"tring....tring...." suara dering jam membangunkan ku. Aku membuka mata perlahan dan menggosok mataku. Sekarang aku dapat merasakan dan menggerakan anggota badan ku meski masih terasa sedikit nyeri di area dada. Kutatap langit-langit ruangan yang berbeda dari kamar ku tetapi terasa familiar, aku mencoba bangun dan melihat kearah jendela.
"jendela itu...bukankah itu jendela kamar tempat aku berpindah pertama kali?!!!" Aku terkejut melihat pemandangan di luar jendela.
"Sebenarnya kau siapa?" Suara pria dari samping mengagetkanku, ternyata pria itu adalah Gojo. Aku dapat melihat jelas mata birunya yang terang, dia menggunakan kacamata seperti yang aku ingat malam itu dengan kemeja putih yang menampilkan bentuk badannya. Sorot matanya terasa dingin.
"aku? Maksudnya?" aku menunjuk diri ku sendiri dengan ekspresi bingung.
Gojo hanya mengangguk dia membuka mulutnya dan lanjut berbicara "tanda di dadamu, bagaimana kau bisa memilikinya".
"dada ku? Bagaimana kau bisa tau ada tanda di dada ku??" Aku terkejut dan mundur ke belakang menjauh sedikit darinya.
"Aku melihatnya, kemarin malam" Gojo menatap ku dan melipat kedua tangannya di dada.
"Jadi suara itu terakhir itu kau?! Tapi kenapa?" Aku bertanya menjadi lebih bingung dengan jawaban yang diberikannya.
Aku melihat perlahan tangan Gojo menunjuk kepada ku lalu dirinya sendiri "sepertinya kita terhubung, karena tanda itu".
"Apa maksudmu dengan terhubung?" Aku lebih memundurkan badan ku, menjauh dari dirinya. Ketika aku hendak mundur lagi tanganku tidak merasakan kasur tetapi udara kosong, yang bisa kulihat adalah atap ruang tersebut ketika aku jatuh kebelakang.
"ahk.." aku berteriak karena terkejut dan memejamkan mata menunggu rasa sakit menghampiri. Tapi bukannya rasa sakit yang kurasakan adalah tangan besar yang memeluk pinggang ku dengan erat. Perlahan aku membuka mata, di depan ku terlihat dada bidang seorang laki-laki mata ku perlahan mengarah ke atas ternyata Gojo yang memeluk ku agar tidak jatuh.
"te-terimakasih" buru-buru aku menundukkan wajah ku yang memerah. Jika dilihat oleh orang lain maka posisi kami bisa menjadi kesalahpahaman, Gojo berada di atas badan ku dengan tangan yang menopang pinggang ku agak tidak terjatuh,badanya besarnya benar-benar menutupi ku. Perlahan Gojo mundur dari atas ku ketika merasa aku sudah duduk stabil. Tetapi Gojo tidak kembali ke kursi dan memilih untuk duduk di pinggir Kasur dengan kaki yang menyilang tangannya berada di atas kasur menopang badannya.
"Kemarin kau tenggelam kan?" Pertanyaan Gojo selanjutnya mengejutkan ku, aku menatapnya dengan tidak percaya dan mengangguk kecil "bagaimana bisa kau tau?".
"Aku dapat merasakannya, saat kau tenggelam aku juga merasa seperti tenggelam. Kemarin malam juga aku merasakan sakit yang kau alami. Tanda itu membuat ku terhubung dengan mu" Gojo menjelaskan dengan pelan. Tetapi sayangnya aku malah terfokus dengan bibirnya yang berbicara, mengingat ciuman malam itu.
"Tapi, bagaimana bisa kau tau rumah ku?" Aku bergeser mendekat ke arahnya berusaha tenang dan memandang mata birunya yang mempesona terlihat juntaian rambut putih di menutupi dahinya.
"Murid ku yang memberitahukannya, mereka bercerita telah menyelamatkan seorang perempuan yang bisa melihat kutukan sedang tenggelam, awalnya aku tidak curiga tapi setelah merasakan rasa sakit lagi aku memutuskan untuk melihat mu. Ternyata kau sedang kesakitan juga saat itu" sorot matanya tidak sedingin tadi, tetapi tetap tidak terasa ramah.
"Jadi, katakan bagaimana bisa kau punya tanda tersebut" pandangannya mengarah ke badan ku dan tangannya menunjuk dada ku. Aku menutupi dadaku dengan tangan "ah, tanda ini aku juga tidak tahu tiba tiba muncul saja setelah malam itu".
"malam itu?" Gojo bertanya penasaran dengan malam yang dimaksud.
"Kau lupa?, ma-malam itu saat kau mencumbu ku" aku tergagap dan menundukkan kepalaku, wajah ku memerah malu saat mengatakan hal tersebut.
"men-mencumbumu? Kapan?!!" Suara Gojo berubah tidak percaya ketika mendengar hal tersebut. Aku mengangkat wajah ku yang memerah dapat kulihat tatapan tidak percaya di wajahnya dengan sedikit rona merah di pipi.
"satu hari yang lalu, saat di club kau membawa ku kesini. Aku pingsan ketika kau mencium ku dan ketika tersadar aku ada di kamar. Jadi...jadi...aku juga tidak ingat bagaimana bisa tanda itu muncul!" aku berkata dengan cepat dengan mata yang terpejam tidak berani melihat wajah Gojo.
"Club-club" suara Gojo terdengar kecil, perlahan aku membuka mata ku untuk mengintip ekspresi Gojo. Terlihat wajah Gojo yang kebingungan, tangannya memegangi dagunya dia terlihat berpikir keras.
"Jadi kau wanita tersebut? dan semua tanda di tubuh mu itu perbuatanku?" Gojo mengarahkan matanya melihat kearah badanku, seperti telah mengingat sesuatu. Aku mengangguk kecil dan dengan cepat menunduk lagi, sorot matanya yang tadi terasa asing kini hilang.
"Maaf, tapi aku juga tidak ingat kejadian malam itu karena terlalu mabuk. Ketika aku sadar hanya ada Nanami yang menatap ku dengan tatapan buruk" Gojo berbicara lalu mengambil handphonenya.
"aku akan meminta Nanami kesini, agar dia bisa menjelaskannya. Ehem kau bisa mandi dulu, kamar mandinya ada di situ" Gojo mengangkat handphone dengan tangan kanan lalu menunjuk ke arah pintu kamar mandi dengan tangan kirinya.
Aku mengangguk dan buru-buru turun dari kasur masuk ke kamar mandi. "Sudah ada perlengkapan mandi baru disana, kau bisa memakainya" suara itu terdengar ketika aku menutup pintu kamar mandi.
.
"Gila..Gila... bagaimana bisa" aku menggelengkan kepala ku pelan merasa malu dengan kejadian tadi, "tapi badannya Gojo kekar banget, kakinya juga panjang apa lagi jari-jari tangannya. So sexy.." Aku tersenyum ketika membayangkan badan Gojo tadi merasa takjub melihat seorang karakter menjadi nyata lalu mulai melepaskan kancing baju yang kupakai.
"tadi malam kan aku melepas baju? Lalu ini baju siapa ya?" gumaman kecil keluar ketika aku sudah membuka seluruh kancing kemeja yang kebesaran di badanku, lalu membuka celana dan pakaian dalamku. Aku menaruh semua pakaian tersebut di atas meja kecil dekat kaca. Dikaca terpantul bayangan badan ku, selain tanda hitam tersebut hanya beberapa tanda gigitan yang tersisa.
"Tunggu jika dia melihat semua tanda di tubuh ku..... berarti sebelumnya dia mengira aku melakukan hal itu dengan pria lain???" aku tersadar dengan perkataan Gojo sebelumnya lalu menutup wajah ku dengan kedua tangan. "Sial.." umpatan kecil keluar dari mulutku, aku menyalakan air dingin di shower dan mendinginkan kepala ku menghilangkan rasa kesal.
"kalau dia dapat merasakan apa yang kurasa, jika aku tampar diri ku sendiri maka dia juga akan merasakannya kan?, ini bodoh sih tapi lebih baik aku coba dulu anggap saja balas dendam untuk malam itu" Aku menampar keras pipiku, tamparan itu membuat ku pusing. Pipiku berdenyut nyeri.
Aku mendengar rintihan kecil dari luar lalu suara pintu yang diketok keras "tok..tok..tok..".
"Apa yang kau lakukan di dalam sana?" Suara Gojo terdengar dari balik pintu, "ah.. tidak apa-apa, aku sedang mandi" aku menyautinya dan memegangi wajah ku yang nyeri tetap melanjutkan mandi.
Terdengar hembusan nafas kasar dari Gojo, "Jangan berbuat aneh-aneh, aku sudah membawakan mu pakaian baru. Aku menaruhnya di depan pintu kamar mandi, aku akan menunggu di bawah" setelah Gojo mengatakan hal tersebut terdengar bunyi pintu di buka lalu di tutup.
.
.
.
wee up mulu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tile Of Us [Gojo Satoru]
Hayran KurguBukankah tadi aku tertidur di kamar setelah selesai maraton anime?, bagaimana sekarang bisa berada di klub malam!. Di pangkuan seorang laki-laki pula?! "Satoru, hentikan tindakan mu" ucap seorang laki-laki dengan rambut pirang. Satoru?? GOJO SATORU...