#2

2.9K 300 9
                                    

Musim panas kali ini berbeda dari biasanya. Hari ini terasa lebih panas. Langit tidak menampakkan tanda-tanda adanya awan. Hanya biru langit dan matahari yang menyapanya. Bahkan angin yang biasanya terasa menyegarkan kini terasa panas di kulit. Ini sudah pasti global warming, dunia semakin terbakar. Ini gila bukan?

Aktivitasnya selama liburan tentu saja hanya berkutat diantara tempat les dan apartmentnya. Sebuah aktivitas monoton pelajar teladan. Namun, nyatanya ada yang berbeda hari itu. Cuaca panas itu membuatnya ingin membeli es krim rasa semangka favoritnya. Ia berbelok menuju sebuah minimarket dengan muka kusut. 

"Eh nak Lee Han? sudah lama tidak mampir?" Sapa bibi pemilik toko. Lee Han memang biasanya suka mampir untuk membeli snack ataupun es krim untuk di bawanya menuju apartment. Tapi karena dia pindah tempat les selama liburan ia jadi tidak sempat mampir kesana. 

"Ah iya bibi, aku pindah tempat bimbingan jadi tidak lewat sini." 

"Eh, itu tidak bagus. Kau harus berhenti belajar. Seharusnya kau gunakkan waktu liburmu untuk berkencan atau liburan keluar kota~" Lee Han yang biasanya tidak pernah memikirkan perkataan siapapun, kini ia jadi merenungi perkataan bibi tadi. Memang ada benarnya. Dia cukup bosan dan ingin melakukan sesuatu yang baru. 

Setelah membayar belanjaannya, ia mengambil langkah sebaliknya. Tidak pulang menuju tempat tinggalnya namun justru memilih untuk mengambil jalan memutar. Berjalan lebih jauh dan menelusuri jalanan kecil yang tidak pernah ia lewati. Lalu tanpa sadar ia sudah berjalan cukup jauh. Ia berhenti di sebuah taman pinggir Sungai Han.

Sore yang panas itu ia habiskan waktu sambil menikmati es krim yang setengah meleleh sambil melihat-lihat area taman. Sore itu meskipun dirasa panas, namun banyak juga orang-orang yang menghabiskan waktu berolahraga di taman. Ada juga beberapa pasangan yang sedang piknik ala-ala. Ada juga orang yang hanya mengajak lari hewan peliharaanya. Ada juga yang seperti dirinya, duduk sendirian dan hanya mengamati sekitar.

"Hm berpacaran ya?" gumam Lee Han saat memperhatikan satu pasangan sedang saling menyuapi kue satu sama lain. 

Lee Han menaruh tas punggungnya di bawah kaki. Karena lumayan berat, punggungnya terasa mati rasa. Dari jauh dia seperti mendengar ada yang memanggilnya. 

"Lee Han?" Suara panggilan itu terdengar lebih jelas dan mendekat. Ia menoleh kanan dan kiri mencari sumber suara itu. Ia yakin itu bukan tipikal suara teman dekatnya. Jadi ia tidak yakin kalau ia dipanggil. Lagipula, ini area publik dimana bisa saja ada orang lain yang memiliki nama yang sama dengannya.

"Hei~" sebuah tangan menepuk bahunya. Ia menoleh ke arah yang berlawanan. Dan betapa terkejutnya Lee Han melihat sosok yang memanggil namanya siapa. Hampir terjungkal, Taesan dengan sigap menangkap tubuh Lee Han.

"Ohh- Apa yang kau lakukan disini?" pertanyaan Lee Han terdengar konyol. Taesan tertawa kecil sebelum menjawab.

"Aku sedang bersama teman-temanku dan kuyakin aku lihat kau jadi aku ingin memastikannya. Ternyata benar itu kau."  

Lee Han masih salah tingkah di tempatnya. Dia bahkan tidak berani menatap wajah Taesan yang sedikit berkeringat. Oh lagi-lagi karena cuaca panas. 

"Oh haha, kalau begitu kembalilah. Temanmu menunggu."

"Kau ingin bergabung? kita akan pergi ke tempat karoke" Taesan menunjuk tempat teman-temannya berkerumun menunggunya.

Lee Han dengan cepat menolak. Tentu saja bergaul dengan geng Taesan itu sama sekali tidak cocok dengannya. Dunia mereka sangat berbeda. Taesan selalu menyukai tempat yang ramai dan seru. Kalau Lee Han, dia hanya berharap tidak bertemu orang-orang. Basa-basi itu merepotkan. Sama seperti yang ia rasakan sekarang. Tapi kalau itu Taesan entah kenapa, Lee Han nyaman saja berbasa-basi. Walaupun pertanyaan mereka tidak begitu penting.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan menelfonmu nanti. Tolong cek ponselmu sering-sering! Aku pergi~" ucap Taesan sambil berteriak. Itu dia lakukan karena sambil berjalan mundur pergi menjauhinya. Ia bahkan melambaikan tangannya. Lee Han hanya membalas lambaian itu kaku sebisanya. Apa terlihat aneh? Ia melihat orang-orang sekitarnya yang baru saja memperhatikan keributan akibat suara tinggi yang dibuat Taesan. 

Lagipula sejak kapan mereka jadi dekat? Apa mereka sekarang berteman?

"Berteman dengan seorang seperti Han Taesan? Uh- lupakan saja." Lee Han mengoceh sendiri sambil merapikan sampah disekitarnya sebelum pergi.


Katanya berteman dengan seorang Han Taesan itu hal gila. Lalu apa yang sedang dia lakukan sekarang? Alih-alih belajar untuk persiapan tes mingguan besok, dia malah sibuk  melihat ponselnya. Apa yang kau tunggu Lee Han?

"Oke aku harus belajar." 

Kali ini Lee Han sampai harus membuang ponselnya ke ranjang tempat tidurnya. Ia memantapkan diri untuk lebih fokus belajar dan menghadapi soal-soal matematika di depannya. 

Drrtt! Drrtt! Lee Han langsung dengan cepat lompat dari tempatnya duduk dan mencari ponselnya. 

"H-halo?" Tanpa melihat siapa yang menelfon dia langsung mengangkatnya. 

"Kau belum tidur?"

"Oh, Omma? Ya, aku masih belajar."

"Astaga, ini sudah larut. Besok lanjutkan lagi saja. Oh ya, Omma harus pergi ke Jepang sampai bulan depan. Kau tidak apa-apa kan?"

"Ya ya, lagipula ini bukan pertama kalinya."

"Baiklah, jaga dirimu! Jangan lupa minum vitamin~ Selamat malam anakku sayang." Lee Han hanya mengiyakan dan berburu menutup telfonnya. 

Ia memasang wajah kecewanya. Lagi-lagi ia merasa aneh. Ada apa dengan dirinya?

Drrt! Kali ini Lee Han masih tidak mengecek nama penelfon dan langsung menjawab dengan nada kesal.

"Ada apa lagi Omma?" 

"Uh-huh? sejak kapan aku Omma-mu?" Suara berbeda terdengar. Lee Han mengecek nomor masuk yang ternyata belum ia simpan. Han Taesan sungguhan menelfonnya malam itu. 

"Oh, halo? Maaf aku pikir Omma. Tae- San?" tanyanya ragu, takut salah.

"Ya, siapa lagi. Kenapa kau tidak menjawab pesanku?"

"Pesan? dimana? tidak ada--Oh, ada. Maaf aku tidak begitu mengeceknya." 

"Baiklah, baiklah. Kenapa belum tidur? Menungguku ya?"

Lee Han membuang napasnya kesal, ia menyanggah pernyataan Taesan begitu cepat. Ia berbaring di atas ranjangnya dan mengobrol lumayan banyak dengan Taesan malam itu. Kalau bisa dibilang ini pertama kalinya dia berbicara di telfon dengan orang lain selain ibunya. Yang mana panggilan itu memakan waktu hampir 1 jam. Tak jarang Lee Han salah tingkah dan bermain-main dengan sprei dan selimutnya.  

"Besok kau ada acara?" Lee Han melihat papan jadwal belajarnya yang tertulis hanya latihan soal, latihan soal dan latihan soal. 

"Uhm, tidak- kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

"Uhm, oke"

Setelah itu mereka terus mengobrol sampai lupa waktu. Lee Han pun mengiyakan ajakan Taesan tanpa pikir lagi. Dia dengan mudah mengkhianati jadwal latihan soalnya yang ketat hanya demi seorang Taesan?




Our Summer | taeshan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang