brak!
"Uhuk!"
Ni-ki tersedak ditengah makannya saat mendengar pintu apartemennya terbuka keras.
Ni-ki sedikit waspada, takut itu adalah pencuri yang mendobrak pintu nya.
Namun, ternyata perkiraannya saja yang terlalu berlebihan.
Kini, ia melihat sang sahabat dengan wajah yang merah padam berjalan menghampirinya dengan nafas yang terengah-engah, alis yang menyatu, dan kepalan yang keras, seolah-olah anak itu sedang menahan emosiny.
Sepertinya ni-ki bisa menebak kejadian buruk apa yang terjadi.
Ni-ki masih memandang lekat sang sahabat yang sudah berdiri ditempat ia duduk, dan kemudian ikut mendudukan diri disebelah ni-ki berada.
Ni-ki menoleh pelan kearah jungwon nerada, melihat pria manis itu yang duduk disebelahnya dengan mata yang memerah menahan nangis, "uwon.. gue merasa bersalah nyuruh lo buat datang." ucapnya pelan, merasa tidak pantas menjadi sahabat yang telah memberi saran yang buruk tanpa berpikir panjang.
Ni-ki meraih tangan kiri jungwon yang mengepal keras, membuka kepalan itu perlahan dan dengan pelan, tangan panjang milik ni-ki menggenggam erat tangan kecil itu.
"Won, cerita semuanya yuk? Tumpahin semuanya kegue." Ucapnya lembut dan masih setia menatap jungwon.
Isakan kecil mulai terdengar, satu tangan kanan jungwon yang mengepal keras, mulai lemas akibat emosi yang terus saja ia pendam sedari tadi, dengan perlahan meluap.
Jungwon menangis, ia merasa lemah karena tak bisa tak bisa menahan emosi, sakit hati, dan kekesalannya, lagi-lagi.
Jungwon selemah itu ya? Ia sudah berapa kali nangis dalam hitungan minggu ini?
Sungguh, jungwon kesal dengan perasaannya. Ia kesal mengapa ia bisa terpikat dengan jay, hatinya yang diisi jay, pikirannya yang dipenuhi jay.
Padahal sudah bagus jungwon tak menyukai siapapun selama ia hidup, ia tahu apa akibat menyukai orang, namun jungwon tak mengira menyukai seseorang itu lebih menyakitkan dari yang diperkiraannya.
Ni-ki dengan cepat membawa bahu lebar jungwon ke pelukannya, mengelus surai halus jungwon dengan lembut, berharap sahabat kecilnya tenang akinay elusannya.
"Iki.. dia bilang kalau daniel teman kecilnya. Gamungkinkan teman sampai nyium-nyium gitu." Jelas jungwon diantara isakannya.
Ni-ki masih setia mengelus surai jungwom sembari mendengar fokus penjelasan sahabat kecilnya.
"Bahkan saat gue ketoilet kemaren, gue lihat mereka ciuman ki.. ciuman! ciuman bibir!" Lanjutnya dengan akhiran isakan yang semakin mengeras.
"Tega banget jay ke gue. Gue sakit hati, ki."
"Gue udah berharap sama jay saking baiknya dia, taunya jay cuman mainin gue.. kenapa jay sebrengsek itu." Jungwon mengeluarkan semua kekesalannya dengan suara getarnya serta isakan di bahu lebar ni-ki.
Ni-ki menghela nafasnya, ragu ingin membicarakan hal ini pada jungwon yang kini tengah menangis didalam pelukannya.
"Uwon.."
Dengan pelan, ni-ki membawa jungwon yang semula masih dipelukannya, menjadi kembali berhadapan dengan ni-ki dengan tatapan ragu.
Helaan nafas panjang keluar dari ni-ki, yang membuat jungwon menatap heran sahabat kecilnya diantara isakan.
"Gue dengar dari jake.. kalau mereka berdua sempat disuruh orang tua mereka untuk nikah kalau mereka lulus kuliah." Jelas ni-ki dengan menatap jungwon takut, namun nyatanya ia bisa melihat pria manis itu kini dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Of Course I'm Straight! || Jaywon
Teen FictionJungwon, seorang lelaki manis hobby menonton atau membaca yang berbau bxb. Teman temannya mengakui dirinya gay karena menonton atau membaca yang berbau bxb, tetapi ia tak mengakui dirinya gay. ___________________________ Warning! BXB . . 7th at #won...