Saat malam menyerah pada pelukan lembut fajar, keheningan yang tenang menyelimuti ruangan. Zura masih tertidur nyenyak, tubuhnya dihiasi bukti pertemuan penuh gairah yang terjadi sepanjang malam. Gojo, telah bangun, menatap ke bawah pada bentuk tenang Zura dengan campuran kelembutan dan posesif di matanya. Perlahan Gojo turun memberi kecupan di dahi Zura, kecupan-kecupan kecil itu terus berlanjut semakin turun ke leher Zura memberi gangguan yang cukup untuk membangunkannya.
Sensasi basah dan hangat di leher ku membuat ku terbangun, perlahan aku membuka mata dan melihat Gojo sedang menciumi leher ku. Mungkin Gojo tau aku telah bangun sehingga dia berhenti mencumbu kulit ku dan menatap ku. Masih setengah sadar aku melihat Gojo dengan bingung, arah mata ku teralih ke bibirnya melihat bekas gigitan disana. Sadar akan sesuatu wajah ku perlahan terasa panas mengingat apa yang telah kami lakukan sepanjang malam, menurunkan pandangan dari wajahnya. Fokus ku kembali teralihkan pada lehernya yang penuh dengan tanda merah, "apa aku seagresif itu?" pikiran ku kacau, merasa malu dan bersalah di saat yang bersamaan.
Sentuhan lembut terasa di punggung ku, Gojo memeluk pinggangku membawa tubuh ku ke tubuhnya. "lihat ke arah ku" perintah itu terdengar darinya, sensasi hangat menjalar dari jari-jarinya yang kasar saat dia menangkup wajah ku. Menahan nafas aku mengumpulkan keberanian untuk menatap matanya selama beberapa saat karena di detik berikutnya aku kembali mengalihkan pandangan ku. Tidak sanggup melihat mata biru samudra dan wajah tampan yang hanya beberapa cm dari ku. "aku malu.." bergumam pelan aku menahan nafas ku, merasakan jari-jarinya menekan wajah ku lebih erat.
"lihat aku.." hembusan nafas hangat terasa di wajah ku ketika Gojo semakin mendekatkan wajahnya. Mendengar nada perintah darinya aku buru-buru menatap kearahnya merasa takut. Tetapi bukannya ekspresi dingin yang terlihat melainkan senyum samar yang membuat wajahnya 1000x lebih tampan. Berusaha tidak memalingkan pandangan dari wajah tampan di depan ku, mata ku terus bergerak melihat antara bibir dan matanya tidak berani menatap matanya lama-lama.
"kau, benar-benar ingin di cium ya?" jarak diantara kami terkikis ketika Gojo menempelkan bibirnya di bibir ku, dia kembali mencium ku dengan penuh hasrat menggigit dan menghisap bibir bawah ku. Tangannya pindah ke tengkuk ku, memperdalam ciuman kami. Ciuman itu terus berlangsung tanpa jeda, mengikis oksigen di paru-paru ku.
Tidak bisa bernafas aku menepuk lengannya dengan keras, mengisyaratkannya untuk berhenti. Ketika ciuman itu berakhir, aku terengah-engah menghirup udara menempelkan dahi ku di dadanya. Suara tawa terdengar jelas dari Gojo membuat rasa malu yang kurasakan menguap begitu saja. "berhenti tertawa" aku menatap kearahnya dengan kesal, bukannya berhenti tertawa kali ini terlihat seringai kecil tercetak di wajahnya. Jari-jari Gojo perlahan turun menyusuri punggung ku mengirimkan sensasi aneh ke perutku.
"melihat mu seperti itu, membuat ku ingin mencium mu lagi" Aku menatap ke arahnya tidak percaya, merasa ragu dengan indra pendengaran ku dan memutuskan untuk mengalihkan pandangan darinya, beberapa saat kemudian terasa benda hangat dan kenyal menempel di dahi ku membuat ku kembali salah tingkah. Mendorong bahunya menjauh, tangan ku menahan selimut yang menutupi dada ku lalu mencoba untuk duduk.
"ahk.." rasa perih dan ngilu semakin terasa menjalar dari area intim hingga pinggang ku, tubuh ku sakit tidak bisa bergerak. Menggigit bibir bawah ku menahan rintihan, aku merasakan tangan Gojo membelai punggung ku. "butuh bantuan?" suara serak dengan nada menggoda terdengar dari Gojo, mengintip sedikit ke arahnya, terlihat jelas wajah Gojo yang tersenyum penuh kemenangan.
Mengalihkan pandangan darinya, aku diam untuk beberapa saat sebelum mengangguk pelan. Dengan sigap lengan Gogo memeluk dan mengangkat tubuh ku, aku memeluk leher Gojo menopang tubuh ku yang tidak berpakaian agar tidak terlihat olehnya. Perjalan ke kamar mandi yang bahkan hanya beberapa langkah kaki terasa sangat lama, hingga aku dapat mendengar bunyi detak jantung ku yang terpompa cepat.
Membuka pintu kamar mandi Gojo menurunkan badan ku di dalam bak mandi yang sudah berisi air hangat, tangannya dengan kasar mengacak-ngacak rambut ku. Aku menunduk malu, lalu menahan dan memegang tangannya, setelah beberapa saat memberanikan diri melihat ke arahnya dan mengucapkan terima kasih dengan pelan.
"sama-sama, sayang" rasa hangat tertinggal di bibir ku setelah dia mengatakan itu lalu Gojo berbalik keluar menutup pintu kamar mandi. Tangan ku perlahan memegang bibir ku masih merasakan jejak hangat yang tertinggal. Aku membisu memproses apa yang telah terjadi. "Gila..." bergumam pelan, aku menutup wajah ku yang terasa panas.
"eh, tapi sejak kapan dia pakai celana? Jadi cuma aku yang telanjang dari tadi??" aku melihat kearah pintu dengan bingung mengingat otot perutnya dan celana pendek yang dia pakai. Wajah dan badan ku semakin terasa hangat memikirkan hal tersebut. Menenangkan diri, aku menenggelamkan seluruh tubuh ku di dalam air mencerna informasi tentang dunia ini dan sistem .
"sistem?" menunggu dengan harap mendapat balasan,setelah beberapa saat menunggu terdengar suara statis mesin.
"pip..pip...halo, perkenalkan saya penjawab otomatis. Saya diperintahkan oleh sistem untuk menjawab semua pertanyaan yang ingin di tanyakan oleh user. User bebas menanyakan apapun dengan batasan kewenangan sistem" suara robot yang tidak menjelaskan suara itu perempuan atau laki-laki bergema di kuping ku.
Aku keluar dari air sebentar dan menarik nafas panjang sebelum kembali membenamkan diri dalam air. "Sistem kemana?" aku bertanya dengan ragu.
"maaf informasi itu tidak dapat diberikan dengan tingkat kewenangan user saat ini" jawaban itu membuat ku berpikir keras memilih pertanyaan lain.
"apa..ayah dan ibu ku di dunia ini bukan ayah ibu ku?" Aku bertanya dengan ragu, merasa takut mendengar jawabannya.
"pip..pip...orang tua tubuh yang di pakai user adalah orang tua user di kehidupan sebelumnya, dengan tingkat pertemuan 0.0001% seharusnya user tidak bisa bertemu dengan orang tua yang sama di setiap dunia"
aku kembali keluar dari air untuk mengambil nafas merasa senang dan sedih di saat yang bersamaan. Bersandar di dinding bak mataku fokus melihat paha dan lengan ku yang penuh jejak merah.
"Bisa kau jelaskan cara pembelian barang di toko sistem"
Percakapan antara aku dan sistem terus berlangsung selama beberapa saat di sisi lain, Gojo sudah kembali ke kamar ku. Kamar itu cukup berantakan dengan pakaian milikku maupun Gojo berserakan di lantai, merapikan pakaian - pakaian itu pandangan Gojo teralihkan ke seprai yang juga kotor dengan jejak darah dan bekas hasrat yang tertuang, menunjukkan bahwa malam itu adalah pertama kalinya bagi tubuh yang kutempati maupun jiwa milik ku.
Senyuman kecil yang hampir tak terlihat tersungging di sudut bibir Gojo, cerminan kepuasan yang dia peroleh karena menjadi yang pertama bagi Zura. Gojo lalu mengganti seprai dan selimut kotor itu dengan yang baru dan membuka jendela. Membiarkan udara segar masuk ke dalam ruangan tersebut, setelah melihat ruangan bersih Gojo menghilang tanpa suara.
.
.
.
.
halo, maaf baru up. gue lagi nonton ulang series jjk karena mulai lupa plot yang ada meski udh punya kerangka buat cerita ini. Terus gue ga berani nonton series jjk yang terbaru takut...hehehe. Gue usahain buat up secepatnya dan doain bisa namatin ini, thank you all
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tile Of Us [Gojo Satoru]
ספרות חובביםBukankah tadi aku tertidur di kamar setelah selesai maraton anime?, bagaimana sekarang bisa berada di klub malam!. Di pangkuan seorang laki-laki pula?! "Satoru, hentikan tindakan mu" ucap seorang laki-laki dengan rambut pirang. Satoru?? GOJO SATORU...