14

328 44 6
                                    

Hallo
......

Aku ingin kamu bahagia

Satu hal yang sampai sekarang belum bisa Sunghoon pahami adalah alasan kenapa Istrinya meminta cerai dan meninggalkan Sunoo yang paling dia cintai.

Akhirnya setelah bertahun-tahun, dia dapatkan jawabannya.

Kepada dua lelaki yang paling aku cintai.

Maaf karena pergi dengan cara yang tak baik. Aku meninggalkan kalian karena aku mencintai kalian.

Dari banyaknya hal yang aku benci adalah melihat kalian menangis. Selama bertahun-tahun kita hidup bersama, tak pernah sekalipun aku berpikir untuk pergi. Namun, keadaan memaksaku.

Sunghoon, aku seorang Ibu yang menyayangi anaknya. Aku seorang Ibu yang menginginkan anaknya sehat dan bahagia, dan aku tidak bisa melakukannya, tapi aku yakin kamu bisa.

Dari sekian banyaknya alasan Sunoo kecil tak bahagia, aku salah satunya. Aku yang membuatnya selalu masuk rumah sakit tiap bulan.

Aku Ibu yang jahat.

Aku membiarkan mereka menyakiti anakku.

Sunoo masuk rumah sakit adalah salahku... Sunoo pernah keracunan makanan, hampir tertabrak, hampir diculik, jatuh dari ayunan, dan Sunoo yang punya masalah pernapasan adalah salahku.

Semua itu bukan kebetulan.

Kamu harus tahu kalau langkahku berat meninggalkanmu. Maaf karena membuatmu melewati semua masa sulit itu sendirian. Kamu juga harus tahu, kalau aku di sini menghabiskan hari ku tak ada satu detik pun terlewati tanpa memikirkan kalian.

Kevin masih membenciku karena dulu menolaknya, dan dia melampiaskannya pada kalian. Kamu yang dipecat dari pekerjaan dulu adalah ulahnya.

Kevin tak mau melihat aku bahagia.

Kevin berkali-kali mencoba mencelakai Sunoo, dan aku tak tahan. Aku Ibu yang jahat jika terus membiarkannya.

Berkali-kali aku mencoba, aku memberitahu mu tapi selalu kamu abaikan. Tapi aku tak akan menyalahkanmu. Aku mengerti.

Ini semua salahku. Jadi aku putuskan untuk pergi. Sunghoon, aku mencintaimu dan aku juga mencintai Sunoo.

Aku ingin anak laki-laki ku tumbuh dengan sehat dan bahagia.

Aku tidak ingin Kevin terus menyakiti kalian, jadi biarkan dia menyakiti ku saja.

Aku berkali-kali melawan, sampai aku benar-benar tak tahan.

Melihat Sunoo tumbuh dewasa tanpa diriku dan mungkin sedikit rasa benci di hatinya pada ku, itu membuatku sakit hati. Namun, jika aku tidak pergi hari itu mungkin Sunoo tak akan ada hari ini.

Maaf, Sunghoon... maaf juga, Sunoo.

Aku pergi supaya kalian bisa bahagia.

Surat 7 tahun yang lalu yang baru sampai di tangannya. Sunghoon bawa kakinya melangkah menelusuri lorong rumah sakit, mencari pintu dengan nomor yang dimaksud.

Sunghoon membuka pintunya, dengan tarikan napas panjang. Matanya langsung tertuju pada perempuan dengan rambut yang tak lagi hitam kini dihiasi rambut putih, duduk membelakangi pintu dan menghadap jendela. Walau hanya punggung wanita itu yang dia lihat, Sunghoon langsung bisa membayangkan wajahnya yang cantik diterpa angin sepoi sepoi yang masuk lewat jendela yang dibuka lebar.

Sunghoon melangkah masuk, heran karena wanita itu masih diam. Pemandangan daun daun yang bergoyang karena angin sepertinya lebih menarik daripada suara langkah kaki yang kini mendekatinya.

"Cukup, Kevin. Biarkan aku mati di sini dengan tenang."

Suaranya yang pelan dan terdengar lemah sungguh menyayat hati. Itu menyakiti Sunghoon lebih dari apapun. Dia kemudian melangkah lagi satu langkah lebih dekat.

"Apa maksudmu, Minju?"

Wanita itu tampak terkejut mendengar suara yang berbeda, terdengar tak asing ditelinganya tapi dia masih belum ingat. Dia coba mengingat-ngingat, siapa yang mempunyai suara berat itu dan siapa yang sering memanggilnya dengan nama kecilnya.

Kemudian dia memutar kepalanya untuk melihat siapa lelaki itu. Matanya melebar, dan bibir pucatnya terbuka.

"Kamu tidak ingat aku? Tidak merindukanku?"

Belasan tahun berlalu... dan perasaan mereka pada satu sama lain masih sama.

Katakanlah itu mustahil, tapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

"Sunghoon?"

Waktu benar-benar merubah seseorang, apa yang terjadi pada kekasih hatinya ini sampai Sunghoon hampir tak mengenali wajahnya. Dia begitu kurus dengan baju pasien rumah sakit membalut tubuhnya, tangan nya begitu kurus memegang lengan Sunghoon kemudian naik meraba wajahnya.

Kakinya begitu sulit untuk melangkah mendekat dan dia begitu lemah hingga terjatuh ke pelukan Sunghoon.

"Ini sungguhan Sunghoon atau aku hanya bermimpi?" Suaranya bergetar. Sunghoon peluk dia begitu hati-hati, air matanya jatuh pada pundak Minju.

Belasan tahun bukan waktu yang singkat untuk mereka berpisah dan menjalani hidup tanpa satu sama lain, tersiksa seperti tak akan bertemu lagi. Namun, Tuhan baik mempertemukan kembali mereka.

"Sunghoon... ini Sunghoon? Sunghoon datang padaku, Sunghoon datang untuk aku?"

"Minju, maaf... surat yang kamu tulis 7 tahun lalu baru datang. Aku minta maaf."

"Aku tahu surat itu akan sampai, walaupun lama. Terima kasih Tuhan."

Kemudian mereka jatuh pada ranjang rumah sakit, saling memeluk satu sama lain dengan erat, enggan melepaskan. Rindu mereka akhirnya terlampiaskan. Suara isakan tangis memenuhi ruang inap Minju.

"Maaf, Sunghoon. Aku minta maaf, maaf juga pada Sunoo. Aku tetap Ibu yang jahat."

Tidak ada yang terdengar selain isak tangis dan permintaan maaf yang terus diucap berkali-kali.

Me and My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang