The Testament

430 30 1
                                    

Sudah 3 hari ini Shan tidak mendatangi kantor. Shan terus menunggu Ayahnya di rumah sakit karena kondisinya sangat tidak stabil, sehingga membuat Shan sangat khawatir. Beberapa agenda terpaksa di batalkan dan Shan memutuskan untuk bekerja sambil menunggu Ayahnya.

Siang ini Shan memenuhi keinginan Ayahnya untuk mengunjungi kantor hukum milik Om Damara Majusi, pengacara pribadinya. Di sepanjang perjalanan, Shan terus merenung. Masih lekat diingatannya, saat pertemuan dengan CEO Willaga Company, Kallenza Ervino. Shan masih merasa kesal pada Kallen karena pertama ! manusia ini pintar bersilat lidah, dia sangat pintar menyerang secara verbal sehingga membuat Shan merasa terintimidasi, kedua ! manusia ini memang sudah terlahir menjadi manusia egois dan licik, dan ketiga ! semua yang Bima katakan tentangnya memang benar, Kallenza Ervino bukan orang sembarangan. Selain licik, dia pun egois, mau menang sendiri dan menyebalkan.

Shan masih menyimpan secarik kertas yang Kallen berikan 3 hari yang lalu. Kertas berisikan kartu namanya dengan tulisan

"Call me if you change ur mind :)"

Manusia gila mana yang memberikan pesan semanis itu setelah berdebat hebat sebelumnya???? Shan meremas stir mobilnya, kesalnya pada Kallen memang tak akan pernah habis. Shan kini harus benar-benar merelakan project dari Mr. George jatuh pada Willaga Company, padahal Shan berencana untuk meminta Mr. George berinvestasi pada project pembangunan apartement yang akan dilakukan Pranata Group di Australia.

Sesampainya dikantor hukum milik Om Damara Majusi, Shan langsung menuju lobby dan mendudukkan dirinya di sofa. Shan duduk berhadapan dengan seorang pria berjas hitam formal. Shan melihat pria itu sedang sibuk berkutat dengan Ipad nya sambil bicara lewat airpods yang terpasang dikedua telinganya. Sekilas, Shan seperti tidak asing lagi melihat pria ini, tapi entah dia siapa. Shan tidak mau peduli dan memakukan pandangan pada ponselnya.

"Lo katakan sama Fina, atur ulang jadwal gue di hari itu Ka...okay..."

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Kallen menaikkan pandangan karena merasa ada yang memperhatikannya. Kallen mendapati ternyata ada seorang wanita sedang mengirimkan tatapan tajam padanya. Oh my God ! Wanita ini lagi?? Kallen seketika menyeringai melihat wajah Shan. Shan terkesiap saat menyadari pria yang duduk di hadapannya ternyata adalah Kallenza Ervino. Ya Tuhan kenapa harus dia??

"Ow lucky me ! ternyata saya bisa bertemu anda lagi disini, kebetulan sekali." Kallen berkata santai sementara Shan merasa sangat sial. Pikirannya sudah sangat kacau memikirkan tentang Ayah, sekarang kenapa dirinya harus bertemu pria ini lagi?? Mood Shan benar-benar rusak hari ini !

"Bertemu Om Damara?"

Kallen bertanya santai sambil menatap Shan. Yaks ! Shan ingin muntah melihat tatapan sok akrabnya itu.

"Ya, anda tampaknya sangat akrab dengan beliau." Shan menjawab dengan ketus. Dalam hatinya berdoa, semoga dirinya cepat di panggil untuk bertemu Om Damara.

"Om Damara pengacara keluarga saya. Kalau anda?"

"Kurang lebih sama seperti anda."

"Wow ! 2 kali kebetulan. Mungkin saja kita jodoh?" Kallen masih mempertahankan tatapan sok akrabnya sementara Shan memutar bola matanya kesal. Shan benar-benar malas menanggapi pria tak bermoral semacam Kallen. Kallen menyeringai melihat tingkah Shan yang ketus, arogan namun membuatnya gemas. Tak lama sekertaris Om Damara memanggil nama Shan. Tak terima karena dirinya lebih dulu menunggu, Kallen langsung memprotes pada sekertaris Om Damara.

"Bukankah saya datang lebih dulu?"

"Maaf Pak, ini instruksi dari Pak Damara."

"Okay, tampaknya orang tua anda lebih di istimewakan." Kallen berkata sinis pada Shan, Shan langsung beranjak tak mempedulikan Kallen. Shan sebenarnya sangat tersinggung dengan kata-kata Kallen, namun ini bukan saat yang tepat jika harus mendebat si bodoh itu, geramnya dalam hati.

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang