Setelah membersihkan diri, aku mengambil plaster luka dan berdiri di depan cermin untuk memasangnya pada kuping ku. Pandangan ku mengarah ke jam yang menunjukkan pukul 5 sore, mengingat perkataan Gojo bahwa muridnya akan datang.
"ting..tong"
suara bel bergema di dalam rumah, buru-buru aku mengambil tas berisi rok di atas meja dan turun membuka pintu depan.
"sense- eh Zura?!" Ucapan gadis itu terhenti tergantikan teriakan terkejut.
Wajah terkejut Nobara menyambut ku ketika aku membuka pintu, matanya melebar dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Hai, Nobara?" Aku tersenyum canggung mempersilahkan Nobara masuk.
Ketika Nobara duduk di sofa, dia menggosok matanya memandang ku naik turun seperti melihat hantu. "bagaimana kau bisa disini? lalu kau kenal Gojo sensei?? Tapi sebelumnya kau bilang tidak kenal!" Nobara bertanya dengan penuh semangat.
"itu.. aku baru tau kalau dia Gojo Satoru. Apa kau mau teh dan cemilan?" mengalihkan pembicaraan aku pergi membuatkan teh di dapur dan mencari cemilan yang kubeli di kulkas. Lalu berjalan menaruh teh dan cemilan itu di meja tamu.
"Minumlah, tapi dimana Yuji dan Megumi? Mereka tidak bersama mu?" Aku membuka pembicaraan lalu membuka cemilan di meja.
"ah, kami dapat beberapa hari libur setelah mengadakan lawan tanding dengan sekolah sihir lain" mendengar perkataan Nobara, aku menelan cemilan di mulutku.
"oh.. aku mengerti" mengangguk, merasa beban di pundak ku akhirnya terangkat setelah mengetahui plot dunia ini.
"Zura, apa hubungan mu dengan sensei? Apa kau pacarnya makanya tinggal di sini?" Aku menoleh dengan kaku kearah Nobara yang sedang minum teh, matanya berbinar-binar menatap ku tubuhnya bergerak mendekati ku.
Menaruh gelas di meja, aku menunduk untuk berpikir lalu melihat kearah Nobara "bukan,bukan pacar. Sebenarnya aku tidak tau juga... ada sesuatu yang mengharuskan ku tinggal disini untuk sementara" Aku mengangguk berusaha meyakinkan diri ku sendiri dengan apa yang ku katakan.
Senyum di bibir Nobara melebar, melihatnya seperti itu aku takut senyumnya akan merobek bibirnya. "kenapa kau tersenyum seperti itu?" aku bertanya dengan ragu. "tentu saja karena senang!, aku bisa bergosip dengan Yuji nanti. aku akan menceritakannya dan taruhan hehehehe tentang hubungan kalian bakal berakhir seperti apa. Tapi Megumi kasihan juga..." Suara Nobara semakin mengecil di akhir kalimat.
"Kasihan kenapa?" Aku bertanya penasaran, "kenapa Megumi harus dikasihani?" aku bertanya lagi. Tapi Nobara hanya melihat ku dengan senyum kecil "Tidak, tidak ada" Melihatnya yang tidak ingin menjawab aku menghela nafas tidak memaksakannya. Setelah itu kami menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama, membahas banyak hal dari yang paling sepele seperti tipe pria yang di sukai sampai terkait kutukan yang paling susah dikalahkan. Aku dapat menggali banyak informasi darinya bahkan informasi yang tidak pernah muncul di anime atau manganya.
Sekarang aku sedang berada di dapur setelah mandi, Nobara sudah pulang dari tadi dan dia menolak ketika aku menawarkan untuk makan malam bersama. "Gojo bakal pulang tidak ya? Apa aku perlu masak untuk kami berdua?" Aku menatap ragu kearah bahan-bahan di atas meja. Setelah beberapa saat diam, aku memutuskan untuk memasakan makanan yang cukup untuk kami berdua tidak peduli apakah Gojo ikut makan atau tidak. Setidaknya aku membuatkan makanan untuk pemilik rumah.
Saat sedang mencuci peralatan bekas memasak, aku merasakan hawa kehadiran seseorang di belakangku. Dengan sigap aku memegang pisau dan berbalik dengan mata yang terpejam, hendak melukai siapapun di belakang ku. Tangan orang di depan ku menahan gerakan ku, mencium aroma akrab dari orang di depan ku. Aku membuka mata perlahan dan melihat Gojo yang berdiri di depanku masih dengan wajah tersenyumnya.
"ma-maaf" aku berkata dengan buru-buru merasa bersalah. Tangan Gojo yang tidak memegang tangan ku mengambil pisau yang ku genggam dan menaruhnya di meja dapur.
"kau punya refleks yang bagus" Gojo melepaskan genggamannya lalu menjulurkan tangannya memegang telinga ku. Aku tersentak sedikit, sentuhan jarinya membuat ku merinding. Meski saat ini, Gojo memakai penutup mata tetapi tetap saja aku tidak berani menatap wajahnya. "Kau terluka?" sentuhan lembut jarinya terasa di kuping ku, aku dapat mendengar bunyi detak jantung ku sendiri. Wajah ku memanas, sudah dipastikan aku terlihat seperti kepiting rebus sekarang.
"iya, tapi ini tidak apa-apa kok cuma tergores ranting. Sudah ku obati juga" Masih menunduk, aku berbohong dengan lancar padanya. Jari-jarinya membelai kuping ku, aku tersentak sedikit ketika Gojo membuka plaster yang kupasang. Lalu tangan Gojo pindah menepuk kepala ku pelan "sudah ku sembuhkan". Aku mengangguk kecil berterimakasih padanya merasa bingung tangan ku terangkat memegang telinga ku tidak yakin. Merasakan sentuhan di rambut ku hilang, aku mendongak melihat Gojo yang berjalan kearah meja makan. "untung bikin dua porsi makan malam" Aku juga berjalan ke meja makan dan duduk di kursi, kami makan dalam diam.
Setelah makan sekarang aku sedang mencuci piring, melihat kearah gojo yang sedang merapikan meja makan, aku berkata pelan membuka pembicaraan "Kau pulang lebih awal hari ini". "urusan ku selesai lebih awal, lagi pula kita harus bersiap siap untuk tengah malam kan. Sepertinya gejalanya berubah tiap malam" suara lembut dan tenang terdengar darinya. "kau benar" aku mengangguk kecil segera membersihkan sisa piring dan menyelesaikan pekerjaan di dapur. Menyiapkan mental untuk apapun yang terjadi malam ini.
.
Sekarang aku sedang berada di kasur mengerjakan tugas kuliah ku dengan laptop yang kubawa, aku mendongak dari layar laptop mendengar suara pintu terbuka. Terkejut melihat Gojo menggunakan piyama dan kacamata bening yang membingkai wajahnya. Rambutnya yang berantakan menutup dahinya, tangannya mengenggam buku.
"Aku akan tidur disini" mendengar itu bibir ku terbuka hendak memprotes, tetapi setelah berpikir akhirnya aku mengangguk tidak ingin merasakan rasa sakit yang sama seperti sebelumnya. Pandangan ku kembali beralih ke layar laptop, setelah beberapa saat aku dapat merasakan kasur yang bergerak ketika Gojo naik ke kasur. Mengintip sedikit, aku melihat Gojo sedang bersandar di kepala kasur bulu matanya terlihat lentik dari samping saat ini dia sedang fokus membaca bukunya.
Pandangan ku kembali di laptop menyelesaikan tugas yang ku kerjakan, lalu menutup dan menaruhnya di nakas sebelah ku. Aku membaringkan tubuh ku perlahan, mencoba memejamkan mata untuk tidur tetapi lampu ruangan yang menyala mengganggu ku. Menoleh kearah Gojo, aku menarik ujung bajunya pelan, membuatnya menoleh kearah ku.
"hm?" Pandangan Gojo fokus kearah ku. Aku mengalihkan pandangan darinya salah tingkah, wajah ku terasa panas. "Bolehkah, lampunya di matikan?" aku bertanya dengan pelan melirik kearah Gojo sedikit, aku dapat melihatnya tersenyum kecil.
Detik berikutnya lampu kamar mati menyisakan lampu tidur yang menyala. "terimakasih" ucapku kecil kemudian menggerakan tubuh ku mencari posisi yang nyaman dan memejamkan mata, terasa sentuhan tangannya membelai rambut ku "tidurlah" ucapnya pelan.
.
.
.
siap siap guys. update 2 bab sekaligus nih, sebenarnya draft 2 bab ini udah ada dri lama. tapi aku bingung lanjutinnya mau buat adegan 21+ yang ga terlalu vulgar tapi susah soalnya otak ku isinya wleowleo brutal
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tile Of Us [Gojo Satoru]
FanfictionBukankah tadi aku tertidur di kamar setelah selesai maraton anime?, bagaimana sekarang bisa berada di klub malam!. Di pangkuan seorang laki-laki pula?! "Satoru, hentikan tindakan mu" ucap seorang laki-laki dengan rambut pirang. Satoru?? GOJO SATORU...