagi. Dia mulai menerima segalanya dan hatinya tak pernah lagi merasa gelisah setelah lebih terbuka pada Papanya, karena kapanpun dia merasakan perasaan itu, dia selalu menyakinkan dirinya bahwa dia punya Sunghoon, Papanya.
Terkadang komunikasi memang penting. Tak apa sesekali mengeluh dan bercerita tentang hari burukmu, jangan melulu hari baikmu agar kau terlihat bahagia sempurna padahal nyatanya kau hancur di dalam. Terkadang bercerita bisa meringankan beban mu walau sedikit, agar orang tahu kamu terluka dan kamu cepat mendapat pertolongan agar cepat pulih.
Apakah ini tanda nya dia akan menemui episode bahagia pada akhirnya?
Sunoo menoleh pada Jungwon.
"Mungkin gak sih kalau Mama gue yang ninggalin gue waktu umur 5 tahun bakal balik lagi?"
Jungwon terdiam sejenak, itu mimpi anak itu dari kecil. Jungwon tahu betul. Tetapi ini sudah 12 tahun, Jungwon kira Sunoo melupakannya seiring waktu dan ingatannya tentang masa kecil menghilang.
"Ini udah 12 tahun sih, tapi gak ada yang gak mungkin bagi Tuhan."
........
"Tuhan memisahkan kita 12 tahun yang lalu, kemudian mempertemukan kita lagi dalam versi yang lebih baik."
Mereka rujuk setelah belasan tahun.
Sunoo mengukir senyuman manis di wajahnya, dia berjalan memasuki rumah yang sudah ramai oleh keluarga.
Yujin dan Jiheon menyambutnya dengan ceria, mereka menarik tangan anak itu agar cepat memasuki ruang tamu dan melihat siapa tamu spesial hari ini.
Sunoo terpaku melihat siapa yang duduk di samping Papanya, wanita yang tampak familiar. Wajahnya sangat mirip dengan wanita yang berada di foto pernikahan Sunghoon, di foto itu dia tampak cantik dengan balutan gaun putih tersenyum pada kamera. Sekarang dia juga masih cantik, meski sudah timbul keriput dan rambutnya tak lagi hitam.
"Seonwoo?"
Sunoo meneteskan air mata, dia bukan tipe anak yang cengeng buktinya dia kuat menahan sakit saat dipukuli pembully itu, tetapi jika itu menyangkut ibunya yang sangat dia rindukan dia sangat cengeng.
"Mama??" Dia tampak ragu, Sunoo menjatuhkan ranselnya ke lantai kemudian dia melangkah pelan mendekati sofa.
Wanita itu juga menangis, Mamanya Sunoo menangis melihat putranya yang dia tinggalkan belasan lalu kini sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa yang tangguh.
Sunoo memeluknya erat, sangat erat. Tangis mereka bersahutan bagai melodi. Sunoo merasa ini mimpi, dia terlalu sering bermimpi tentang Mamanya.
"Ini Mama? Mama Sunoo?"
"Iya sayang, ini Mama. Maafkan Mama, maaf Mama banyak melukaimu. Maaf, ya?"
Tanpa diminta pun, Sunoo sudah memaafkannya. Seperti kata Jungwon, bagaimanapun mereka sebagai anak tak dapat membenci orangtua mereka. Karena dekatnya ikatan batin yang membuat benci tak dapat bersemayam terlalu lama dalam hati.
Dulu dia ditertawakan karena katanya mustahil Mamanya akan kembali, tetapi takdir berkata demikian, Mamanya kembali. Mimpinya terwujud.
....
Masih ada yang nunggu cerita ini?
Maaf kalau banyak typo.
Setelah sekian lama akhirnya muncul lagi, meskipun cuma tersisa sedikit readers nya, tapi semoga yang masih tinggal di sini suka sama bagian ini.Maaf untuk yang merasa kesal karena updatenya lama, aku juga sering kesal kalau author favoritku updatenya lama.. tapi sejujurnya ini agak sulit untuk melanjutkan ke bab selanjutnya, kadang writer block, kadang sibuk sama rl. Tapi apapun, aku bersyukur karena akhirnya bisa mengakhiri cerita ini.
Makasih banyak untuk vote dan komen nya♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Hero
General FictionMungkin orang-orang menganggapnya tak masuk akal, tetapi inilah yang terjadi dalam hidup Sunoo. Dia kehilangan Ibunya saat usianya 5 tahun. Sunghoon mencoba menjadi Ayah yang baik untuknya, meski hatinya tergores karena kehilangan sang istri dia ha...