Setelah Nanami pergi, suasana terasa sedikit canggung.
"Tidak usah pedulikan perkataanya, lebih baik kita makan" Gojo pergi ke dapur tanpa melihat ku sama sekali, dari belakang tubuhnya benar benar terlihat sangat bagus. Aku berjalan mengikutinya kearah dapur, Gojo telah duduk di salah satu kursi meja makan lalu memandangi ku yang sedang berdiri.
Matanya mengarah ke kursi di depannya seolah memberi arahan untuk duduk, akupun duduk di kursi tersebut. Di atas meja sudah ada beberapa makanan yang tersaji, dia mengambil sumpit lalu mulai makan tatapannya melihat ke arah ku yang diam memandanginya.
"Makanlah, masih ada banyak hal yang harus kita bahas" Setelah dia mengatakan itu Gojo kembali makan, tangan ku perlahan mengangkat sumpit dan makan berusaha mengunyah dan menelan di tengah suasana canggung itu.
Setelah kami selesai makan aku mengambil inisiatif untuk berbicara, "biar aku yang mencucinya anggap saja sebagai rasa terimakasih atas makanannya" tidak menunggu jawabannya aku merapikan piring kotor di atas meja lalu berjalan ke arah wastafel untuk mencuci piring.
"kau.. berapa umur mu?" Aku merasakan tatapan Gojo dari belakang.
"22 tahun" balasku kecil, kepalaku menoleh kesana kemari mencari kain untuk mengeringkan piring yang ternyata ditaruh di lemari paling atas. Aku berjinjit dengan tangan kanan terangkat mencoba meraih kain lap itu lupa akan pendeknya baju yang kukenakan.
"kau bekerja atau kuliah?" Dia kembali bertanya, aku dapat mendengar derit kursi menandakan Gojo berdiri dari kursi.
"Aku kuliah... iya kuliah.." Aku menjawabnya lagi mencoba tidak menghiraukannya.
"Hah tunggu tunggu jika kuliah sekarang hari apa???? senin kan??" gerakan ku membeku mengingat kelas pagi yang kulewatkan.
"Go-" perkataan ku terputus ketika berbalik merasakan sakit di wajah ku, ternyata Gojo berdiri di belakang ku. Badan ku mundur menyentuh wastafel, tangan ku memegangi hidung yang kesakitan kulihat Gojo juga memegangi hidungnya.
"kenapa dibelakangku! tunggu dimana handphone ku, aku ada jadwal kuliah hari ini" masih memegangi pangkal hidung ku, aku mendongak mendengar Gojo merintih.
"di kamar tadi" setelah mendengar perkataanya aku buru buru menyelesaikan cucian terakhir dan berlari menaiki tangga meninggalkannya sendiri di dapur.
Di kamar, aku membongkar kasur untuk mencari handphone ku. Tidak menemukannya di atas kasur aku menunduk melihat ke kolong kasur tidak mempedulikan pakaian dalam ku yang tersingkap. "Dimana?" Aku kembali bangun dan melihat ke atas meja lalu membuka setiap laci yang ada, tepukan pelan di bahuku mengkagetkan ku.
Aku menoleh dan melihat handphone ku yang disodorkan oleh Gojo, "Aku ingin memberitahu bahwa hp mu ada di atas lemari tapi kau terlihat sibuk mencari di kolong kasur.." Gojo berdeham ketika mengatakan hal tersebut.
"terimakasih" aku mengambil handphone tersebut dan buru-buru melihat jadwal kelas, hari senin biasanya dosen killer yang mengajar. Aku baca chat grup secara teliti untuk menemukan informasi bahwa kelas pagi itu dibatalkan, kulihat jam menunjukkan pukul 13.00 P.M.
"syukurlah.." aku kembali melihat chat lain, hanya ada chat dari teman serumah yang menanyakan keberadaan ku. Aku terdiam sebentar lalu menggerakan jari ku untuk mengetik dan mengirimkan pesan bahwa aku sedang menginap di tempat lain.
Aku mematikan handphone dan melihat kearah Gojo yang memandangiku, "kenapa?" aku bertanya padanya.
"sepertinya kita harus membeli beberapa baju untukmu" Gojo memandangiku ku dan duduk di kursi.
Aku juga duduk di pinggir kasur "Untuk apa? Aku mau pulang sekarang, aku sibuk kau tau" Aku menunjukkan jadwal ku di handphone kearah Gojo.
"Jika kau pulang sekarang itu akan berbahaya untuk ku, kita telah terhubung dan tidak tahu apa yang akan terjadi. dan apakah kau mau merasakan sakit seperti semalam?" Gojo memandangi ku dengan serius tangannya berpautan di atas pahanya.
Aku terdiam merinding memikirkan rasa sakit semalam, aku memilih untuk tenggelam berulang kali daripada merasakan hal yang sama lagi.
"lagi pula aku harus tau kenapa bisa pindah ke dunia ini" aku menimbang-nimbang perkataan Gojo.
"Baiklah, aku akan menetap sampai tanda ini hilang. deal?" Aku menjulurkan tangan kanan ku kearah Gojo, dia menatap tangan ku beberapa saat lalu meraihnya. Aku merasakan tangan besar membungkus tangan ku, tangannya terasa sedikit kasar dan hangat.
"Deal" ucap Gojo ringan, "tapi, aku penasaran dengan sesuatu" dia mengangkat ujung jarinya menempel di bibir bawah ku yang terluka. "apa itu perbuatan ku juga?" Gojo bertanya canggung.
"hah? pikir sendiri" aku melipat tangan ku di dada dan memalingkan wajah ku yang memerah. "jadi benar.. itu karena ku. maaf.." dari depan terdengar suara Gojo pelan, aku hanya mengangguk menghela nafas berat.
"Pertama ayo kita belanja pakaian untukmu, tapi kamu tidak mungkin pergi hanya dengan kemeja seperti itu, tunggu disini" ucap Gojo sebelum menghilang dari pandangan ku, "enaknya bisa telepor-" belum selesai aku berbicara, aku kaget dengan rok yang disodorkan padaku dan sepasang sepatu yang terlihat seperti milikku. "ini, aku meminjamnya. Aku juga membawa sepatu mu dari kamar" dia menyerahkan rok tersebut lalu pergi ke luar kamar.
"tunggu, bukankah lebih baik aku pulang dan mengambil baju ku? tapi...kapan lagi merasakan kekayaan langsung karakter kesayangan ku. kalau dia tidak mau bayar aku tinggal pulang saja" Kepala ku mengangguk kecil.
Aku bangun dari kasur untuk memakai rok selutut itu, sekarang penampilan ku benar-benar seperti anak magang dengan warna hitam dan putih.
.
.
.
.
episode yang ditunggu tunggu akan segera hadir
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tile Of Us [Gojo Satoru]
FanfictionBukankah tadi aku tertidur di kamar setelah selesai maraton anime?, bagaimana sekarang bisa berada di klub malam!. Di pangkuan seorang laki-laki pula?! "Satoru, hentikan tindakan mu" ucap seorang laki-laki dengan rambut pirang. Satoru?? GOJO SATORU...