14

639 59 2
                                    

Hal pertama yang kurasakan ketika sadar adalah benda hangat yang memeluk pinggang ku, aku  membuka mata perlahan dan melihat wajah Gojo yang sedang terlelap di depanku. Rambutnya yang putih-keperakan menutupi dahinya, alis dan bulu matanya yang tebal, hidung mancung, dan bibir merah muda yang sedikit terbuka.

"Gepengnya aja ganteng banget, apa lagi aslinya...." Aku memalingkan pandangan, tidak tahan melihat wajah tampan yang hanya beberapa cm dari wajah ku. Mata ku melebar melihat ke arah piyama yang kupakai, kancing yang terbuka memperlihatkan dada ku. Tangan ku bergerak pelan berusaha merapikan piyama itu.

Saat tangan ku sibuk membenarkan kancing piyama, terasa hembusan angin hangat di dahi ku. aku mendongak melihat keatas ke arah Gojo yang telah membuka matanya. Senyum kecil terlihat di wajahnya. Seperti yang pernah ku bayangkan, mata birunya yang terang mampu menghipnotis siapa pun untuk menatapnya lama.

"pemandangan yang bagus di pagi hari" Suara serak miliknya menyadarkan ku, wajah ku memanas karena malu.

Sentuhan lembut terasa di rambut ku. Tangan Gojo pindah membelai rambut ku, lalu perlahan jarinya turun mengusap mata ku yang sedikit bengkak.

"Mandilah, ada banyak hal yang harus kita diskusikan" Setelah mengatakan itu dia menepuk pelan kepalaku, bangun dari kasur dan berjalan keluar dari kamar.

Pikiran ku kosong menatap pintu yang telah ditutup. Membenamkan wajah ke bantal berusaha menenangkan diri. 

.

"Duduk lah" Gojo sedang menata makanan di atas meja makan. Matanya telah ditutup menggunakan kain, sekarang dia menggunakan pakaian hitam yang sering ku lihat.

"kau akan mengajar?" kata yang keluar dari mulut ku membuat ku terkejut. Mengutuk diri sendiri, karena tidak sengaja membicarakan hal yang seharusnya tidak aku tau.

"kau tau aku seorang guru?" Gojo berhenti bergerak, menoleh ke arah ku. meski sekarang dia memakai penutup mata, entah kenapa pandangannya menusuk ku.

"ah, itu.. aku tidak sengaja melihat seragam yang mirip dengan yang kau pakai. jadi aku pikir, mungkin kau seorang guru?" Alasan tidak masuk akal keluar dari mulutku, jari jari ku bertautan berusaha tidak gugup. Berharap Gojo akan melewati pembahasan ini.

Gojo hanya mengangguk kecil seolah setuju dengan perkataan ku, dia lalu bergerak duduk di kursi. "kau benar, aku seorang guru" setelah berbicara tangannya mulai memasukan sumpit berisi makanan ke mulutnya.

Aku hanya mengangguk kecil, tidak ingin membahas lebih lanjut. lalu, duduk di kursi di depan Gojo dan juga mulai makan. Setelah beberapa saat aku memecah keheningan tersebut "aku akan ke kampus hari ini" tangan ku tetap bergerak mengambil makanan.

Aku melihat Gojo mengangguk, "Baiklah, aku akan mengantar mu sampai di jalan rumah mu dan nanti sore murid ku akan kesini untuk mengambil rok hitam yang aku pinjam" Gojo berhenti berbicara untuk minum. "aku akan pulang sebelum tengah malam" setelah mengatakan itu dia bangun membawa piring bekasnya menuju wastafel.

Aku segera menghabiskan makanan ku, merapikan piring lalu buru-buru menuju Gojo. Memegang lengan bajunya "Taruh saja biar aku yang cuci". Tidak menunggu jawabannya aku mengambil pirin di tangannya dan mencuci piring-piring tersebut. "Terimakasih" ucapan lembut terdengar.

.

Sekarang aku ada di kamar rumah ku, merapikan beberapa buku dan laptop ke dalam tas. Meninggalkan catatan yang berisi informasi bahwa aku akan menginap selama beberapa hari dirumah teman lalu berlari menuju halte bus. Memeluk tas saat duduk di kursi bus, pikiran ku berkelana mengingat genggaman tangan Gojo di pinggang ku saat kami berteleportasi tadi.

Saat masuk ke kelas aku terkejut bercampur takut, melihat banyak bayangan hitam atau yang kupastikan kutukan menempel di tubuh orang-orang. "jadi.. aku benar-benar bisa lihat kutukan" membuatku teringat dengan adegan Nanami membeli roti di toko langganannya, pandangan ku sedikit menunduk berusaha mengabaikan kutukan-kutukan tersebut.

Saat profesor masuk, aku menggelengkan kepala dan menampar pelan pipi ku untuk fokus mendengar penjelasan materi. Beberapa jam telah terlewat, sekarang aku berada di koridor kampus berjalan menuju perpustakaan.

"cring.." suara nyaring terdengar ketika aku membuka pintu perpustakaan. Suasana perpustakaan yang sepi dan dingin, cocok dijadikan tempat mengerjakan tugas dari profesor tadi.

"untung bukan tugas kelompok" menghela nafas ringan dan membuka laptop. Pandangan ku mulai fokus di layar laptop jari-jari ku mengetik terlarut dalam suasana perpustakaan yang sepi. Aku tersadar dari laptop, ketika indra pendengar ku terus mendegar suara nafas hewan. Menutup laptop, melihat layar handphone menunjukan pukul 3 sore. Pandangan ku melihat sekeliling perpustakaan, penjaga perpustakaan sudah tidak ada di mejanya.

Aku menggerakan badan ku perlahan memasukkan laptop dan buku ke dalam tas, bergeser ke arah jendela yang menampilkan langit hitam. "jangan bilang, ini barrier lagi?!" aku memegang rambut ku frustasi, suara dengusan hewan semakin mendekat. Aku dapat mendengarnya dari balik pintu perpustakaan.

Buru-buru aku bersembunyi di kolong meja, memeluk tas ku dengan erat. Terus memaki situasi saat ini, aku menutup mulutku menahan nafas mendengar suara pintu di dobrak beriringan dengan suara hewan bergema di perpustakaan.

"jangan kesini.., jangan kesini.." suara jantung ku yang berdegup kencang terdengar, membuat ku mual. 

"bruk!!" aku dapat mendengar suara meja terbalik di ikuti suara meja di sampingku terjatuh.

 Sekarang suara hewan itu terdengar dari samping ku, aku dapat melihat bayangan besar di lantai. Memejamkan mata, lagi-lagi pasrah dengan keadaan saat ini. Hewan tersebut bergerak menggerakan meja yang ku tempati, endusan dan geramannya semakin terdengar keras. Aku dapat melihat mulut hewan tersebut terbuka lebar dari pantulan bayangan di lantai siap menerjang meja ku.

"Maki!!" Teriakan itu terdengar di ikuti bayangan hewan yang menjauh. Aku dapat mendengar suara pertempuran di perpustakaan.

"Sial! masih ada dua lagi yang seperti ini" ucapan itu terdengar dari seorang perempuan di ikuti pecahnya kaca jendela di depanku. Aku berteriak terkejut, melihat hewan seperti serigala dan ular tetapi lebih besar dengan empat mata ada di depan ku. "gila..." aku menatap hewan yang terus menjatuhkan air liurnya di depan ku.

"Toge!" Teriakan perempuan itu terdengar.

"Shake!" disambut suara laki-laki, aku masuk semakin dalam di kolong meja. merasakan dinding kayu dipunggungku. Aku berdoa terhadap kematian ku hari ini, "BERHENTI!" ucapan itu terdengar lagi, seperti slowmotion aku dapat melihat bayangan hijau mengarah ke mahluk di depan ku membuatnya berhenti dengan posisi hendak menyerang ku.

Aku memanfaatkan kesempatan itu, segera keluar dari kolong meja. Menjauh dari mahluk menyeramkan yang tidak bergerak. "Panda!" aku menoleh ke arah suara tersebut melihat panda besar melompat menghantam mahluk di depan ku ke lantai. Badan ku kaku, masih terkejut melihat kejadian itu.

Tarikan di lengan menyadarkan ku, rambut platinum blonde memasuki penglihatan ku. Kaki ku berlari mengikutinya, melihat banyak darah berceceran membuat ku menggelengkan kepala bersyukur tidak merasa mual karena sudah terbiasa.

"Toge jaga dia!" Suara perempuan berambut hijau terdengar lagi, aku mengenalinya sebagai Maki. 

Pria didepan ku mengangguk, menarik ku keluar dari perpustakaan berlari menuju salah satu ruang kelas. Di dalam ruang kelas aku tersentak sedikit, merasakan tangannya di bahuku mengisyaratkan ku untuk duduk. Aku melihat rambutnya yang berantakan, dengan resleting jaket yang telah turun sampai leher. Mata ungunya menatap ku, pandangannya bolak-balik melihat ku dari atas ke bawah.

"aku baik-baik saja.." mengerti dengan sikap yang diberikan Toge, aku tersenyum samar kepadanya. Aku melihat dia menghembuskan nafas pelan lalu menarik kembali resleting menutupi setengah wajahnya. duduk di lantai aku merasa canggung dengan keberadaan Toge disebelah ku.

.

.

.

.

maaf guys, jarang up. kemarin lagi down banget mengira husbu ku akan mati.

The Tile Of Us [Gojo Satoru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang