Let You Go

220 15 3
                                    

"Gue sudah mendengar semuanya."

"Mendengar apa?"

"Pembicaraan lo dan Debby semalam."

"Oh...what????" Raka yang semula terduduk santai di sofa sambil memainkan ipadnya langsung beranjak mendekati ranjang Kallen. Raka menatap Kallen dengan seksama.

"Seriously?"

"Ya....I just wanna say, thank you. Thanks sudah membuat mata gue terbuka tentang Debby."

"You're well."

"Tapi apa perlu sekasar itu lo bicara dengan wanita?"

"Gue hanya memberi dia pelajaran."

"Ya....whatever..."

"So....apa yang akan lo lakukan pada Debby?"

"Sesuai dengan keinginan Shan, meminta dia pergi dari apartement gue dan memutus segala akses komunikasi dengan dia."

"Shan meminta lo melakukan itu?"

"Ya....sudah sangat lama, tapi gue menolak karena...."

"Karena lo kasihan pada Debby? Dan sekarang lo tahu betapa ungrateful nya dia?"

"Berkat lo." Kallen menepuk bahu Raka. Raka tersenyum.

"Artinya gue bisa naik gaji. Yeay !"

"Excuse me? Naik gaji? Apa gaji lo masih belum cukup?"

"Gue akan coba apply ke Pranata Group, kira-kira berapa gaji yang akan Shan berikan pada gue? Kalau lebih besar, gue akan benar-benar resign, biar Bima menggantikan gue."

"Damn you Giraka ! Lebih baik lo juga resign menjadi sepupu gue !"

"Ya....karena gue juga malas selalu terlibat dalam masalah hidup lo yang rumit." Raka tertawa renyah menjawab pernyataan Kallen. Kallen memberengut membuang wajahnya. Kallen dan Raka kerap kali berdebat, namun mereka memang sangat sulit di pisahkan sejak kecil. Kallen tipe orang yang membatasi dirinya pada siapapun kecuali Raka. Raka satu-satunya orang yang mengetahui semua tentang Kallen. Raka satu-satunya orang yang dapat Kallen ajak diskusi mengenai banyak hal, sehingga hampir semua rahasia Kallen ada pada Raka, begitupun sebaliknya.

"Siang, apa saya boleh masuk?"

Kallen dan Raka memalingkan pandangannya ke arah pintu. Audrey tampak melongokkan kepalanya. Raka langsung sumringah dan beranjak menyambut Audrey. Kallen mengerlingkan matanya melihat tingkah Raka.

"Oh sure, Drey." Kallen berkata ramah sambil tersenyum menatap Audrey. Audrey masuk dan mendekat ke ranjang Kallen. Audrey sedikit terkejut melihat kondisi Kallen yang pucat dengan selang oksigen dan infus yang menempel di tangan Kallen.

"Dua malam yang lalu saya bertemu Raka di lift, dia mengatakan kamu sakit. Sorry saya baru sempat menjenguk."

"Ya, dia terlalu memikirkan Shan hingga kepalanya sakit." Raka menyambar sebelum sempat Kallen menjawabnya. Kallen mengirimkan tatapan tajam pada Raka. Audrey hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Raka yang terlalu jujur itu.

"Bagaimana keadaan kamu sekarang Kall?"

"Better."

"Saya bawakan ini. Semoga bisa membantu proses recovery kamu." Audrey meletakkan fruit basket di meja. Kallen memberi kode pada Raka agar membiarkan dirinya bicara berdua dengan Audrey. Dengan berat hati. Raka terpaksa meninggalkan Audrey dan Kallen berdua.

"Gue harus kembali ke kantor. Call me if you need something, Kall."

"Sure, Ka. Thanks."

"Bye, Audrey" Raka memberikan senyuman terbaiknya pada Audrey. Audrey hanya mengangguk sambil melemparkan senyuman juga pada Raka.

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang