The Stranger

138 14 0
                                    

"Can you stop it? Apa kamu sadar sikap kamu yang seperti ini membuat aku benar-benar tersiksa?" Shan berkata pelan sesaat sebelum Kallen tertidur. Shan berbaring lurus menatap langit-langit kamar sementara Kallen memunggunginya. Air mata Shan mengalir deras dari ujung mata membasahi bantalnya. Shan tahu Kallen belum tertidur saat itu.

"Kall, aku sama sekali tidak tahu kalau kamu akan semarah ini...Aku minta maaf, Kall...Aku memang salah, aku menyesal telah mengabaikan kamu...Honestly, aku masih belajar tentang pernikahan kita...Aku berusaha belajar untuk menjadi pasangan yang...yang baik untuk kamu...aku masih harus membiasakan diri dengan peran baru aku juga arti kehadiran kamu...kamu tahu? Selama aku hidup aku tidak pernah depend pada siapapun. Sehingga...sangat sulit untuk aku meminta pertolongan kamu, kenapa aku memilih meminta tolong Bima karena, aku menganggap dia bekerja untuk aku. Sama halnya seperti Sinta ataupun Bella. I never had feelings for him..." Shan berkata serak di sisa tangisannya. Mendengar perkataan Shan yang terdengar begitu polos, hati Kallen benar-benar tersentuh. Kallen sudah benar-benar membuat Shan sedih. Kallen teringat akan janjinya pada Ayah Shan untuk tidak membuatnya sedih.

"You know? I will never meet someone I can trust as much as I trust you. Aku sangat percaya, kamu bisa mengajari aku segalanya. Please, teach me how to love you better." Shan berkata dengan lirih. Kallen langsung membalikkan tubuhnya menghadap Shan. Mata mereka saling bertemu. Kallen menatap Shan lekat-lekat. Shan benar-benar terlihat begitu tersiksa. Shan terlihat begitu kacau karena ego Kallen. Kallen merangkum wajah Shan, Shan semakin menangis.

"I'm so sorry....sorry sudah membuat kamu sedih, sorry sudah membuat kamu tersiksa hingga kamu terlihat begitu kacau...." Kallen mengakhiri kata-katanya dengan satu kecupan di kening Shan. Kallen berharap kecupan itu dapat menenangkan Shan. Shan hanya mengangguk dan berusaha sebisa mungkin mengendalikan tangisannya.

"Aku sangat marah tapi aku tidak bermaksud membuat kamu sesedih ini, membuat kamu se frustrasi ini, Shan. Demi Tuhan...."

"Ya, I know.....maaf selama ini aku tidak berusaha untuk mengerti kamu Kall."

"No problem, aku tahu kamu masih belajar untuk mengerti semua kebingungan dalam pernikahan kita. Kamu tidak pernah ada niat untuk mengerti aku apalagi mencintai aku. Semua terjadi begitu saja. Maaf jika aku terkesan demanding kamu, Shan."

Kallen berkata pelan namun tegas. Shan mengangguk mengerti dan mendekap Kallen seerat mungkin. Shan sangat merindukan dekapan Kallen bahkan aroma parfume yang selalu melekat di tubuhnya. Shan enggan melepaskan dekapannya sama sekali. Kallen mengerti di balik dekapan Shan ada sebuah permintaan maaf dan penyesalan yang menyelimutinya. Kallen memutuskan untuk menunggu hingga Shan puas mendekapnya.

"Jangan mendiamkan aku lagi..." Shan berkata manja pada Kallen, Kallen tersenyum lalu menghapus sisa air mata di pelupuk mata Shan.

"Sure....I love you..."

"I love you too..." Shan berbisik malu pada Kallen. Kallen mengecup kening Shan dan mengakhiri dengan kecupan manis di bibirnya.

"Kamu tahu, ternyata marah dan kesal itu sangat melelahkan."

"Menangis juga melelahkan." Shan tidak mau kalah. Kallen tersenyum lagi melihat tingkah Shan. Oh ya, ternyata memaafkan Shan membuat hatinya lebih tenang. Pikirannya lebih ringan dan bebannya seolah terlepas begitu saja. Kallen merasa dirinya terlalu demanding Shan untuk mengerti dan memahami perasaannya, padahal Shan masih belajar melakukan semuanya. Shan baru saja mengenalnya, bahkan Shan baru saja mencintainya. Andai bedebah itu tidak hadir di tengah kebahagiaan Kallen dan Shan, mungkin hal semacam ini tidak akan terjadi, mungkin aku tidak akan se cemburu ini hingga sangat emosi, ucap Kallen dalam hatinya.

"I want to push him away !"

"Who?"

"Bima"

Shan langsung terdiam tanpa bahasa. Shan membeku di sisi Kallen. Kallen meliriknya sambil tersenyum.

The TestamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang