19

761 62 5
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat, perubahan yang terjadi setelah malam itu membuatku memikirkan banyak hal. Perasaan bingung, senang, keinginan, takut   memenuhi ku akhir-akhir ini. Sikap manis yang Gojo berikan selalu membuat perutku terasa di penuhi ribuan kupu-kupu, Gojo selalu tidur satu kasur dengan ku bahkan ketika dia kembali tengah malam ketika aku telah terlelap, Gojo selalu memberikan kecupan di dahi ku di pagi hari, Gojo tidak ragu memanggil ku dengan panggilan 'sayang'. Semua hal yang dilakukannya membuat ku bertanya-tanya apakah menghabiskan malam bersama bisa merubah orang sepenuhnya, hingga Gojo memperlakukan ku seperti itu atau memang karena dia panda bersikap manis.

Bahkan saat ini ketika aku sedang ada di kafe dekat kampus, menyesap minuman matcha favoritku. Aku masih tidak menyangka Gojo akan melakukan hal intim seperti tadi pagi, hal yang dia lakukan masih tercetak jelas di ingatan ku, dimana tangannya yang kekar dengan tegap mengangkat badan ku dan mendudukan ku di meja dapur saat aku sedang menata makanan di meja makan. Aku masih dapat merasakan hangat nafasnya ketika dia mendekatkan wajahnya, tangannya memeluk pinggang ku menarik ku lebih dekat padanya. Gojo tersenyum kecil dan tanpa aba-aba  mencium ku. Perasaan saat dicium olehnya masih menghantui ku bahkan ketika waktu telah berlalu beberapa jam.

"Karena renovasi gedung, kuliah libur satu bulan memang sih di berita alasan gedung runtuh karena gempa tapi sebenarnya itu karena kutukan" pikiran ku melayang kembali melamun memikirkan kejaidan di kampud dan hal-hal yang terjadi pada ku sejak aku pindah ke dunia ini.

Wajah ku terasa panas memikirkan afeksi yang diberikan Gojo, tetapi perasaan  yang bergejolak kembali menjadi tenang karena pada akhirnya aku tidak pernah mendengar kata cinta atau suka dari Gojo dan aku juga tidak berani mengatakan hal tersebut. Apalagi dengan plot dunia ini, lebih baik aku fokus untuk menyelamatkan semuanya sebisa ku dan menyelesaikan tugas ku.  

"sistem!" mataku terfokus melihat jalanan yang ramai, menyandarkan punggungku di sofa dengan nyaman.

"pip...pip...Apakah ada yang bisa dibantu?" aku memejamkan mata, masih belum terbiasa dengan suara yang berdering langsung di kepala ku. Hal ini tidak sama ketika aku berkomunikai dengan Inumaki waktu itu.

"Buka toko sistem, urutkan item dari yang termurah dengan fungsi barrier. Kau tau, aku harus menyelamatkan diri ku sendiri dulu" Aku menatap layar transparan yang muncul di depan ku,l ayar itu menampilkan item-item barrier yang bisa ku beli saat ini.

Melirik ke jumlah poin jiwa yang berjumlah 1000, lalu kembali melihat item barrier termurah  dengan harga 500 poin jiwa. Setengah dari poin jiwa ku saat ini, mataku fokus membaca deskripsi item tersebut dengan fungsi seperti penghilang keberadaan saat barier di aktifkan dan  masih panjang lagi, aku memejamkan mata merasa lelah membacanya. 

"Bukankah ini perampokan?...efeknya cuma bertahan 5 menit?" aku merasa enggan membeli item dengan durasi yang singkat tapi ketika melihat item lain memiliki harga yang lebih tinggi mau tidak mau aku membelinya. Menghela nafas menangisi poin jiwa ku yang terbang dengan cepat.

"oh, jadi ini aktif otomatis saat kita dalam bahaya. Bisa juga di pasangkan ke orang lain" kepalaku bergerak naik turun, mencerna penjelasan dan cara penggunaan item tersebut. "berarti aku harus mengumpulkan banyak poin jiwa agar bisa membelikan barrier untuk yang lain..." wajah ku memanas memikirkan hal yang harus ku lakukan untuk mengumpulkan poin jiwa tersebut.

"tapi bagaimana caranya?, rasa sakit yang kurasakan saat tengah malam juga sudah menghilang setelah kami melakukan itu" tatapan ku mengarah ke jalanan yang ramai, menghela nafas aku menegak habis minuman ku. Berdiri dari sofa memutuskan untuk menjernihkan pikiran dan keluar dari kafe tersebut.

.

.

.

"barrier telah aktif"  aku menatap kosong ke arah layar waktu yang muncul di depan ku, pikiran ku kacau masih mencerna apa yang terjadi. Seluruh badanku terasa sakit, baru sejam yang lalu aku keluar dari kafe berusaha menjernikan pikiran tetapi sekarang aku berbaring di tengah antah berantah. Hal terakhir yang kudengar adalah suara samar seseorang, "mahito.." itu pasti dia.

"ketemu?, maksudnya apa?" perkataan terakhirnya yang kuingat sebelum dia menyerang ku menjadi tanda tanya besar. "apa dia mencium aroma jiwa ku juga?" pikiran ku terus berkelana mencari jawaban dari apa yang terjadi, memejamkan mata dan menghela nafas kasar aku dapat merasakan kepala ku berdenyut efek samping dari teleportasi. "apa aku memang sesial ini?, bisa-bisanya ketemu mahito di jalanan seramai itu" aku dapat mengingat dengan jelas ekspresi terakhir di wajahnya.

"setidaknya aku tau barrier ini punya fungsi teleportasi" me ngedipkan mata beberapa, aku dapat melihat sinar biru berkilauan disekitar ku. Leher ku bergerak sedikit melihat sekeliling, hanya ada pepohonan besar. Warna jingga dilangit memberitahuku bahwa matahari hampir terbenam, "ah.." menahan sakit ketika berusaha menggerakan badan ku yang terasa lemas.

"aku beruntung tidak pingsan saat ini" menatap nanar pada layar waktu di depan ku, merasa bersyukur membeli item barrier tepat waktu. Semua ini mengingatkan ku bahwa kutukan dan para penjahat itu ada dimana-mana, jadi aku harus selalu siap sedia menyelamatkan diri ku dan orang lain. 

"waktu barrier tersisa satu menit" perasaan takut merayap di hati ku mendengar peringatan sistem.

 Aku memejamkan mata, pasrah dengan apa yang akan terjadi ketika sistem sedang menghitung mundur "5...4...3...2...1...barrier mati" ketika peringatan sistem berakhir, jantung ku semakin berdegup kencang hembusan kasar angin menampar ku dan  suara gemersik hewan  terdengar disekitar, mata ku terpejam erat hanya dapat mengira-ngira apa yang menyebabkan suara itu. 

Mendengar langkah kaki mendekat, aku memeluk tubuh ku erat ketakutan tetapi ketika merasakan sepasang lengan yang kokoh, mengangkat badan ku dari tanah. Aroma familiar dari pria  yang telah berada disekitar ku selama beberapa hari terakhir ini membuat ku tenang.

"Zura.." Mendengar suaranya aku menggigit bibir ku menahan isakan, aku tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas karena air mata bergenang di mata ku. Tapi aku tau dari nada suaranya bahwa pria yang menggendong ku ini sangat khawatir pada ku. "kau baik-baik saja sekarang" satu kata darinya merobohkan tembok terakhir, air mata yang tertahan megalir dengan cepat. tangan ku menggenggam bajunya dengan lemah, menatap kearahnya dengan bibir  terbuka ingin menjelaskan apa yang terjadi tetapi terlalu banyak hal yang tidak bisa aku jelaskan padanya hingga hanya terdengar isakan kecil dariku. 

Tangannya yang besar membelai punggungku berusaha menenangkan ku. Bahkan ketika kami telah berteleportasi ke kamar yang kutempati, Gojo tidak langsung melepaskan ku melainkan membaringkan tubuh ku di kasur dan ikut berbaring disamping ku. Lengannya memeluk pinggang ku, pelukannya terasa hangat dan aman bagi ku saat ini. Aku terus menangis, berusaha menghilangkan rasa takut karena bertemu dengan mahito. Setelah menangis selama beberapa saat, mata ku terasa berat dan sakit.

"maafkan aku terlambat" suara Gojo terdengar samar ketika rasa letih membawa ku dalam tidur.

.

.

.

mohon maaf baru update sekarang, ini draft tanggal 15 agustus tapi aku baru up sekarang. lagi down banget bulan agustus sibuk pindah kampus dan bulan agustus juga lagi  ngerasain perasaan yang udah lama ga terasa di real life jadinya novel ini malah terabaikan. Tapi ternyata memang paling benar jatuh cinta dan tertarik sama cowok gepeng, udah paling bener deh. Ga lagi-lagi aku menduakan suami ku Gojo untuk cowok nyata. Hampura guys, doakan aku ga buntu ide aja


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Tile Of Us [Gojo Satoru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang