Mad At You

185 14 0
                                    

Siang itu, Shan termenung di meja kerjanya. Shan masih mengingat kejadian tadi malam. Kallen sudah mencium bibirnya dan Shan tidak melakukan perlawanan sama sekali???? Wanita macam apa aku ini? Membiarkan seorang pria menciumnya tanpa permisi? Ego Shan terus meronta meminta pembelaan, sementara hatinya melemah. Aku sama sekali tidak boleh membawa perasaan pada pernikahan ini ! Geram Shan dalam hatinya.

Shan bolak balik melirik ponselnya, dirinya sangat ingin meminta penjelasan Kallen tentang kejadian semalam, tetapi Shan merasa it's too late ! Kenapa dirinya malah diam terpaku, bukan mengejar Kallen kedalam kamarnya semalam??? Oh shit shit shit !!! Dumbass woman ! Shan mengumpat dirinya sendiri.

Ponselnya berdering, tertulis Kallenza di layar. Shan langsung mengangkatnya.

"Wow, hanya satu kali deringan."

"Shut up ! Saya kebetulan sedang memegang ponsel, jadi saya langsung mengangkatnya !"

"No no, bukan saya tapi aku."

"Oke, AKU !"

"Apa kamu sudah memindahkan bedebah itu ke divisi lain?"

"Done."

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Bagaimana reaksi dia, Shan??"

"Everything is fine, aku sudah menaikkan levelnya. Dia menerima dan tidak melawan."

"Good ! Sama seperti saat aku mencium kamu semalam."

"Excuse me?"

"Kamu tidak melawan !"

"Damn you Kallenza !" Shan berkata geram, Kallen tertawa mendengar Shan mengumpatnya. Sejujurnya, Shan merasa sangat malu.

"By the way, aku ingin bicara dengan kamu."

"What about?"

"The testament."

Shan mengerlingkan matanya. Sesungguhnya Shan sangat tidak bersemangat membicarakan itu. Pasti Kallen membutuhkan sesuatu dan berkaitan dengan Shan.

"Aku malas membicarakan itu."

"It's very important, Shan !"

"Apa? Tolong jangan menambah beban pikiranku, Kall."

"I wish, kamu sampai di rumah sebelum makan malam. See you tonight."

Klik...

Kallen mematikan sambungan teleponnya. Shan menutup wajah dengan kedua tangannya, menghembuskan nafasnya dengan berat. Ya Tuhan, apalagi yang Kallen inginkan dari testament ituuu?

***

"Aku membutuhkan dokumen kepemilikan saham Papa dengan atas nama aku."

Setelah makan malam, Kallen mengajak Shan untuk bicara mengenai surat kepemilikan saham Arzen Properties. Kallen mengajak Shan berbicara di kamarnya.

"Dokumen itu sekarang ada di tangan Om Damara."

"Kamu sudah coba tanyakan?"

"Sudah dan Om Damara mengatakan....surat itu ada di poin ke 2...."

"Yang artinya..."

"We must have a baby !"

"Damn it !" Shan meremas jarinya sendiri. Shan menggelengkan kepalanya sambil memberikan tatapan tajam pada Kallen. Mereka saling diam beberapa saat sampai Shan berteriak frustrasi dan membuat Kallen sedikit terkejut.

"No No No, it's BIG NO ! Prenup itu harus tetap kukuh, Kall !"

"But I need it ! Aku sangat membutuhkan dokumen itu Shan. Willaga Company terus memberikan kucuran dana pada Arzen Properties sementara mereka tidak memiliki growth yang bagus. Aku harus menjual saham Papa disana sebelum Willaga mengalami kerugian besar !!!" Kallen berkata keras pada Shan. Membuat emosi Shan tersulut. Shan yang tidak ingin meledak segera beranjak dari sofa dan hendak kembali ke kamarnya. Namun, Kallen menarik lengan Shan hingga membuatnya tertahan.

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang