We Better Split Up

173 15 0
                                    

Shan termenung....

Dipikirannya masih berkelebatan peristiwa 2 malam yang lalu. Perdebatannya dengan Kallen sangat menusuk hatinya yang paling dalam. Shan terkejut, Kallen membantu Debby karena dia merasa berhutang budi padanya? Kenapa Kallen membohongi aku demi membantu Debby? Kenapa Kallen tidak mengatakan sejujurnya?? Kenapa Kallen tidak mau Debby pergi? Apa Kallen masih mencintai Debby?? Shan menggelengkan kepalanya, kini Shan tidak ingin tahu lagi urusan Kallen. Kini Shan benar-benar membenci Kallen !!! Dia sudah begitu berani menyakiti aku !

3 hari ini Shan merasa sangat kacau, moodnya hancur dan konsentrasinya terganggu. Kini dirinya hanya termenung sambil bersedekap di kursi kekuasaannya. Tak banyak yang Shan lakukan sejak 4 jam yang lalu dirinya tiba di kantor. Dokumen kerjasama dari beberapa perusahaan pun belum di sentuhnya sama sekali. Shan meminta Bella untuk re-schedule jadwal meeting dan menolak bertemu atau menerima telepon dari siapapun. Shan melarang Bella untuk masuk ke dalam ruangannya termasuk Bima sekalipun.

Dada Shan terasa sesak sejak malam itu, tetapi tak ada setetespun air mata yang jatuh. Shan merasa dirinya saat ini sangat membutuhkan tempat yang sepi, jauh dari hingar bingar. Shan sangat ingin menangis sepuasnya, berteriak dan menumpahkan segala kesedihannya. Tanpa berpikir terlalu lama, Shan meraih ponselnya untuk menghubungi Om Damara.

"Om Damara, apa kabar?"

"Hallo Shan, kabar baik. Lama sekali tidak bertemu."

"Ya Om. By the way, ada hal yang ingin Shan bicarakan. Apa Om ada waktu untuk beberapa menit?"

"Oh, sure. Ada apa?"

"Shan ingin.....mengurus gugatan cerai pada Kallen. Sinta, personal asisstant Shan akan segera menemui Om."

"Menggugat cerai? Apa kamu yakin akan menggugat cerai Kallen?"

"Yakin, Om." Shan berkata mantap, namun entah kenapa hatinya berdesir mengatakan ini. Om Damara tampak mengerti keinginan Shan, meskipun sedikit kecewa karena keputusan ini bukan yang orangtua Shan dan Kallen inginkan.

"Om akan handle semuanya. Kamu harus tandatangani surat yang menyatakan bahwa kamu menggugat cerai Kallen. Selain itu kamu juga menyetujui Kallen untuk mencairkan semua haknya sesuai dengan testament yang di buat Pak Anggara tanpa syarat apapun."

"Sure Om, sampaikan pada Sinta kapan saya harus tandatangani surat itu."

Shan memutus sambungan teleponnya setelah selesai bicara dengan Om Damara. Shan terdiam, merenungkan apa yang baru saja di lakukannya. Shan menggigit ibu jarinya, cemas. Apa aku sudah gila? Membiarkan Kallen mendapatkan semua yang dia inginkan setelah dia menyakiti Shan begitu dalam?

Shan mencoba menyelami hatinya lagi. Bukan itu yang membuatnya cemas, bukan karena Kallen mendapatkan harta Papanya tanpa syarat, tetapi...Shan mendapati dirinya begitu mencintai Kallen dan enggan untuk kehilangan Kallen. Kallen. Segenap hati Shan sangat mencintai Kallen, namun Shan yakin Kallen tidak mungkin melakukan itu. Mungkin sekarang Kallen sudah tenang bersama Debby ! Tegas Shan dalam hatinya.

"Aku harap berpisah dengan Kallen menjadi jalan terbaik untuk aku dan dia. Aku bukan masih mencintai Kallen tetapi, aku hanya butuh waktu untuk melupakan semuanya !! Ya, aku hanya butuh waktu !!!" Shan terus mencoba meyakinkan hati bahwa dirinya hanya butuh waktu untuk melupakan Kallen. Shan bersandar lebih dalam di kursi kekuasaannya, mencoba memejamkan matanya yang terasa begitu berat.

"Tuhan, apa keputusan ini sudah benar?"

***

Sudah 1 minggu, Shan menghilang. Shan tidak pernah membalas pesan Kallen apalagi mengangkat teleponnya. Jelas saja, hal ini membuat Kallen benar-benar gila !!! Kallen mencari Shan kemana-mana. Dari mulai menghubungi Audrey hingga meruntuhkan egonya menghubungi Bima. Tidak ada hasil apapun. Audrey mengatakan Shan tidak pernah menghubunginya sedangkan Bima mengatakan sudah 1 minggu Shan tidak masuk kantor dan mereka berkoordinasi hanya via telepon atau video call. Shan benar-benar merahasiakan keberadaannya. Kallen mengerahkan tim keamanannya untuk mencari Shan, tetapi hasilnya nihil. Kallen mencari ke setiap unit apartement milik Shan hingga rumah Shan saat masih tinggal bersama Ayahnya, tetapi Kallen tidak dapat menemukan Shan.

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang