#4

1.6K 228 9
                                    

Hari terakhir liburan musim panas, Lee Han menghabiskan seluruh waktunya belajar di perpustakaan tempat biasanya. Ia akan belajar mati-matian untuk menebus waktu dimana dia terlalu asik bermain dengan teman barunya, Taesan.

Terhitung sejak terakhir mereka menghabiskan liburan musim panas bersama. Lee Han belum bertemu dengan Taesan lagi. Dia tidak mengirim pesan atau menelfonnya lagi.

Pagi itu, Lee Han tidak dapat menemukan Taesan dimanapun. Baju piyama yang ia pakaipun sudah terlipat rapi di sofa. Lee Han hanya bisa mengambil piyama itu dan membawanya ke keranjang. Jejak terakhirnya.

"Selalu datang dan pergi seenaknya..." gumam Lee Han kesal kalau kembali diingat.

Lee Han tidak mau terjerumus dengan perasaan yang rumit, jadi dia memutuskan untuk melupakan apa yang sudah terjadi. Memang sudah benar jika Taesan dan dirinya tidak bisa berteman. Ini sangat berbeda. Dia tahu jika semua akan berakhir cepat atau lambat. Taesan hanya ingin berbuat baik karena telah merusak buku komiknya. Hanya sekedar itu.

Seperti musim panas yang berakhir, berganti dengan angin musim gugur yang menjadi dingin. Kenangan singkat itu rupanya tidak dengan mudah dilupakan.


"Hei, kau sudah dengar?"  Lee Han kembali menjadi dirinya yang tidak peduli. Teman sebangkunya bernama Woonhak itu sudah siap memberi tahu berita baru yang baru didapatnya.

"Apa?" ia mendapat perhatian dari teman yang duduk di depannya, Riwoo.

"Han, kau tidak ingin tahu?" Lee Han cuek saja.

"Oke, jadi ini soal Taesan. Kau tahu-" Saat namanya disebut, Lee Han melepas kedua airpod yang sebelumnya ia pasang. "Sekarang penasaran?"

"Lanjutkan.." Kata Lee Han serius.

"Oke oke, jadi kudengar kalau Taesan terlibat pertengkaran dengan sekolah sebelah. Wajahnya hancur habis dipukuli."

"Serius?" Woonhak mengangguk yakin sekali. Padahal info itu dia dapat dari kelas sebelah yang belum tentu benar.

Semenjak mendengar berita itu, dia jadi yakin kalau Taesan sedang ada masalah. Dia sudah tidak masuk selama seminggu dan itu bukan berita baru sebenarnya. Bedanya, beberapa belakangan ini mereka sudah akrab jadi ini sedikit membuatnya khawatir.

Pendiriannya yang kuat akhirnya pudar. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Taesan. Dia ingin sekali mengirim pesan, bertanya apa yang terjadi, paling tidak mengkonfirmasi kalau berita itu tidak benar. Tapi Lee Han memang payah. Dia tidak ada keberanian untuk menghubungi Taesan duluan.

"Oii!" Lee Han tidak sadar ada yang memanggilnya.

"Oii, Hannie!" Kali ini ia mendongak, terkejut mendapati sosok yang berhasil membuatnya khawatir belakangan ini sedang menunggu di depan pintu apartmentnya.

Wajahnya baik-baik saja. Dia masih tetap tampan hanya rambutnya tumbuh lebih panjang dari terakhir kali mereka bertemu. Tubuhnya juga normal. Bisa berjalan dan bisa berbicara. Tidak ada yang salah. Jadi, rumor itu tidak benar?

"Kenapa kau disini?" Tanya Lee Han dingin sambil tangannya sibuk membuka sensor pintu.

"Aku hanya- ingin bertemu."

Taesan ikut masuk mengikuti Lee Han yang tampak sedang kesal. Dia tidak cukup ramah menyambut kedatangan Taesan.

"Kau marah?"

"Tidak"

"Kau tidak tanya kenapa aku tidak masuk?"

"Aku yakin kau punya alasan."

"Uhm, itu benar. Apa kau tidak penasaran?"

"Apa kita cukup dekat untuk bertanya urusan pribadi?"

Taesan terdiam sejenak. Ia sepertinya paham kenapa Lee Han bertingkah sangat dingin.

"Bukankah kita memang teman dekat?"

"Kurasa tidak juga..."

"Uhm, oke kalau begitu aku akan pergi. Maaf Menggangu waktumu."

Lee Han tidak menjawab. Apa dia hanya akan membiarkan Taesan pergi begitu saja? Lee Han benci sekali berurusan dengan perasaan manusia. Sangat rumit. Dia tidak mengerti kenapa dia harus merasakan perasaan tidak nyaman seperti ini. Ia menarik napas panjang sebelum bertanya,

"Jadi, kau darimana saja?"

"Apa sekarang kita berteman lagi?"

"Kalau kau tidak mau memberitahuku juga tidak apa-apa. Di sekolah ada banyak rumor. Aku hanya ingin tahu kau tidak seperti yang mereka katakan."

"Jadi kau akan lebih percaya perkataan mereka atau perkataanku?"

"Itu tergantung.."

"Apa kau percaya jika aku sakit dan terpaksa harus dirawat di rumah sakit atau kau lebih percaya aku bertengkar dengan sekolah lain?"

"Tidak tahu..." Lee Han duduk di sofanya termenung. Keduanya tampak benar. Maksudnya, itu Han Taesan dan urusan kelompoknya yang selalu berbuat keributan.

"Kurasa memang benar, kita belum benar-benar teman dekat. Baiklah kalau begitu, aku lebih baik pergi. Semoga ujianmu lancar."

Benar-benar sudah berakhir. Lee Han tidak bisa belajar dengan tenang dan tetap memikirkan perkataan Taesan.

"Arrrgghhhh! Aku tidak bisa belajar!!"


Sekolah kembali normal seperti biasanya. Bedanya hanya satu, kini Lee Han bukan hanya siswa pendiam yang tidak peduli dengan sekitarnya. Dia menaruh tempat spesial untuk 1 orang. Satu orang itu tetap dalam pengawasannya. Ia hanya memperhatikan apapun yang dia lakukan.

Kalau diperhatikan, Taesan tidak benar-benar seperti anak nakal. Dia hanya bergabung dengan geng yang suka keributan. Namun, dia hanya diam. Justru teman lainnya yang sering berteriak dan berbuat ulah. Apa yang sebenarnya dia lakukan disana?

Ia ingat dengan rumor kalau Taesan punya masa lalu yang gelap di sekolah sebelumnya. Banyak rumor mengerikan tentangnya. Mulai dari rumor dia seorang pembunuh, anak anggota mafia terkenal sampai pemimpin suatu kelompok gangster. Semua itu tampak seperti hanya ada di dalam novel.

"Lee Han, kau mau ke kantin?"

"Uhm, tidak. Aku akan tidur. Semalam aku tidak bisa tidur."

Teman-temannya satu per satu meninggalkan kelas.  Dia terlalu sibuk memikirkam Taesan sampai tidak fokus pada pelajaran sama sekali. Itu membuat tubuhnya lebih lelah dari biasanya. 

"Kau tidak makan siang?"

"Kalian duluan." kata Taesan pada temannya.

Drrt! Ponsel milik Lee Han bergetar, ia dengan setengah mata masih tertutup berusaha mengecek siapa yang mengirimnya pesan.

Taesan : Apa hari ini aku boleh kerumahmu?

Lee Han menoleh ke belakang tempat Taesan duduk. Ia melihat sekitar, hanya ada 2 orang selain mereka disana.

Lee Han : Maaf, aku ada bimbingan sampai malam.

Taesan : Kalau besok?

Lee Han : Aku tidak ada bimbingan.

Taesan : Kalau begitu besok aku akan menginap.

Lee Han tidak membalas lagi tapi dia menoleh ke belakang, orang yang dicarinya sudah menghilang begitu saja. Sudah bukan hal baru. 

Our Summer | taeshan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang