"Heii..!!" Taesan berdiri dari tempatnya berganti tempat duduk di samping Lee Han. Ia menyentuh kedua pundaknya untuk menenangkannya.
Kedua mata Lee Han sudah sedikit berkaca-kaca. Tapi ia berusaha keras untuk menutupinya. Hidungnya sudah memerah. Ia tidak berani menatap wajah Taesan karena malu.
"Aku minta maaf kalau aku menyakiti perasaanmu. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji.." kata Taesan meyakinkannya. Ia menggenggam kedua tangan Lee Han yang sedikit gemetaran.
Namun, bukan jawaban seperti itu yang Lee Han ingin dengar. Sesungguhnya dia sangat muak dengan permintaan maaf yang berakhir tidak berarti apa-apa baginya. Selama dia hidup, dia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan orang lain ataupun terlibat dengan perasaan sesama manusia. Karena hal inilah yang dia maksud. Karena perasaan manusia itu rumit. Rasanya sangat sulit untuk jujur dengan perasaan sendiri karena beberapa hal yang diluar kendalinya. Dan dia sangat tahu, begitu ia jujur, mungkin keadaan diantara mereka tidak bisa kembali normal seperti sebelumnya.
"Lee Han.." anaknya menunduk masih tidak mau menatapnya.
"Ada yang ingin kubicarakan. Dengarkan aku baik-baik.." Lee Han hanya mengangguk.
"Kemarin, saat aku dari tempatmu. Aku pulang kerumah dan bertengkar lagi dengan ayah. Saat itu, aku sudah tidak bisa lagi tinggal di tempat yang sama dengannya. Jadi, aku sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Sepertinya, aku akan pindah ke tempat ibu di Busan dan melanjutkan sisa semester disana.."
Lee Han tidak menjawab. Taesan bingung melihat keadaan Lee Han yang hanya terus menunduk. Ia hanya bisa mengelus kedua tangannya perlahan, berniat menenangkannya. Kemudian dia terkejut saat ada tetesan air yang mengenai tangannya. Butiran kecil itu perlahan turun dan membasahi tangannya.
"Heii, kau menangis?" Taesan memegang dagu Lee Han dan membuatnya menatapnya. Ia terkejut betapa merah bagian mata dan hidungnya. Lee Han sungguhan menangis.
"Ssh, kenapa kau menangis?" Taesan memeluk tubuh Lee Han. Mengelus bagian punggungnya agar tenang. Taesan terus berbisik mengucapkan permintaan maafnya.
****
3 bulan setelahnya,
Musim panas telah berakhir. Daun-daun mulai berubah warna menjadi kecoklatan, beberapa diantaranya berguguran. Selamat tinggal musim panas yang hangat. Selamat tinggal juga teruntuk kenangan musim panas yang pernah terjadi.
Lee Han berjalan memasuki area sekolahnya dengan mantel yang lumayan tebal mengingat betapa dingin cuaca akhir-akhir ini. Minggu terakhir berada di sekolah menengah atas. Dia akan menikmati setiap langkah menuju sekolahnya. Setiap jalan yang ia ambil, setiap toko yang ia lewati, setiap sudut sekolah yang mungkin berisi kisah tak terlupakan. Juga mungkin tidak terlihat, teruntuk orang yang pernah mengisi bagian hatinya yang pernah kosong. Dia tidak akan pernah melupakannya.
Dengan senyum tipis di bibirnya, Lee Han mengemasi barang-barang yang ada di mejanya untuk dibawa pulang. Setelah kepergian Han Taesan, keadaan kelas berubah total. Sungho dan Jaehyun tidak lagi berbuat ulah. Dia hanya diam di bangku belakang dan bermain game. Bahkan kadang juga mengajak Woonhak dan Riwoo, temannya. Sungguh kombinasi yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi. Semua orang sibuk mempersiapkan ujian memasuki universitas, ada juga yang masih tidak peduli dengan ujian CSAT dan memilih tidur di kelas atau bermain bola di lapangan.
Sedang dirinya, Lee Han sudah mendapat undangan untuk masuk ke Universitas Seoul seperti impiannya jadi dia bersikap lebih tenang tidak lagi mengkhawatirkan dunia perkuliahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Summer | taeshan ✔
Teen Fiction[SEASON 1 & 2 : END] Selalu ada cerita dibalik musim panas yang terik. Kisah tentang dua orang yang memiliki dunia yang berbeda bertemu. Lee Han, siswa pendiam yang hanya tau soal belajar tertarik dengan Han Taesan dengan segala rumor buruk tentangn...