Shan mengistirahatkan kepala di atas stir mobilnya. Shan baru saja sampai di rumah. Mobil Kallen tampak terparkir rapi di sisi kanannya. Shan menggigit bibirnya, cemas. Apapun yang terjadi dalam pembicaraannya kali ini dengan Kallen, sepertinya Shan akan tetap menggugat cerai. Shan sudah terganggu dengan perasaan-perasaan cemasnya pada Kallen. Shan lebih baik benar-benar kehilangan Kallen dari pada Kallen tetap berada di sampingnya tetapi pikirannya tidak tertuju pada Shan. Shan juga tidak mau bersaing dengan wanita lain untuk memperebutkan seorang pria, itu bukan sesuatu yang membanggakan menurut Shan. Shan melirik dokumen pembatalan prenup yang di berikan Bima. Shan membacanya dengan teliti. Kallen bahkan sudah menandatanganinya sejak lama. Apa Kallen benar-benar serius melakukan ini???
Shan melirik jam tangannya, sudah pukul 8 malam. Shan bergegas masuk sebelum Kallen sangat marah karena terlalu lama menunggunya. Shan mencari Kallen di lantai bawah, tidak ada aktivitas sama sekali. Bahkan, makan malam yang di sediakan pelayan pun belum di sentuh Kallen. Shan mencari Kallen di ruang keluarga, taman belakang dan kolam renang pun Kallen tak ada. Shan memutuskan untuk masuk ke kamar, mungkin Kallen ada disana, pikirnya.
Sesampainya di kamar, Shan mendapati Kallen sedang berdiri di balkon. Meskipun hanya tampak punggungnya saja, namun Shan mampu melihat betapa kacaunya Kallen. Shan menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghampiri Kallen. Shan berdiri 2 langkah di belakang Kallen.
"I'm home." Shan berkata datar. Kallen terdiam tanpa reaksi apapun. Mereka saling diam beberapa saat hingga Kallen melirik Shan yang kini berdiri di sampingnya. Kallen tampak sedang memutar-mutar sebuah amplop. Amplop yang tidak asing bagi Shan. Apa itu....cek yang aku berikan pada Debby???
"Can you explain what the hell happened??" Kallen berkata dingin dan pandangannya menerawang, Shan melirik Kallen sekilas.
"Ya...sure."
"Jangan teteskan air mata kamu sedikitpun saat proses penjelasan ini !" Kallen berkata dengan nada mengancam. Shan menaikkan sebelah alisnya. Shan benar-benar tersinggung dengan kata-kata Kallen.
"Apa kamu pikir aku semenyedihkan itu?" Shan membela dirinya, Kallen mengedikkan bahunya tak peduli lalu tersenyum sinis sambil melirik Shan.
"So...apa yang membuat kamu mengirim orang untuk mengawasi aku? Apa yang kamu ingin tahu dari aku? Apa kamu sadar kamu telah menginjak-injak ego aku dengan tindakan bodoh kamu?" Kallen berkata datar sambil menyedekapkan tangannya. Shan memejamkan mata, mencoba meredam segala amarah yang sudah sangat membakar hatinya.
"Kamu takut aku memiliki affair dengan wanita lain sehingga meminta bedebah itu mengawasi aku?"
"Right ! Because I don't know how to trust you again..." Shan berkata pelan di tengah Kallen yang begitu berapi-api. Shan berusaha menelan tangisannya.
"Think twice ! Apa kamu merasa tindakan ini benar???
"Of course, yes !"
"You know it's over??? Aku tidak percaya kamu adalah jenis wanita yang.....I don't know....tapi kamu sangat posesif dan.....obsesif. Detik ini aku benar-benar merasa kecewa, Shan."
Kallen menatap Shan dari ujung rambut hingga kakinya. Kallen menggelengkan kepala, tak percaya dengan pengakuan Shan. Di sisi lain, Shan benar-benar merasa tersinggung dengan sikap dan perkataan Kallen padanya.
"Aku sudah mengatakan ini sebelumnya, jika ada sesuatu yang menurut kamu tidak sesuai dengan tempatnya, just tell me !! JUST TELL ME SHAN !!!" Kallen berteriak lagi. Shan masih mencoba meredam amarahnya. Shan meremas jemarinya sendiri meskipun keinginannya untuk memberikan satu tinjuan di wajah Kallen begitu besar saat ini.
"Bagaimana bisa aku mengatakannya? You're liar !" Shan menekan kalimat terakhirnya yang tentu saja mengundang tatapan tajam Kallen. Kallen meremas lengan Shan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Testament
RomanceShan menerima wasiat dari Ayahnya yang terbaring koma bahwa dirinya harus menikah dengan Kallen, nemesisnya yang setengah mati Shan benci. Shan dan Kallen bisa saja menolak, namun hak mereka yang sudah tertulis dalam wasiat terancam dibekukan. Menik...