The Fake Marriage

217 15 0
                                    


Kemarin, Shan mendapatkan pesan dari Om Damara untuk mendatangi sebuah alamat yaitu Lily street no 15. Pagi itu Shan bergegas menuju alamat yang di berikan Om Damara. Setelah menemukan alamatnya, Shan segera memarkirkan mobilnya. Mungkin ini rumah Om Damara, ucapnya dalam hati. Shan terus mencoba menghubungi Om Damara, namun saluran teleponnya sibuk. Shan memutuskan untuk menunggu beberapa menit sambil menikmati pemandangan sekitar yang indah. Pasalnya, meskipun terletak di pusat kota, area real estate tersebut begitu asri. Sejauh mata memandang, dikanan dan kiri jalan banyak sekali pohon rindang dan bunga-bunga kecil berwarna warni. Shan tiba-tiba saja ingin membeli satu rumah di area itu.

Tok tok tok....

Shan di kejutkan oleh ketukan di kaca jendela mobilnya. Shan segera memelankan music dan menurunkan kaca jendelanya.

"Morning....."

"Kenapa kamu ada disini?" Shan bertanya ketus sambil mengernyitkan dahinya melihat Kallen ada di tempat yang sama. Shan sangat gemas, kenapa manusia ini tiba-tiba hadir tanpa angin tanpa hujan. Kenapa manusia ini selalu mengganggu kesenangan Shan.

"Om Damara meminta saya mendatangi tempat ini, kamu?"

"Ya, sama."

Shan membuka pintu mobilnya dengan sengaja, membuat tubuh Kallen yang tidak siap terdorong kebelakang. Kallen memberengut pada Shan.

"Jangan menghalangi jalan orang lain !" Shan tertawa kecil melihat tingkah Kallen. Kallen menepuk-nepuk kemeja hitam dan celana katunnya, enggan jika ada debu dari mobil Shan mengotorinya. Terdengar ponsel Kallen berdering, Om Damara.

"Halo Om."

"Apa Shan ada bersama kamu?"

"Ya Om, Shan disini bersama saya." Kallen melirik Shan yang berdiri di sampingnya. Shan memasang ekspresi penasaran, ingin tahu apa yang di bicarakan Kallen dengan Om Damara.

"Good ! Oke kalau begitu kalian sudah melihat sebuah rumah bercat serba putih di hadapan kalian?"

"Hmmmm, ya Om." Kallen memperhatikan rumah yang berdiri tepat di hadapannya. Rumah mewah dengan desain yang elegan, bercat serba putih dengan pintu hitamnya dan halaman depan yang begitu terhampar luas. Pagar tingginya menutupi sebagian eksterior rumah sehingga Kallen tidak bisa melihatnya secara keseluruhan. Kallen hanya bisa melihat lantai 2 dan 3 dari rumah itu.

"Om ada di dalam, masuklah."

"Baik Om."

Kallen segera memutus sambungan telepon dan memberitahu pesan Om Damara pada Shan. Shan dan Kallen sama-sama memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah tersebut. Kallen menaikkan alisnya melihat rumah Om Damara yang sebegitu mewahnya.

"Apa kabar Shan? Kallen?"

"Baik Om."

"Mari masuk."

Shan dan Kallen mengikuti Om Damara dari belakang. Shan takjub dengan interior ruangan yang begitu tertata rapih bernuansa hitam dan putih. Tampak begitu elegan dan sangat mewah.

Om Damara membawa mereka keruang keluarga. Terlihat dari ruang keluarga ada sebuah pintu kaca yang menembus ke taman dan sebuah kolam renang berukuran olimpic. Rumah yang asri, bisik Shan dalam hatinya.

"Tante Siska kemana?" Shan langsung menanyakan tante Siska, istri Om Damara. Sudah lama sekali Shan tidak bertemu dengannya.

"Sedang pergi sebentar, mengantar anak Om. Mari silahkan duduk."

Kallen dan Shan duduk berdampingan, bersebrangan dengan Om Damara. Kallen begitu tertarik melihat home theater berukuran besar di hadapannya.

"Om senang nonton film ya? Action? Horor? Atau drama?"

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang