15

602 65 5
                                    

"ehmm...terimakasih" membuka keheningan aku bertanya ke Toge. "Jadi kalian dari SMA jujutsu?" perkataan itu keluar begitu saja dari mulutku. Toge menatapku kaget, matanya naik turun melihat ku. "Bagaimana kau tahu?" Pertanyaan itu terdengar ditelinga ku.

"Aku punya kenalan dari SMA jujutsu juga, kau pasti tau Nobara, Yuji, dan Megumi kan?".

"Tuna!!" Aku menatap bingung ke arah Toge, "kau bisa mendengar ku?" ucapan itu terdengar.

Dengan ragu aku menjawab "aku tidak tuli, tentu saja bi-" ucapan ku terpotong, mataku membesar tersadar akan sesuatu. "Aku bisa dengar suara mu!!, tunggu-tunggu. coba kamu pikirkan sesuatu" aku menggoyangkan bahu Toge dengan semangat menatap ke arahnya.

"hentikan itu, aku pusing" suara itu kembali terdengar, aku berhenti menggoyangkan badannya. Merasa bingung kenapa bisa mendengar pikiran Toge, meski aku tidak heran karena bahkan sekarang aku ada di dunia lain. "ah, maaf maaf" aku melepaskan genggaman dibahunya, mundur sedikit dengan senyum canggung.

"tidak apa-apa, tapi tunggu. kenapa kau bisa mendengar ku? kau siapa?" pertanyaan beruntun itu membuat ku gugup, "ah-itu.. aku juga tidak tahu, aku hanya mendengar suaramu begitu saja. jika kau tanya aku siapa, aku Zura mahasiswa disini" aku menggaruk pipi ku yang tidak gatal.

Aku menoleh kearah pintu yang dibuka suara. Terlihat Maki dan Panda yang berlumuran darah berdiri dengan wajah datar di pintu. Langkah kaki Maki mendekat kearah ku, buru-buru aku bangun dari lantai tersenyum samar ke arahnya. "terimakasih" aku menunduk kecil berterimakasih pada Maki dan Panda yang menyelamatkan ku. "Kau bisa melihat kutukan?" Aku terkejut mendengar pertanyaan yang masuk ke indra pendengaran ku, bibir ku ragu untuk menjawab.

"iya.." Aku berkata pelan mendongak menatap wajahnya.

"Sujiko!" Suara Toge terdengar, Toge meraih tangan Maki dan melangkah sedikit menjauh membicarakan sesuatu. Panda yang dari tadi diam mendekati ku, melihat badan ku dengan teliti "kau tidak terluka kan?". aku menggelengkan kepala pelan "aku baik-baik saja ".

"Baguslah" Panda mengangguk. Pandangan ku menelusuri tubuh panda yang besar bahkan aku perlu mendongakan kepala ku untuk melihat wajahnya. "Di anime tidak keliatan banget, tapi kalo aslinya agak serem ya" Tubuh panda yang besar mendominasi penglihatan ku, tetapi mengingat kepribadian panda yang baik, aku hanya tersenyum kecil.

Aku menoleh ketika merasakan sentuhan ringan di bahu ku, sentuhan itu dari, Toge yang sudah selesai berbicara dengan Maki. Aku dapat mendengar suara di kepala ku, "Tenanglah, aku sudah menjelaskannya kepada Maki " aku mengangguk kecil kepada Toge dan melihat Maki yang berdiri di depanku.

"Jadi kau kenal Nobara?" Dia menatap ku, meski wajahnya masih datar dan berlumuran darah tapi suasana darinya tidak sekaku tadi. Tangan ku bergerak ke dalam kantong rok mengambil tisu dan menyodorkannya pada Maki. "terimakasih" Maki mengambil tisu tersebut.

"iya, mereka menyelamatkanku waktu itu." Aku mengangguk kecil.

"Menyelamatkan mu dari apa?" Maki bertanya dengan penasaran.

"Dari kutukan, aku hampir mati tenggelam" Aku berkata ringan.

"Jadi kau sering mengalami hal seperti ini ya" Suara Maki mulai terdengar santai, dia duduk di meja di depan ku mengelap kacamatanya.

"sepertinya cukup sering" Aku terkekeh kecil, "mungkin karena aku bukan dari dunia ini" .

"Aku mengerti, Toge kau bisa menghubungi sensei?" Maki menoleh ke arah Toge, dengan cekat Toge mengeluarkan Handphonenya menghubungi seseorang.

"tunggu, jika sensei? apa itu Gojo?" Jantung ku berdegup kencang merasa tidak tenang bertemu Gojo seperti ini.

"Sensei sibuk, sensei bilang Nanami-san yang akan kesini" Toge lalu duduk di meja.

Pandangan ku melihat wajah Maki yang sudah bersih dari darah terdapat beberapa luka disana, aku buru-buru membongkar tas ku mencari sesuatu. Menyodorkan plaster luka padanya, aku dapat melihat maki terkejut tetapi tetap menerimanya "Terimakasih lagi" aku mengangguk tersenyum mendengarnya.

Aku lalu berjalan ke arah Toge menyerahkan plaster lain ke tangan Toge, "untuk luka ditangan mu".

"terimakasih" Aku hanya tersenyum kecil dan kembali duduk dikursi.

.

Waktu berlalu dengan cepat, aku menoleh kearah pintu mendengar suara seseorang. kemudian aku melihat seorang pria tergopoh-gopoh masuk kedalam ruangan, dia memakai setelah jas berwarna hitam. Menatap wajahnya, aku merasa cukup akrab terkait orang tersebut.

"namanya siapa sih? Ijichi ya kalo tidak salah. yang biasa muncul kalau habis basmi kutukan"

Melihat seseorang dengan rambut pirang di belakang Ijichi perhatian ku teralihkan, alis Nanami sedikit terangkat melihat ku "kau?" semua orang di ruangan menoleh kearah Nanami. "ah, hai Nanami?" aku melambaikan tangan kearahnya dengan canggung, sekarang perhatian semua orang beralih kepada ku.

Nanami berbicara dengan Ijichi, sedangkan aku sedang di wawancarai oleh Maki, Panda, dan Toge. Aku menjelaskan kepada mereka bahwa aku hanya sekedar mengenal Nanami, setelah selesai berbicara dengan Ijichi, Nanami mendekat ke arah kami.

"Apa Satoru tau?" Perkataanya sekali lagi membuat seluruh mata memandang ku. Dengan canggung aku menggelengkan kepala dan berkata pelan "Dia tidak tau". Aku menunduk merasakan tatapan dari semua orang di ruangan itu terutama tatapan Nanami yang melihatku naik turun.

"Kau tidak terluka kan?" suaranya terdengar.

"Tidak, aku baik-baik saja" aku menggelengkan kepala ku pelan.

"ikuti aku, aku akan mengantar mu" Melihat Nanami yang berjalan keluar ruangan. Aku buru-buru mengikutinya dari belakang, tersenyum canggung ke arah yang lainnya. "Sampai jumpa" aku melambaikan tangan kecil lalu lari menyusul Nanami yang berjalan dengan langkahnya yang lebar.

.

"Masuklah" Aku mengangguk dan membuka pintu mobilnya, lalu duduk. Berusaha mengatur nafas merasa lelah mengikuti langkah kaki Nanami yang lebar. Saat Nanami masuk ke dalam mobil aku dapat mencium wangi tubuhnya yang kuat.

"Gila wangi banget, bener kata orang-orang kalo aroma Nanami pasti bakal maskulin sexy gitu. sebelas dua belas sama Gojo" Saat mobil berjalan aku berusaha tidak menatap Nanami, memfokuskan pikiran ku memandang jalanan di luar. Setelah beberapa saat kami sampai di depan rumah Gojo.

"Tunggu" Nanami menghentikan ku dari membuka pintu mobil, aku menoleh ke arahnya dengan bingung. Terasa sentuhan ringan di telinga ku, tangan Nanami terjulur menyentuh rambutku dan menyelipkannya kebelakang kuping. 

"Kau terluka" aku memegang kuping ku yang tadi tertutupi rambut, jari ku menyentuh luka basah. "ah, ini sepertinya terkena pecahan kaca jendela" aku menatapnya dengan gugup. Matanya melihat ke arah kuping ku lalu kembali menatap ku, "obatilah nanti atau minta Satoru untuk mengobati mu".

Aku mengangguk dan tersenyum, "Terimakasih, anu Nanami-san. Apakah aku boleh memanggilmu Nanami-san?" aku menatapnya dengan perasaan gugup apalagi ketika melihat alis Nanami berkerut sedikit. "Panggil aku sesuka mu" jawaban darinya membuat perasaan ku senang.

 "Baik, terimakasih telah mengantar ku Nanami-san" Aku keluar dari pintu tersenyum dan melambaikan tangan padanya sebelum masuk ke dalam rumah Gojo.

.

.

.

.

.

.

akhirnya up, padahal ini udah di draft lama tapi ga sempet ngelanjutin lagi sibuk uas. Semoga bisa up cepet ya, aku mau namatin cerita ini dengan secepat kilat tapi apadaya gairah menulis ku menurun karena tugas. see you di next chapter

The Tile Of Us [Gojo Satoru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang