The Debate

174 12 0
                                    

Hari ini Shan begitu sibuk dengan setumpuk dokumen yang membutuhkan agreement dan tanda tangannya. Dengan teliti, Shan membacanya satu persatu, memastikan tidak ada koreksi sebelum menandatanganinya. Untung saja, mood Shan sedang baik-baik saja hari ini. Pagi tadi pun, Kallen tidak mengajaknya berdebat.

Terdengar ketukan pintu dari luar ruangannya. Shan mengalihkan pandangan ke pintu, terlihat kepala Bima mengintip sambil tersenyum.

"Sibuk?"

"Ya, seperti yang kamu lihat. Ada apa?" Shan menutup dokumennya. Bima segera masuk dan menutup pintu, lalu berjalan mendekati Shan dan duduk di hadapannya.

"Long time no see, Bim."

"Ya, terakhir di acara pernikahan kamu."

"Hmmm." Shan mengangguk sambil melirik macbook nya. Khawatir ada email masuk yang tidak di ketahuinya.

"Shan, I need talk something with you."

"What about?"

"Tentang gosip yang beredar bahwa setelah kamu menikah dengan Kallen, Pranata Group akan merger dengan Willaga Company." Bima berkata pelan. Shan langsung menatap Bima, melupakan macbooknya.

"It's not gossip."

"Jadi benar?"

"Akan menjadi benar, entah dalam waktu yang lama atau singkat but aku sudah sering membicarakan ini dengan Kallen."

"It's good idea, karena akhirnya rival menjadi satu frekuensi. Tetapi kamu harus mengambil keputusan besar tentunya."

"Ya, it's not easy...." Shan tersenyum pada Bima. Entah kenapa, Bima melihat seperti ada perasaan yang memberatkan hati Shan.

"Jangan lakukan jika.... kamu masih ragu..."

"No, bukan ragu tapi....I don't know...." Shan mengedikkan bahunya tak peduli. Shan mencoba untuk tersenyum pada Bima, namun Bima terlihat khawatir.

"Boleh aku tanyakan sesuatu yang personal?"

"Apa?"

"Kenapa kamu tiba-tiba menikah dengan Kallenza Ervino? Demi Tuhan, di malam saat Kallenza mengatakan dia adalah calon suami kamu, aku sangat tidak percaya....." Bima menatap Shan dalam-dalam. Mencoba menangkap ekspresi Shan. Shan yang kini pandai berakting dan mulai menikmati perannya hanya tersenyum tipis. Membuat Bima penasaran.

"Jodoh memang tidak pernah bisa di duga. Kallen itu seperti takdir yang sudah Tuhan gariskan untuk aku, Bim."

"Ya, tapi takdir tidak akan terjadi begitu saja, Shan. It's not make sense. Sebelumnya kamu kesal pada dia karena dia mengambil project Mr. George dari Pranata lalu tiba-tiba...."

"Bim...ini memang sulit untuk di pahami. Aku bingung harus menjelaskan darimana. By the way, masih banyak dokumen yang harus aku pelajari." Shan melirik setumpukan dokumen di sisi kirinya. Bima menaikkan alisnya sambil tersenyum. Sesungguhnya, masih ada jutaan pertanyaan yang ingin dirinya tanyakan, namun 1 pertanyaan pun Shan menjawab dengan sangat diplomatis.

"Oke, selamat bekerja. Aku juga harus menemui Pak Bram untuk membicarakan project apartement yang sedang berjalan."

"Good. Sampaikan salam aku untuk Pak Bram.

"Sure !" Bima memberikan senyum termanisnya, walaupun belakangan ini hatinya begitu hancur karena pujaan hatinya menikah dengan seorang pria yang tak pernah diduganya.

Shan menghela nafasnya panjang. Tak percaya apa yang baru saja dikatakannya pada Bima. Jodoh? Takdir? Shan begitu geli mendengarnya, hatinya tergelitik dan membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak. Tahu apa aku tentang jodoh? Yang jelas di jodohkan dengan seorang nemesis itu bukan ide yang bagus ! Teriaknya dalam hati. Shan menahan diri agar tidak tertawa, menarik nafasnya dalam-dalam. Sepertinya aku mulai menikmati peran ini, ujarnya dalam hati.

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang